Weekend mulai menjadi fenomena baru bagi saya yang baru mulai duduk di bangku perkuliahan. Jika sebelumnya selalu ada banyak kesibukan selama weekend, berbeda dengansekarang aku punya kuasa penuh mengisi kegiatan selama weekend.Matahari belum terlalu tinggi, tapi perut sudah memberiisyarat minta diisi. Ku putuskan saja untuk mencari menu yang berbeda.Mulai kukayuh sepeda kesayangan menuju tengah – tengah kota Yogyakarta tepatnya di Lapangan Kridosono,Kotabaru sambil berharap ada yang menarik selera makan pagi ini. Setelah beberapa lama berkeliling ada satu tempat makan yang pas untuk menu sarapan pagi ini.Nasi Kuning ayam bumbu bali. Penasaran dengan namanya, saya datangi tempatnya. Setelah melihat daftar menunya harga yang ditawarkan cukup terjangkau untuk kalangan mahasiswa seperti saya. Mulai dari Rp.5.000,-
Tak perlu menunggu lama,untuk menikmati seporsi nasi kuning ayam bumbu bali ini. Terlihat menarik memang, karena biasanya nasi kuning hanya dipadukan dengan sambel dan lalapan atau urap kelapa, tapi yang satu ini dengan ayam dengan bumbu bali yang belum familiar di lidah orang jawa. Ternyata perpaduannya cukup terasa, enak, gurih bercampur dengan keunikan dari rasa ayamnya. Hmm…tak salah pilih menu pagi ini.
Bagi anda yang ingin menu tambahan juga ada, tentu dengan harga yang berbeda. Yang ingin delivery juga bisa. Bebas biaya untuk layanan ini. Bisa untuk partai besar atau partai kecil. Makan di tempat??? