Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untungnya Aku Punya Iman

20 September 2024   15:58 Diperbarui: 20 September 2024   16:06 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://id.pinterest.com/pin/352477108353354396/

Kita adalah orang yang paling beruntung karena Tuhan menganugerahkan iman kepada kita. Karena iman adalah kunci keselamatan kita atau kunci untuk masuk dalam persekutuan dengan Allah. Tanpa iman mustahil kita dapat datang kepada Allah. Melalui iman juga kita dapat luput dari kebinasaan, karena melaluinya Allah menganugerahkan hidup kekal dan keselamatan kepada kita. Itulah sebabnya, saya katakan "Untungnya aku punya iman".

Pada perikop Markus 10:46-52, kita juga belajar tentang iman yang membuat Bartimeus beruntung. Bahkan keberuntungan yang dialaminya bukan hanya dinikmati saat masih hidup di dunia, melainkan juga mencakup kehidupannya setelah kematian. Berikut ini beberapa keberuntungan yang kita akan miliki (termasuk Bartimeus) melalui iman yang Tuhan berikan secara cuma-cuma kepada kita:

Keberuntungan pertama, karena dengan iman, kita dapat mengenal "Siapa Yesus itu". Dalam ayat 47 muncul dua frasa yang memberikan gambaran tentang jati diri Yesus yakni: Yesus orang Nazaret dengan Yesus Anak Daud. Gambaran yang pertama hendak menegaskan tentang Yesus yang hina atau Yesus yang terkutuk. Mengapa? Oleh karena biasanya orang Nazaret selalu dianggap sebagai orang yang hina dan terkutuk. Ketika pengenalan kita terhadap Yesus hanya sebatas Dia sebagai orang Nazaret maka pengenalan kita bukanlah pengenalan yang benar. Oleh karena menganggap Yesus hanya sebatas orang Nazaret berarti kita hanya menganggap Dia hanya manusia biasa saja.

Kebanyakan orang yang mengikut Yesus hanya mengenal-Nya sebatas orang biasa saja. Bandingkan dengan kisah yang dicatat dalam Matius 16:13-20. Orang banyak yang berbondong-bondong mengikut Yesus hanya mengenalnya sebatas nabi atau orang baik saja (bdk. ay. 13-14). Hal yang serupa kemungkinan terjadi dalam konteks Markus 10:46-52, di mana orang banyak yang berbondong-bondong mengikut Dia hanya mengenalnya sebatas Yesus orang Nazaret saja. Tidak lebih dari itu!

Terpisah dari kebanyakan orang, seorang buta bernama Bartimeus justru mengenal Yesus sebagai Anak Daud. Tidak ada seorang pun sejauh ini dalam Markus yang mampu memahami begitu banyak tentang Yesus dari begitu sedikit data. Gelar yang digunakan Bartimeus, Anak Daud, hanya muncul di sini dalam Markus, oleh karena itu kita tidak dapat mengatakan terlalu banyak tentang apa yang diungkapkannya tentang Yesus.

Di tempat lain (12:35-37) Yesus menambahkan nuansa pada hubungannya dengan Daud (atau perbedaannya dari Daud) dan menyiratkan keunggulannya atas raja terbesar Israel. Bagi Bartimeus, gelar itu jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah agen yang ditunjuk Tuhan, dan itu memperkenalkan gagasan tentang Yesus sebagai tokoh kerajaan, sebuah gambaran yang menjadi sangat penting ketika Yesus memasuki Yerusalem (11:1-10), diadili (15:1-15), dan mati (15:16-32) sebagai seorang raja. Bartimeus, terlepas dari kebutaannya dan semua konotasi ketidaktahuan spiritualnya (bandingkan 4:12; 8:18), melihat dimensi kerajaan dari identitas Yesus. Saat cerita berlanjut, kita menemukan bahwa Bartimeus juga menyadari bahwa Yesus secara khusus mampu menunjukkan belas kasihan dan menyembuhkan.

Kita patut tercengang karena secara fisik Bartimeus buta atau tidak dapat melihat, namun memiliki pengenalan yang benar terhadap Yesus. Hal ini menjadi pelajaran penting bagi kita bahwa iman yang sejati dapat membuka mata rohani kita untuk melihat dan mengenal Yesus secara benar. Itulah sebabnya, penulis Ibrani mengatakan, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (11:1). Apa yang dikemukakan oleh penulis Ibrani ini telah terbukti pada Bartimeus.

Keberuntungan kedua, karena dengan iman, kita berseru kepada Yesus. Dalam ayat 47 dan 48 dikatakan bahwa Bartimeus berseru kepada Yesus. Dalam ayat 47, di situ menggunakan kata krazo: berseru dengan suara nyaring sambil menangis. Artinya seruannya bukanlah seruan yang biasa-biasa saja, melainkan seruan seseorang yang begitu mengharapkan pertolongan. Bahkan dalam ayat 48 dikatakan bahwa memperoleh teguran dari orang banyak supaya diam dan tidak berisik, namun dia malah semakin keras berteriak (mallon ekrazen: semakin kencang menangis dan berseru). Artinya dia tidak menyerah atau pantang menyerah.

Pertanyaannya: mengapa Bartimeus pantang menyerah? Hal itu karena dia memiliki iman. Imanlah yang memaksanya untuk terus berseru kepada Yesus dan di dalam seruannya itu Bartimeus memohon supaya Yesus berbelaskasihan kepadanya atau prihatin kepada kondisi dan menolongnya (hal tersebut terkandung dalam kata eleeo).

