Mohon tunggu...
Adi Sastra
Adi Sastra Mohon Tunggu... -

seorang yang romantis / @ADSastrawidjaja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kurang “Mengigitnya” Dua Calon Ketua KPK

5 Desember 2014   20:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:58 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Balada negeri ini, dari pertentangan Prabowo dan Jokowi yang berujung kepada persaingan KIH dan KMP. Ditambah berbagai masalah di awal kepemerintahan Jokowi. Nampaknya tidak menyurutkan kisah-kisah politik yang ada. Belakangan ini, pemilihan pimpinan KPK menjadi perhatian publik Indonesia. Penetapan calon pimpinan KPK memakan waktu yang sangat lama. Dari presiden SBY yang masih menjabat sampai digantikan Jokowi. Tetapi setidaknya ada hal baik, yaitu telah adanya dua calon nama yaitu Busyro dan Roby.

Busyro dan Roby bukan orang baru di balada politik Indonesia. Busyro adalah orang kawakan dan menjabat sebagai salah satu ketua harian KPK. Roby adalah orang yang berada di lingkaran pemerintahan SBY. Dia aktif dalam kesekretarian kabinet ketia SBY masih memerintah. Sudah jelas bahwa mereka bukan tokoh-tokoh baru yang ada di ranah politik Indonesia, tetapi mungkin belum terlalu populer di masyarakat luas.

Masyarakat juga tidak akan peduli tentang pendidikan yang telah mereka tempuh. Orang-orang akan melihat bagaimana kinerja mereka nanti atau bagaimana keadaan mereka sebelum mereka menjabat. Mari kita bedah satu persatu dari kedua calon tersebut. Roby adalah orang yang sudah lama berada di lingkaran presiden SBY. Sehingga telah melewati berbagai pengalaman dalam birokrasi pemerintahan. Lalu apa pengalaman tersebut berdampak baik dalam diri dia untuk menjadi pemimpin KPK?

Roby dalam visi misinya lebih mengedepankan pencegahan daripada penindakan. Hal ini baik di satu sisi, tapi apakah di sisi lain tidak baik? Mungkin fokus dia akan lebih ke pencegahan tindakan korupsi. Lalu bagaimana dengan korupsi-korupsi yg sudah berlalu? Jika fokusnya hanya pada pencegahan akan dikhawatirkan penindakan terhadap kasus sebelumnya tidak menjadi fokus, sementara kasus seperti Century dan Hambalang sudah menanti. Selanjutnya adalah Roby dinilai sudah lama berkutat di bidang birokrasi atau dibilang di belakang meja. Beberapa orang berpikir jika Roby adalah orang yang selalu bekerja di belakang meja, apakah dia kuat menghadapi tekanan politik dalam penanganan kasus nanti.

Kita beralih ke Busyro, tokoh kawakan di KPK ini lebih menekankan pada penindakan kasus korupsi. Sepertinya akan ada angin segar bahwa dia akan menuntas sampai selesai, kasus-kasus korupsi yang “mangkrak”. Tetapi berita tentang Boediono yang ditetapkan sebagai tersangka kasus Century dan harusnya menjadi ujian bagi Busyro. Ternyata tidak memperlihatkan bahwa Busyro ingin menindaklanjuti kasus ini. Dia malah mengklarifikasi bahwa Boediono bukan tersangka. Jika memang benar Boediono bukan tersangka, Busyro telah tepat mengambil keputusan. Tetapi jika dibalik itu semua Boediono adalah tersangka, apa maksud Busyro melakukan klarifikasi tersebut? Apa ada “deal” untuk mengamankan Boediono dari kasus ini? (baca: http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/12/04/ng2g0p-busyro-tidak-benar-boediono-sudah-jadi-tersangka-century)

Daftar kekurangan Busyro juga semakin bertambah. Para politikus mengomentari bahwa kinerja Busyro kurang, tidak ada hasil sama sekali. Seperti anggota DPR, Desmond, mengatakan bahwa Busyro seringkali menggunakan kata yang politis dalam menanggapi banyak hal. Sedangkan KPK seharusnya memberantas kasus-kasus korupsi bukan ikut campur dalam bidang politik. (baca: http://www.tempo.co/read/news/2014/12/03/078626076/Penilaian-Minus-Desmond-terhadap-Busyro-Muqoddas dan http://www.tempo.co/read/news/2014/12/03/063626104/Nilai-Busyro-Benny-K-Harman-Apa-Prestasinya)

Dari kedua calon tersebut, tentu kita memiliki harapan kepada mereka. Harapan sederhana adalah mereka mampu memberantas korupsi dan mencegah terjadinya korupsi. Apalagi korupsi-korupsi terdahulu, seperti kasus Century dan Hambalang. Selain itu, kita menginginkan pemimpin KPK yang tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun. Semoga harapan kita kepada mereka terjadi dan Indonesia terbebas dari korupsi.

ADS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun