Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kristus adalah Perantara Kita

7 November 2021   16:38 Diperbarui: 7 November 2021   16:42 2411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perantara atau pengantara adalah orang yang bertindak sebagai penengah yang berusaha mendamaikan perselisihan di antara dua pihak demi mencapai sebuah kesepakatan. Seperti halnya hubungan Allah yang telah rusak oleh karena dosa. Allah menentang dan murka kepada kita karena adanya dosa. Dosa dijelaskan dalam Alkitab sebagai pelanggaran terhadap hukum Allah (1Yoh. 3:4) dan pemberontakan terhadap-Nya (Ul. 9:7; Yos. 1:18). Allah membenci dosa, dan dosa menghalangi hubungan kita dengan-Nya. "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak" (Rm. 3:10). Semua orang adalah pendosa, status itu sebagai status yang diwariskan oleh Adam, kemudian membuat kita akhirnya melakukan dosa setiap hari. Satu-satunya hukuman yang adil bagi dosa adalah kematian (Rm. 6:23), bukan saja kematian jasmani tetapi juga kematian kekal (Why. 20:11-15) atau kebinasaan.

Upaya apapun yang kita lakukan tidak akan cukup untuk meredahkan murka Allah. Perbuatan baik dan ketaatan kepada hukum (Taurat) sebanyak dan sebaik apapun juga tidak dapat membenarkan diri kita di hadapan Allah yang kudus (bdk. Yes. 64:6; Rm. 3:20; Gal. 2:16). Dalam hal inilah kita sangat memerlukan perantara. Karena tanpanya, kita dipastikan akan binasa dalam kekekalan. Sejak PL, Allah telah menetapkan perantara sementara, yaitu kurban binatang. Di mana kurban binatang ini mengarah kepada penggenapan kurban yang sejati di dalam Yesus Kristus. Itulah sebabnya, dapat dikatakan bahwa Yesuslah perantara kita yang sejati. Melalui Yesus Kristus ada sebuah harapan! "Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus" (1Tim. 2:5).

Dalam Ibrani 9:15 juga mengatakan, "Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama." Oleh karena Yesus adalah Perantara yang agung, yang memampukan kita berdiri di hadapan Allah dengan mengenakan kebenaran Kristus. Karena di atas kayu salib, Yesus telah menanggung setiap pelanggaran dan dosa kita dengan kebenaran-Nya (2Kor. 5:21). Hanya melalui perantaraan Yesus kita dapat diselamatkan dan itu satu-satunya cara untuk memperolehnya.

Bagaimana caranya Yesus dapat menjadi perantara bagi perjanjian baru? Atau mengapa Dia dapat disebut sebagai perantara bagi perjanjian baru?

  • Karena Yesus adalah imam besar 

Bagian pertama ini menegaskan bahwa Yesus telah datang sebagai imam besar. Dalam PL, imam besar biasanya bertugas: (1) mempersembahkan kurban pendamaian umat dengan media binatang atau hewan (bdk. Im. 5); (2) imam besar juga menjadi kepala petugas di Bait Allah; dan (3) imam besar juga adalah pemimpin umat Yahudi. Jadi, imam besar mewakili umat untuk mengaku dosa di hadapan Allah, dan kemudian memperoleh pengampunan.

Pada ayat 1 dikatakan bahwa Yesus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang. Artinya Yesus datang sebagai imam besar untuk kepentingan dan kebaikan kita. Apakah yang baik bagi kita? Yang baik bagi kita adalah keselamatan dan persekutuan yang kekal bersama Bapa. Kemudian dikatakan lagi bahwa Yesus telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna yang bukan dibuat oleh tangan manusia. Dari karakteristik ini menunjukkan bahwa kemah itu bukan kemah biasa, tetapi menyiratkan bahwa kemah itu ada di surga.

