Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kristus adalah Perantara Kita

7 November 2021   16:38 Diperbarui: 7 November 2021   16:42 2411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://parokicikarang.or.id/

Apabila imam besar dalam PL mempersembahkan kurban binatang atau mencurahkan darah binatang sebagai kurban pengampunan dosa (menunjukkan keterbatasan dari kurban itu), maka Yesus sebagai Imam Besar justru mempersembahkan diri-Nya sendiri dan juga darah-Nya sendiri sebagai kurban penghapus dosa.

 Yesus masuk ke ruang mahakudus untuk mencurahkan darah-Nya sebagai kurban penghapus dosa, dan itu dilakukan satu kali untuk selama-lamanya. Artinya tindakan itu hanya dilakukan satu kali tetapi berlaku untuk semua dan untuk selama-lamanya. Di sinilah letak perbedaan sekaligus kualitas imam besar Yesus dengan imam besar yang lain. Di mana imam besar dalam PL hanya bisa mempersembahkan kurban binatang, sehingga itu harus dilakukan secara berulang-ulang. Sedangkan Yesus mengurbankan diri-Nya sendiri dan mencurahkan darah-Nya sendiri, dan itu dilakukan cukup satu kali untuk selama-lamanya.

Artinya pengurbanan Kristus sudah cukup dan sudah final bagi keselamatan kita. Jangan sampai kita kembali menyalibkan Dia untuk kedua kalinya. Seperti yang dikemukakan dalam Ibrani 6:6, "namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum." Apakah artinya? Ungkapan "murtad" di sini bisa juga dipahami "jatuh dari (Allah)". Secara gramatikal Yunaninya, maka hendak menegaskan sebuah tindakan yang berkelanjutan (ay. 4-6) karena terdiri dari lima verba partisip aoris, yakni: diterangi, mengecap, menjadi, sekali lagi mengecap, dan akhirnya murtad.

Bagi mereka yang telah murtad adalah bahwa "tidak mungkin" mereka "diperbarui sekali lagi hingga bertobat." Pembaruan tersebut mustahil "sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum." Perlu untuk digarisbawahi, pada waktu Tuhan Yesus disalibkan oleh umat Israel mereka menganggap salib itu layak untuk-Nya. Setelah mereka bertobat, mereka berpaling dari pikiran itu, dan merasa bahwa salib itu sangat tidak layak. Kalau mereka murtad, berarti mereka kembali berpikir bahwa salib itu layak untuk Tuhan Yesus, sehingga dikatakan bahwa mereka "menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka". Kalau mereka murtad, berarti mereka memihak kepada orang-orang yang setuju dengan penyaliban Kristus. Dengan demikian mereka menyatakan bahwa hati mereka sudah menjadi keras dan menolak salib Kristus.

Orang-orang yang seperti ini adalah mereka yang tidak bersedia bertumbuh di dalam kehidupan Kristen. Itu artinya yang dialaminya adalah kemunduran, yang ujungnya mungkin adalah kemurtadan. Jika seseorang sampai menjadi murtad sesudah mengecap karunia surgawi, maka kemurtadan tersebut tidak mungkin digolongkan sebagai dosa biasa sebab mencakup di dalamnya suatu penolakan terhadap yang disediakan Allah di dalam Kristus (kembali menyalibkan Anak Allah). Di mana secara singkat dan sederhana dalam Teologi Reformed menggolongkan orang-orang seperti ini bukanlah orang pilihan. Sejatinya sejak semula mereka tidak dipilih, sekalipun mereka telah diberikan kesempatan untuk menikmati sebuah anugerah yang besar dari Allah dalam Yesus Kristus.

  • Karena melalui Yesus, kita telah disucikan

Pada ayat 14, penulis Ibrani mengemukakan tentang kelebihan darah Kristus. Mengapa kemudian darah Kristus dikatakan memiliki kelebihan dari pada darah kurban binatang? Oleh karena darah Kristus dapat berdampak lebih dari pada darah binatang dan darah Kristus jauh lebih berkuasa dari pada darah binatang. Itulah sebabnya, hanya melalui darah Kristus kita memperoleh penebusan yang sempurna. Bahkan penebusan dilakukan cukup satu kali untuk selama-lamanya.

Yang paling penting adalah darah Kristus telah menyucikan kita dari segala dosa. Kalau darah dan tubuh binatang hanya dapat menyucikan tubuh jasamani manusia, tetapi darah Kristus akan menyucikan hati nurani kita. Adapun kata menyucikan  di sini sama dengan kata yang digunakan dalam ayat 13. Sehingga dapat dipahami bahwa darah Yesus mampu membebaskan kita dari dosa dan membersihkan hati kita. Sehingga membuat kita menjadi orang yang merdeka, yakni merdeka dalam memuji dan melayani Tuhan.

Demikianlah kita dapat memahami dan mengerti betapa penting dan urgennya Yesus sebagai perantara kita. Karena melaluinya kita memperoleh keselamatan, melaluinya kita dapat kembali memiliki persekutuan dengan Allah dan melaluinya hidup kita dikuduskan untuk memuji dan memuliakan Allah. AP/PG.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun