Seorang hamba diwajibkan untuk bekerja berdasarkan instruksi dari tuannya. Dalam konteks ini, maka kita dapat berkata bahwa wajib hukumnya bagi seorang hamba untuk memahami dan mengerti kehendak tuannya. Dalam ayat 47, kata "kehendak" menggunakan kata Yunani "thelema", yang berarti "kehendak" dalam bahasa Yunani. Apabila digabungkan dengan kata agape -- "cinta", mengacu pada cinta atau kegairahan ilahi atau mistik -- dari makna inilah Thelema memperoleh aksioma intinya, Hukum Thelema: "Lakukan apa yang kamu kehendaki, itulah seluruh hukum itu. Cinta adalah Hukum, cinta di bawah kemauan."
Akan tetapi dalam ayat 47, Lukas menggunakan frasa to thelema tou kuriou, yang diartikan "kehendak Tuhan". Untuk memahami seperti apa kehendak Tuhan, maka kita juga dapat melihatnya kepada perikop Matius 25:14-30, apa yang Tuhan kehendaki dari hamba-hamba yang telah dipercayakan talenta? Berdasarkan perikop itu, maka dapat dilihat bahwa Tuhan menghendaki kita mensyukuri setiap kepercayaan yang diberikan Tuhan kepada kita kemudian mengembangkannya demi kemuliaan dan hormat bagi-Nya. Itulah sebabnya, penting sekali bagi kita untuk memahami kehendak-Nya dalam mengerjakan setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada kita. Karena kalau kita perhatikan pujian yang diperoleh oleh hamba yang menerima 5 dan 2 talenta ketika melakukan tanggung jawabnya dengan baik dan benar, keduanya menerima pujian yang sama. "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."
Dengan demikian, dapat kita lihat dan pahami bahwa ketika kita diberikan kepercayaan yang lebih dari Tuhan, maka marilah kita mengerjakannya dengan memahami kehendak Tuhan.
- Mari menjadi hamba yang siap dan siagaÂ
Dalam perikop ini, khususnya ayat 46 di sana ditegaskan bahwa hamba tidak pernah tahu kapan waktu kedatangan sang tuannya. Oleh karena itu, kebenaran ini harusnya menyadarkan kita bahwa ketika melayani Tuhan kita tidak boleh bersikap munafik, dan pasti itu tidak akan bisa diterapkan. Itulah sebabnya, satu-satunya kunci dan cara yang benar dalam mengerjakan tanggung jawab sebagai hamba adalah selalu siap dan siaga.Â
Hamba yang siap dan siaga dapat dianalogikan seperti lima gadis yang bijaksana dalam Matius 25: 1-13. Dari perikop ini dapat dipelajari bahwa hamba yang siap dan siaga digambarkan sebagai lima gadis bijak yang menanti kedatangan Kristus---bak pengantin perempuan yang berjaga dengan penuh rindu akan kekasih jiwanya. Ia memperlengkapi diri, menjaga persediaan minyak dan menjaga pelitanya menyala, agar pesta pernikahan mereka bisa berlangsung.
Dengan demikian, ketika kita menjadi orang yang banyak dipercaya atau banyak diberi tanggung jawab, maka marilah kita mengerjakannya dengan setia dan bijaksana, dengan mengerti kehendak Tuhan, dan dengan siap dan siaga. Sehingga ketika Tuhan meminta pertanggungan jawab dari kita, maka kita dapat menunjukkannya kepada Tuhan. AP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H