Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Kisah Yesus Mengutuk Pohon Ara

12 Juli 2024   10:59 Diperbarui: 12 Juli 2024   11:13 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percaya berarti beriman. Hal inilah yang kemudian diajarkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya setelah Dia mengutuk pohon ara yang tidak berbuah. Jika kita tidak mencermati perkataan Tuhan Yesus baik-baik, kita dapat mengartikan bahwa dengan iman yang besar, maka mukjizat akan terjadi. Padahal bukan itu maksud-Nya. Tuhan Yesus pernah mengucapkan hal yang mirip dalam Mat. 17:20. Di situ, Tuhan Yesus justru mengatakan bahwa iman sebesar biji sesawi saja sudah cukup untuk membuat sebuah gunung pindah ke laut. Artinya apa? Mukjizat terjadi bukan bergantung pada besarnya iman kita, tetapi bergantung pada kuasa Allah yang besar.

Jadi, janji Tuhan bahwa "apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya" (ay. 22) bukan berarti kita akan selalu menerima apa yang kita doakan. Tetapi, apakah yang kita doakan itu lahir dari iman yang benar? Doa yang lahir dari iman yang benar selaras dengan kehendak Tuhan dalam Alkitab, itulah yang membuatnya digenapi.

Saya akan menceritakan kisah luar biasa yang dialami oleh seseorang bernama Joni Eareckson Tada. Ketika berusia 17 tahun, dia mengalami musibah yang mengakibatkan badannya lumpuh total. Dia mengalami depresi. Bahkan, dia juga kecewa pada Tuhan karena walaupun sudah berdoa dan beriman sungguh-sungguh supaya bisa berjalan lagi, tetapi mukjizat itu tidak terjadi.

Beberapa temannya terus mendoakannya dan mulai mendorong dia untuk membaca Alkitab. Singkat cerita, semangatnya pun bangkit. Dia belajar melukis menggunakan mulutnya dan menulis buku dengan bantuan program pengenal suara. Ternyata, Tuhan memberkati usahanya itu. Kini, sudah lebih dari 40 judul buku yang dia tulis. Dia juga menjadi motivator Kristen yang efektif bagi orang-orang dengan keterbatasan fisik, suatu hal yang sulit dia lakukan tanpa mengalami hal yang sama dengan mereka. Akhirnya dia bisa memahami rencana Tuhan di balik musibah itu.

Kiranya kisah Tada ini mendorong kita untuk bertumbuh menjadi pendoa yang semakin setia dan dewasa dalam iman, sehingga hal-hal besar terjadi dalam kehidupan kita. Jangan pernah menyepelekan doa, karena ada kuasa Tuhan yang besar bekerja di baliknya (Yak. 5:16b). Tetapi, jangan juga berdoa dengan sembrono sehingga kita malah mencobai Tuhan (Yak. 4:2b-3). Perhatikanlah isi doa kita, apakah hanya menuruti hawa nafsu atau memang selaras dengan janji Tuhan yang dinyatakan dalam Alkitab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun