Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketidaksetiaan Kita vs Kesetiaan Yesus

15 April 2022   12:37 Diperbarui: 15 April 2022   12:42 1574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber image: https://id.quora.com/Apa-bukti-bahwa-orang-yang-disalibkan-di-salib-Yesus-pada-saat-penyalibanNya-adalah-Yesus-Kristus-sendiri-bukan-ora

Jumat Agung dirayakan oleh setiap orang Kristen di seluruh penjuru dunia untuk memperingati wafatnya Yesus Kristus. Kematian Yesus bertujuan untuk menyelamatkan kita dari dosa. 

Yesus mati untuk menggantikan kita, dan itulah sebabnya kurban Yesus seringkali disebut kurban pengganti (substitusi). Allah mengurbankan Yesus demi menyelamatkan kita. Setiap kesalahan dan dosa yang tidak diperbuat-Nya justru ditanggungkan kepada-Nya. 

Sekalipun demikian, Yesus menjalani-Nya dengan penuh ketaatan dan kesetiaan. Hal yang biasanya akan kita hindari dan tolak seandainya itu diperhadapkan kepada kita. 

Kita tidak akan pernah mau dan rela menanggung setiap kesalahan orang lain. Pastinya kita akan berontak dan melawan dan mengatakan bahwa itu tidak adil. 

Bahkan seorang Angelina Sondakh pun yang baru saja bebas dari tahanan karena telah melakukan tindakan korupsi sempat melontarkan kalimat yang menegaskan bahwa dia tidak ingin dikorbankan sendiri, karena dia bukan Yesus. 

Dan pasti kita pun akan mengambil sikap yang sama, karena pada dasarnya kita tidak ingin menanggung kesalahan orang lain, seperti yang telah dialami oleh Yesus.

Seharusnya kita malu memandang salib Kristus, karena pada salib itu akan terlihat jelas ketidaksetiaan kita kepada Allah. Ketidaksetiaan Adam kepada Allah. Karena Adam tidak setia kepada perintah Allah makanya dia jatuh ke dalam dosa. Ketidaksetiaan para murid. 

Di manakah murid-murid ketika Yesus disalibkan? Hanya segelintir saja yang ikut hingga ke Golgota, itupun didominasi oleh kaum perempuan. Murid-murid yang lain lebih memilih mengamankan diri masing-masing. Bahkan Yudas telah mengkhianati Yesus dan Petrus telah menyangkal-Nya tiga kali.

Tentunya kita masih ingat kisah Yesus dielu-elukan ketika Dia hendak masuk ke dalam Yerusalem sambil menunggangi keledai. Orang banyak yang menyaksikannya menghamparkan pakaiannya, memotong ranting-ranting pohon dan menyebarkannya di jalan yang  dilalui Yesus sambil berseru, "Hosana bagi anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan". 

Akan tetapi di manakah mereka yang telah mengelu-elukan Yesus pada waktu Yesus disalibkan. Jangan-jangan justru mereka juga turut berteriak, "Salibkan Dia, salibkan Dia!!", ketika Yesus diadili. Hal ini sekali lagi menunjukkan ketidaksetiaan orang banyak itu.

Ketidaksetiaan kita seperti yang dijelaskan di atas tampak begitu nyata pada salib Yesus. Seharusnya kitalah yang tergantung di sana, bukan Yesus! Tapi Yesus memilih dan menjalani-Nya dengan penuh kesetiaan dan ketaatan. 

Yesus merelakan diri-Nya dihina, dicambuk, ditendang, diludahi, supaya kita memperoleh keselamatan dan kehidupan. Murka Allah karena dosa yang seharusnya ditimpakan kepada kita, telah ditanggung-Nya di atas kayu salib -- di mana Dia tergantung hingga mati.

Dalam Yohanes 19:30, Yesus mengucapkan, "Sudah selesai" (tetelestai). Setelah mengucapkan kalimat itu, Yesus menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Tindakan ini melambangkan bahwa kematian-Nya sebagai tindakan akhir dari persembahan diri yang dilakukan setelah Ia menyelesaikan pekerjaan yang Allah (Bapa) berikan kepada-Nya untuk dilakukan.

Sudah selesai, artinya, pekerjaan penebusan dan keselamatan manusia kini sudah dituntaskan, sudah secara sempurna dikerjakan oleh Yesus. Karena ungkapan tetelestai merupakan bentuk tense perfect dari kata teleo. 

Pemuasan murka Allah sudah terbalaskan dan memenuhi syarat keadilan Allah, pukulan mematikan sudah ditimpakan kepada kuasa Iblis, dan sumber anugerah telah dibuka dan akan terus mengalir, dan dasar kedamaian serta kebahagiaan sudah diletakkan dan tidak akan pernah goyah. 

Kini Kristus sudah menjalani tugas-Nya dan menyelesaikannya dengan sempurna (17:4). Dengan mengucapkan "Sudah Selesai", Yesus mau menegaskan bahwa dengan penuh kesetiaan, Dia telah menjalankan tugas penebusan hingga tuntas dan hal itu ditandai dengan kematian-Nya. Ketidaksetiaan kita kepada Allah dibayar lunas dengan Kesetiaan Yesus hingga mati demi menggantikan kita.

Jadi, marilah kita memandang salib Kristus dan memaknai kematian-Nya dengan menyesali serta menangisi setiap kejahatan dan dosa-dosa kita. Marilah kita belajar kepada kesetiaan Yesus yang telah mengerjakan tugas penebusan hingga tuntas di atas salib. Demikian pulalah Allah menginginkan kita untuk tetap setia dan taat dalam mengerjakan tugas pelayanan kita. AP. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun