Memaksakan seorang anak SD untuk mendengar dan mencermati pidato penguasa yang tidak saja belum dimengerti bahkan keruwetan orang dewasa untuk mengaturnya agar bertingkah laku bagai orang dewasa saja pun sangat membingungkannya, padahal sejak beberapa hari bahkan sejak pagi-pagi sekali anak-anak tersebut sudah mempersiapkannya. Kantuk yang alamiah beroleh suasana yang tidak nyaman baginya, walaupun penguasa tersebut tadinya bermaksud baik agar bagi anak-anak tersebut akan menjadi kenangan seumur hidupnya.
Kebijakan penguasa terhadap kaum tertentu yang tidak mampu untuk membayar mahal harga kesehatan dengan diberinya mereka kartu sehat agar tenteram hatinya walaupun dengan prosedur berliku dan jalan yang panjang, sekalipun mereka harus kesana kemari untuk mengurus persyaratan admintrasi, tidak peduli sedang sekarat menunggu pertolongan segera.
Dan sebagainya yang biasa dilakukan oleh penguasa terhadap raykatnya yang sederhana baik keadaan maupun jalan pikirannya. Kenapa si pemberi tidak berusaha menyesuaikan dengan kebutuhan yang sangat mereka inginkan, bukannya malah kebalikannya. Mereka harus menyesuaikan dengan kebijakan yang penguasa berikan, Padahal kekusaan tertinggi katanya berada di tangan rakyat bahkan naiknya tahta penguasa pun kebanyakan berasal dari suara rakyat papa yang tulus ikhlas tanpa perhitungan, tanpa rewel mesti dibayar ingkar janji.
Tapi mengapa penguasa sejak dahulu kerap berlaku demikian terhadap rakyatnya sendiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H