Dalam Surat 2 Korintus 3:3 tertulis, "Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia".
Kita menjadi orang percaya karena kuasa Roh Kudus, melalui pelayanan hamba-hamba Tuhan yang menyampaikan Injil kepada kita dan kita merespons dengan percaya. Berdasarkan ayat di atas hendak menegaskan bahwa Firman Kristus itu harus nyata dalam tindakan kita supaya dapat menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitar kita.
Hal yang sama pun sebenarnya hendak Yesus kemukakan dalam Matius 5: 17-20. Dalam bagian ini Yesus hendak mempertentangkan diri-Nya dengan ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Di mana menjadikan hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi sebagai contoh konkrit kegagalan dalam melakukan hukum, perintah, atau Firman Tuhan secara benar. Sebaliknya, Yesus menjadikan Diri-Nya sendiri sebagai contoh orang yang berhasil dalam menuruti, melakukan bahkan menggenapkan perintah, hukum, atau Firman Tuhan.
Apa saja yang dimaksud dengan memberitakan Firman Tuhan berarti melakukan berdasarkan perikop ini?
1.Kita harus memberitakan Firman Tuhan yang sebenarnya (ay. 17, 18, 19).
Pada ayat 17, Yesus secara tegas menyatakan, "Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya". Kemudian pernyataan yang kurang lebih sama dikemukakan lagi oleh Yesus dalam aya 18, "..satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi". Sekali lagi diulangi oleh-Nya dalam ayat 19, "..siapa yang meniadakan satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan menajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Surga..".
Apabila dianalisa dengan baik, maka penegasan Yesus dalam ayat 17, sebenarnya dia melihat kepada diri-Nya sendiri. Kemudian dalam ayat 18 dia melihat kepada konten pemberitaan, dan pada ayat 19, Yesus melihat kepada ahli Taurat dan orang Farisi. Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa dalam bagian ini Yesus sebenarnya hendak mempertentangkan Diri-Nya dengan ahli Taurat dan orang Farisi.
Hal ini sengaja dilakukan oleh Yesus, supaya setiap orang yang mendengar khotbahnya waktu itu memperbaiki perspektifnya. Karena selama ini mereka telah dibuat keliru oleh pengajar-pengajar Taurat serta orang-orang Farisi. Mereka sudah terjebak dalam praktik yang keliru. Mereka tidak lagi melakukan Taurat secara murni. Bahkan khotbah-khotbah yang mereka dengarkan penuh dengan manipulasi, kebohongan bahkan pandangan yang keliru. Sehingga tidak heran apabila banyak di antara mereka yang kemudian disesatkan.
Itulah sebabnya, apa yang disampaikan oleh Yesus di sini menjadi pelajaran penting bagi setiap orang Kristen hari ini. Karena tugas bersaksi dan memberitakan Firman Tuhan bukan hanya menjadi tugas para pelayan, tetapi semua orang Kristen.
Melalui pernyataan Yesus ini, kita belajar bahwa jangan pernah mengganti konten pemberitaan kita dengan sesuatu di luar Firman Tuhan. Jangan meniadakan satu perintah yang tertulis di dalam Alkitab kemudian menggantinya dengan pemahaman kita atau prinsip duniawi kita. Oleh karena hanya yang diwahyukan atau yang Tuhan firmankan yang digenapi, sebaliknya filsafat kita, pengalaman hidup kita, pergumulan kita, hanyalah kisah biasa yang tidak dapat disejajarkan dengan Firman Tuhan.
Kita harus memberitakan Firman Tuhan yang sebenarnya. Jangan menggantinya dengan filsafat manusia, pengalaman hidup kita. Â Tuhan Yesus melalui pesan dalam ayat 17 ingin supaya kita melihat kepada dirinya dan menjadikannya model untuk kita contoh bahwa dalam pemberitaan Firman jangan mengurangi isi dan esensi Firman yang kita sampaikan.
Kemudian melalui pesan ayat 18, Dia ingin kita senantiasa menyadari bahwa pemberitaan yang kita sampaikan harusnya Firman Tuhan, karena hanya yang diwahyukan saja yang akan digenapi. Dan terakhir, melalui pesan dalam ayat 19, Dia ingin kita menjadikan orang-orang Farisi dan ahli Taurat sebagai contoh kegagalan seorang pengajar Taurat dan pemberita Firman dalam menyampaikan Firman Tuhan. Supaya kita tidak jatuh dalam 'jurang' yang sama.
2.Kita harus memberitakan Firman Tuhan berbeda dari orang Farisi dan Ahli Taurat (ay.20)
Ada apa dengan orang Farisi dan ahli Taurat? Sehingga kita harus berbeda dengan mereka dalam memberitakan Firman Tuhan. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, bahwa mereka itu adalah contoh kegagalan dalam pemberitaan Firman secara benar. Akan tetapi kita akan melihatnya secara terperinci di sini. Sehingga kita sadar dan tahu bahwa kita tidak boleh sama dengan mereka.
Orang-orang Farisi. Kelompok ini sangat menekankan setiap huruf dalam hukum, akan tetapi Yesus mencari sesuatu yang sangat berbeda dari standar mereka. Bagi kelompok ini, kebenaran merupakan urusan meneliti peraturan (mengkompromikan setiap aturan itu supaya mudah dilakukan), tetapi bagi Yesus, kebenaran merupakan pemeliharaan hukum dalam segenap maksud dan tujuan Tuhan yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini, Yesus mengajarkan sebuah ketaatan yang radikal. Intinya, apabila orang Farisi puas dengan ketaatan eksternal dan formal, sebuah kesesuaian dengan huruf-huruf hukum, maka Yesus mengajarkan kita bahwa perintah Allah jauh lebih radikal dari hal itu.
Ahli Taurat. Kelompok ini tidak jauh berbeda dengan orang Farisi. Bahkan pada beberapa bagian Alkitab disebutkan bahwa orang Farisi juga adalah ahli Taurat. Mereka juga banyak mengetahui secara detail tentang Taurat, akan tetapi terkadang disertai dengan kurangnya pemahaman akan hal yang sungguh-sungguh penting dari apa yang tertulis. Ahli Taurat adalah orang yang terpelajar, akan tetapi sama halnya dengan orang Farisi, mereka seringkali keliru dalam memahami Taurat.
Sehingga bagi Yesus jalan atau cara yang mereka (orang Farisi dan ahli Taurat) adalah jalan yang salah. Yesus memperingatkan kita bahwa apabila kita ingin memasuki Kerajaan Surga, mereka harus mengambil jalan yang berbeda. Marilah kita memberitakan Firman Tuhan secara berbeda dari ahli Taurat dan orang Farisi supaya kita dapat dikategorikan sebagai pelaku Firman.
Lalu, apakah manfaatnya atau dampak bagi kita apabila kita secara konsisten memberitakan serta melakukan Firman Tuhan? Jawabnya: kita akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga. Apakah maksudnya? Sikap yang salah dalam terhadap perintah Tuhan berarti tempat terendah di dalam Kerajaan Allah. Di sisi lain, mereka yang taat dan mengajar yang lain agar taat terhadap perintah Allah akan menduduki tempat yan tinggi di dalam Kerajaan Allah.
Tampaknya keduanya telah berada di dalam kerajaan, tetapi yang pertama sekadar telah masuk (1Kor. 3:5), sementara yang kedua diberikan sebuah kehormatan.
Marilah kita memberitakan Firman Tuhan secara benar dan dengan porsi yang tepat supaya kita berbeda dengan orang Farisi dan ahli Taurat dan supaya kita mendapatkan kehormatan dan dimuliakan dalam Kerajaan Surga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H