Berdasarkan hal itu, maka kita dapat memahami betapa pentingnya peran Yesus sebagai imam besar dalam konteks ini. Oleh karena tugas, fungsi dan peran pelayanan-Nya tidak dilakukan di bumi ini melainkan langsung di surga. Jadi Yesus sebagai imam besar telah masuk dan melayani di tempat kudus surgawi. Hal ini menunjukkan sebuah jaminan yang pasti bagi keselamatan setiap umat yang berdosa dan percaya kepada Yesus.

Yesus pernah berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh. 14:6). Sebagai perantara, Yesus menjadi jalan satu-satunya bagi kita untuk datang kepada Bapa. Itulah sebabnya, kita harus menolak ungkapan, banyak jalan menuju Surga. Karena jalan ke surga, jalan kepada Bapa hanya melalui Yesus Kristus. Karena Dia adalah imam besar kita, Dia telah membenarkan kita, dan menjadikan kita menjadi penyembah Allah yang benar. Sehingga ketika Yesus disalibkan dan mati, maka tabir Bait Allah yang memisahkan ruang kudus dan ruang maha kudus terbelah menjadi dua. Ini menunjukkan kita tidak perlu imam manusia, karena kita telah memiliki imam besar Kristus di surga. Dengan demikian, kita sendiri memiliki akses langsung kepada Allah melalui Yesus Kristus.

Sebagai imam besar dan perantara kita dengan Bapa, maka Yesus juga mendoakan kita dan membela kita di hadapan Allah Bapa. Ketika si Setan berusaha untuk mendakwa kita (Why. 12:10), maka Yesus selalu setia memberikan pembelaan kepada kita. Bahkan dalam Yohanes 17 menjelaskan bahwa Yesus mendoakan para pengikut-Nya, termasuk kita yang adalah pengikut-Nya pada masa kini. Supaya kita dapat mengenal Allah dan Putra-Nya, Yesus Kristus (ay. 3); kita dilindungi dari pemurtadan (ay. 11); kita bersatu dalam roh seperti Bapa dan Putra bersatu (ay. 11); kita dipenuhi dengan sukacita-Nya (ay. 13); kita dilindungi daripada yang jahat (ay. 15); kita dikuduskan oleh Firman Allah (ay. 17); kita bersatu dalam Kristus lintas generasi (ay. 20--21); kasih kita menyampaikan pesan Kristus kepada dunia (ay. 23); kita bergabung dengan-Nya di surga untuk selamanya (ay. 24); dan kita mengalami kasih yang sama bagi sesama seperti yang ada di antara Bapa dan Putra (ay. 26).

Itulah sebabnya, setiap kali orang Kristen berdoa, maka pada bagian terakhir doanya selalu diakhiri dengan ungkapan, "dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami telah berdoa...", karena Yesuslah satu-satunya jalan untuk sampai kepada Bapa, dan Yesuslah satu-satunya perantara kita dengan Bapa. Maka doa kita pun harus didasarkan pada Dia, sang Imam Besar kita.

  • Karena Yesus telah mengurbankan diri-Nya dan mencurahkan darah-Nya sendiri bagi keselamatan kita

Apabila imam besar dalam PL mempersembahkan kurban binatang atau mencurahkan darah binatang sebagai kurban pengampunan dosa (menunjukkan keterbatasan dari kurban itu), maka Yesus sebagai Imam Besar justru mempersembahkan diri-Nya sendiri dan juga darah-Nya sendiri sebagai kurban penghapus dosa.

 Yesus masuk ke ruang mahakudus untuk mencurahkan darah-Nya sebagai kurban penghapus dosa, dan itu dilakukan satu kali untuk selama-lamanya. Artinya tindakan itu hanya dilakukan satu kali tetapi berlaku untuk semua dan untuk selama-lamanya. Di sinilah letak perbedaan sekaligus kualitas imam besar Yesus dengan imam besar yang lain. Di mana imam besar dalam PL hanya bisa mempersembahkan kurban binatang, sehingga itu harus dilakukan secara berulang-ulang. Sedangkan Yesus mengurbankan diri-Nya sendiri dan mencurahkan darah-Nya sendiri, dan itu dilakukan cukup satu kali untuk selama-lamanya.

Artinya pengurbanan Kristus sudah cukup dan sudah final bagi keselamatan kita. Jangan sampai kita kembali menyalibkan Dia untuk kedua kalinya. Seperti yang dikemukakan dalam Ibrani 6:6, "namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum." Apakah artinya? Ungkapan "murtad" di sini bisa juga dipahami "jatuh dari (Allah)". Secara gramatikal Yunaninya, maka hendak menegaskan sebuah tindakan yang berkelanjutan (ay. 4-6) karena terdiri dari lima verba partisip aoris, yakni: diterangi, mengecap, menjadi, sekali lagi mengecap, dan akhirnya murtad.

Bagi mereka yang telah murtad adalah bahwa "tidak mungkin" mereka "diperbarui sekali lagi hingga bertobat." Pembaruan tersebut mustahil "sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum." Perlu untuk digarisbawahi, pada waktu Tuhan Yesus disalibkan oleh umat Israel mereka menganggap salib itu layak untuk-Nya. Setelah mereka bertobat, mereka berpaling dari pikiran itu, dan merasa bahwa salib itu sangat tidak layak. Kalau mereka murtad, berarti mereka kembali berpikir bahwa salib itu layak untuk Tuhan Yesus, sehingga dikatakan bahwa mereka "menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka". Kalau mereka murtad, berarti mereka memihak kepada orang-orang yang setuju dengan penyaliban Kristus. Dengan demikian mereka menyatakan bahwa hati mereka sudah menjadi keras dan menolak salib Kristus.

Orang-orang yang seperti ini adalah mereka yang tidak bersedia bertumbuh di dalam kehidupan Kristen. Itu artinya yang dialaminya adalah kemunduran, yang ujungnya mungkin adalah kemurtadan. Jika seseorang sampai menjadi murtad sesudah mengecap karunia surgawi, maka kemurtadan tersebut tidak mungkin digolongkan sebagai dosa biasa sebab mencakup di dalamnya suatu penolakan terhadap yang disediakan Allah di dalam Kristus (kembali menyalibkan Anak Allah). Di mana secara singkat dan sederhana dalam Teologi Reformed menggolongkan orang-orang seperti ini bukanlah orang pilihan. Sejatinya sejak semula mereka tidak dipilih, sekalipun mereka telah diberikan kesempatan untuk menikmati sebuah anugerah yang besar dari Allah dalam Yesus Kristus.

  • Karena melalui Yesus, kita telah disucikan

Pada ayat 14, penulis Ibrani mengemukakan tentang kelebihan darah Kristus. Mengapa kemudian darah Kristus dikatakan memiliki kelebihan dari pada darah kurban binatang? Oleh karena darah Kristus dapat berdampak lebih dari pada darah binatang dan darah Kristus jauh lebih berkuasa dari pada darah binatang. Itulah sebabnya, hanya melalui darah Kristus kita memperoleh penebusan yang sempurna. Bahkan penebusan dilakukan cukup satu kali untuk selama-lamanya.

Yang paling penting adalah darah Kristus telah menyucikan kita dari segala dosa. Kalau darah dan tubuh binatang hanya dapat menyucikan tubuh jasamani manusia, tetapi darah Kristus akan menyucikan hati nurani kita. Adapun kata menyucikan  di sini sama dengan kata yang digunakan dalam ayat 13. Sehingga dapat dipahami bahwa darah Yesus mampu membebaskan kita dari dosa dan membersihkan hati kita. Sehingga membuat kita menjadi orang yang merdeka, yakni merdeka dalam memuji dan melayani Tuhan.

Demikianlah kita dapat memahami dan mengerti betapa penting dan urgennya Yesus sebagai perantara kita. Karena melaluinya kita memperoleh keselamatan, melaluinya kita dapat kembali memiliki persekutuan dengan Allah dan melaluinya hidup kita dikuduskan untuk memuji dan memuliakan Allah. AP/PG.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun