Gereja harusnya menjadikan tindakan Yesus di atas sebagai standar untuk menegakkan setiap kebenaran dalam ajaran dan praktik hidup setiap hari. Gereja tidak boleh kompromi dengan pengajaran yang keliru bahkan juga praktik-praktik yang salah dalam gereja. Karena sejatinya, gereja merupakan kumpulan orang-orang yang telah dimerdekakan dari dosa dan dibenarkan untuk dapat memiliki persekutuan dengan Kristus dan Allah. Gereja harus menunjukkan jati dirinya sebagai reflektor terang dan kasih Kristus kepada dunia. Jangan sampai gereja justru menjadi "sarang penyamun", tempat berpolitik, gudang ketidakjujuran, pusat korupsi, hingga tempat untuk berkompromi dengan praktik-praktik yang tidak jujur serta memelihara perbuatan-perbuatan yang amoral. Jangan sampai juga gereja menjadi tempat lahir dan berkembangnya teologi yang sesat dan ajaran yang tidak alkitabiah.
Itulah sebabnya, dalam momen memperingati hari Reformasi Gereja yang ke-504, maka setiap gereja harus berintrospeksi diri sembari merayakan momen yang bersejarah ini. Gereja juga harus melihat apa yang pernah dan telah dilakukan oleh Yesus, dan apa yang pernah dan telah dilakukan oleh para tokoh Reformator, untuk kemudian mereformasi diri sehingga senantiasa layak disebut the little Christ.
Kiranya ungkapan Ecclesia semper Reformanda est atau Gereja harus selalu Tereformasi, melalui pertolongan Roh Kudus dapat terwujud dan direalisasikan di dalam ajaran dan tindakan praktis gereja. Selamat Merayakan Hari Reformasi Gereja yang ke-504. AP/PG.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H