Dengan demikian, kita dapat belajar bahwa dengan iman kita dapat berseru dan meminta belaskasihan Yesus. Dengan iman, kita dapat menyampaikan seruan yang benar yakni: mempermuliakan Dia dan meminta permintaan yang benar. Hal ini harusnya mengoreksi sikap kebanyakan orang Kristen yang ketika berdoa selalu bertele-tele dalam mengajukan permintaan dan seringkali menyampaikan sesuatu yang tidak pantas dalam doanya.

Keberuntungan ketiga, karena dengan iman, kita datang kepada Yesus untuk dipulihkan dan diselamatkan. Untuk bisa datang kepada Yesus, maka harus ada yang ditanggalkan. Dalam konteks ini, Bartimeus menanggalkan jubahnya (himation) yang bisa diartikan jubah atau juga tempat tidurnya. Pada waktu orang memberitahukan kepada Bartimeus bahwa Yesus memanggilnya, maka ia pun menanggalkan jubahnya. Bartimeus dipenuhi dengan sukacita karena ia meyakini bahwa sebentar lagi akan ada perubahan penting dalam dirinya. Keyakinan seperti yang dimiliki Bartimeus dalam hal ini disebut sebagai iman. Iman telah membuatnya melangkah datang kepada Yesus, iman telah membuatnya melakukan sesuatu yang dramatikal, yaitu menanggalkan jubahnya. Ia sengaja menanggalkan jubah tersebut agar ia lebih leluasa datang menemui Yesus. Meskipun jubah luar pada umumnya merupakan pakaian yang melindungi seseorang dari cuaca yang dingin, namun apalah arti sebuah jubah bagi Bartimeus dibandingkan kesembuhan yang akan diterimanya dari Yesus.

Ini merupakan gambaran yang sangat indah bagi seorang berdosa yang memutuskan untuk datang kepada Yesus. Ia harus rela menanggalkan jubah yang selama ini ia kenakan, yaitu jubah dosa yang telah membutakan mata rohaninya. Untuk mendapatkan kemurahan hati Allah, ia harus bersedia meninggalkan kehidupan lamanya.

Rasul Paulus berkata, "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus." (Flp 3:7). Pertemuan dengan Yesus akan mengubah hidup serta cara pandang kita. Apa yang dahulu kita anggap menguntungkan dan sangat berarti, kini kita anggap rugi ketika mengenal-Nya. Sesungguhnya pengenalan akan Yesus tidak dapat dibandingkan dengan apa pun yang dapat kita raih di dunia ini. Karena itu tanggalkanlah jubah yang selama ini kita kenakan, jubah yang telah merintangi kita untuk datang kepada Yesus, jubah yang membutakan mata rohani kita sehingga kita tidak bisa melihat Sang Kebenaran itu. Bartimeus mengajar kita untuk rela melepaskan apa yang selama ini kita anggap penting, yang membuat kita merasa nyaman, namun yang menghalangi kita untuk mengenal Yesus. Percayalah, ketika kita datang kepada-Nya maka kita akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik. Memiliki Yesus berarti memiliki segalanya. Tuhan Yesus memberkati.

Akhirnya, Bartimeus mendapatkan pemulihan karena disembuhkan dari kebutaannya. Bahkan tidak hanya kesembuhan dari kebutaan, tapi dia juga mengalami kesembuhan dari penyakit dosa karena akhirnya dia diselamatkan. Seperti yang dikemukakan Yesus dalam ayat 52, "imanmu telah menyelamatkan engkau!".

Yesus telah memanggil kita untuk datang kepada-Nya. Jangan keraskan hatimu, jangan gengsi dan jangan sungkan untuk menanggalkan perilakumu yang identik dengan dosa. Mari dengan dengan rela hati datang kepada-Nya. supaya kita memperoleh pemulihan dan pengmpunan. Seperti yang juga termaktub dalam Kidung Jemaat No. 353, "Sungguh Lembut Tuhan Yesus Memanggil":

1. Sungguh lembut Tuhan Yesus memanggil, memanggil aku dan kau.
Lihatlah Dia prihatin menunggu aku dan kau.

Reff:

"Hai mari datanglah, kau yang lelah, mari datanglah!" Sungguh
lembut Tuhan Yesus memanggil, "Kau yang sesat, marilah!"

2. Janganlah ragu, Tuhanmu mengajak, mengajak aku dan kau;
Janganlah enggan menerima kasihNya terhadap aku dan kau.

Reff:

"Hai mari datanglah, kau yang lelah, mari datanglah!" Sungguh
lembut Tuhan Yesus memanggil, "Kau yang sesat, marilah!"

3. Waktu serta kesempatan berlalu yang dib'ri aku dan kau;
nanti gelap kematian membayang mengancam aku dan kau.

Reff:

"Hai mari datanglah, kau yang lelah, mari datanglah!" Sungguh
lembut Tuhan Yesus memanggil, "Kau yang sesat, marilah!"

4. Yesus berjanji memb'rikan kasihNya kepada aku dan kau.
Ia mengampuni orang berdosa seperti aku dan kau.

Reff:

"Hai mari datanglah, kau yang lelah, mari datanglah!" Sungguh
lembut Tuhan Yesus memanggil, "Kau yang sesat, marilah!"

Dengan demikian, kita dapat belajar tentang keberuntungan yang kita miliki karena Tuhan menganugerahkan iman kepada kita. AP.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun