Lalu kemudian, pada ayat 33, 35 muncul lagi ungkapan "kamu tidak tahu" kapan saatnya akan tiba. Dan ungkapan ini dialamatkan kepada pengikut Kristus. Dalam konteks inilah kita diperintahkan untuk berhati-hati (waspada) dan berjaga-jaga.
Jelas sekali bahwa ketidaktahuan kita di sini menunjukkan keterbatasan kita memahami kemahakuasaan Tuhan. Itulah sebabnya kita harus "tahu diri" Tidak ada seorang pun di dunia ini, termasuk kita, yang memiliki kuasa mengetahui kapan hari Tuhan akan tiba. Kita semua, sejak dari zaman dahulu kala, sekarang maupun sampai akhir zaman, tidak akan ada yang dapat mengetahui kedatangan Tuhan Yesus Kristus di dunia untuk yang kedua kalinya.
Salah satu pekerjaan yang menguras energi adalah sebagai penjaga malam. Bagaikan seorang penjaga malam yang tidak tahu kapan maling atau rampok akan datang, ia diharapkan tidak lengah apalagi sampai tertidur. Ia harus selalu bersiap sedia.Â
Memang jaga malam itu sangat melelahkan, apalagi jika udaranya dingin; dan Orang yang berjaga dalam kondisi tersebut akan cepat lelah dan ingin tidur. Akan tetapi, Tuhan Yesus memerintahkan agar kita jangan lengah. Di saat kita paling lemah, bisa jadi Dia datang kembali. Alangkah malunya jika Dia mendapati kita tidak siap.
Artinya apa? Berjaga-jaga artinya kita menyiapkan diri untuk menyambut Tuhan Yesus: Melakukan kehendak Yesus. Hal ini sangat berkaitan dengan apa yang Tuhan Yesus ingatkan kepada murid-murid-Nya dalam Matius 7:21, Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Aktifitas keagamaan, tanpa ketundukkan kepada Bapa, Tuhan kita, jangan-jangan hanya menjadi kebiasaan saja.
- Kita harus tahu bahwa kita adalah hamba-Nya
Kita ini adalah hamba Kristus. Artinya kita milik Kristus, kita hidup bukan untuk diri kita lagi tapi untuk memuliakan Kristus. Sebagai hamba Kristus kita diberikan tanggung jawab untuk dikerjakan dengan tuntas seturut kehendak-Nya. Itulah sebabnya setiap yang kita kerjakan dan lakukan haruslah mempermuliakan Kristus. Bukan untuk memenuhi keegoisan dan nafsu kita belaka.
Apa yang Markus kemukakan dalam ayat 34 mirip dengan perumpamaan dalam Matius 25:14-30. Apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus tentang ketiga hamba itu mengajarkan kepada kita agar kita menjadi hamba yang dapat dipercaya. Jangan lalai mempergunakan talenta yang Tuhan karuniakan kepada kita. Hendaklah kita memakai talenta yang dikaruniakan-Nya dengan setia, aktif, progresif dan berhasil guna.
Biarlah ketika Tuhan Yesus datang kembali, Ia mendapati kita sebagai hamba yang baik dan setia. Tentu kita akan sangat Bahagia mendengar Tuhan Yesus berkata kepada kita: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu." (Mat. 25:21, 23).
- Jangan sampai kita didapati sedang tertidur
Apabila membaca dalam Matius 25:5 ketika berbicara gadis yang bijaksana dan bodoh, maka di sana dijelaskan bahwa mereka semua mengantuk bahkan tertidur karena menunggu terlalu lama sang mempelai laki-laki datang. Namun yang perlu digarisbawahi di sini, ketika terdengar suara bahwa mempelai laki-laki telah datang maka mereka langsung terbangun dan membereskan pelitanya.Â
Saya menafsirkan pelita mereka sepanjang malam terus menyala hingga Kristus datang. Itulah sebabnya mereka mempersiapkan minyak untuk mengantisipasi supaya tidak kehabisan minyak. Dan benar saja, ketika Yesus datang, gadis yang bodoh telah kehabisan minyak dan mereka harus pergi lagi mencari minyak terlebih dahulu. Padahal mereka harusnya menyongsong kedatangan Kristus. Itulah sebabnya mereka tidak turut dalam pesta tersebut.
Inilah gambaran berjaga-jaga yang sebenarnya. Kita teringat ketika malam Yesus akan ditangkap di Taman Getsemani (Mat. 26:36-46). Ketika Yesus sedang berdoa, para murid justru tertidur. Sehingga pada akhirnya mereka jatuh dalam pencobaan. Petrus akhirnya menyangkal Yesus dan murid yang lain berpencar menyelamatkan diri masing-masing. Mereka ketakutan dan tidak bisa bertahan dalam menghadapi pencobaan.