Mohon tunggu...
Abebah Adi
Abebah Adi Mohon Tunggu... lainnya -

Seseorang yang percaya bahwa masa lalu hanyalah kenangan saja untuk dijadikan bahan evaluasi. Hidup adalah saat ini berharap dapat berusaha untuk menjadi lebih baik dari masa yang telah lalu, masa yang akan datang masih mistery hanya Alloh SWT. saja yang paling mengetahui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secangkir Kopi dan Kenangan yang Tertinggal

23 Februari 2016   20:38 Diperbarui: 23 Februari 2016   20:59 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah semua anak-anaknya sudah bekerja baik yang perempuan apalagi lelaki, sejak semuanya sudah mandiri dan berkeluarga, dengan leluasa ibunya Sam mulai fokus untuk beribadah dan beramal sholeh dengan selalu mengunjungi majelis dzikir khusus ibu-ibu dengan mengandalkan uang pensiunan dari Almarhum Ayahnya Sam yang sudah terlebih dahulu meninggalkannya.

Sam kembali berpikir apa gerangan maksud dan tujuan Ibunya dalam kesempatan tertentu, dalam kondisi sakitnya yang semakin parah itu Ia selalu mengabsen anak-anaknya padahal selalu saja ada salah seorang anak dan saudara yang menunggu sepanjang waktu secara bergiliran, bisa saja kangen atau terlalu sepi jika hanya salahsatu atau dua orang saja yang menunggu, tetapi dalam keheningan malam Sam mulai terbuka pikirannya dan mulai memahami akan maksud dan tujuan yang paling hakiki akan maksud Ibunya tersebut saat menjelang akhir khayatnya.

Ia telah menyediakan keleluasaan akan waktunya yang sangat terbatas kepada keluarga, saudara serta teman-temanya untuk saling meminta maaf melebur segala dosa serta khilap yang pernah dilakukan dan khusus bagi anak-anaknya ia telah memberikan ruang dan waktu secara terbuka seluas-luasnya dengan ikhlas untuk sekedar memberi kesempatan terakhir agar seluruh anak-anaknya dapat meraih puncak amal selagi Ia masih hidup, mereguk berkah dan do’a-do’anya. Sam kemudian tersungkur dimalam sepi, air matanya tak kuasa membasahi sajadah. Doa untukNya mulai dirapalkan, bermunajat kepada Pemilik kehidupan dan Pemelihara Alam beserta isinya semoga menempatkan Ibu beserta Bapaknya di tempat yang paling baik disisiNya.

Selepas itu semua, setelah suasana berkabung itu berlalu, Sam mulai untuk resign dari kebiasaannya melayani diri sendiri walau sekedar untuk menyeduh secangkir kopi sekalipun, ia tidak lagi berpikir dan melakukan tindakan egois dengan tidak memberi kesempatan kepada keluarganya untuk sekedar mendulang amal semampu yang dapat Ia kerjakan apalagi saat ini, saat anak-anaknya sudah besar, sudah dapat melakukan segala keperluanya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun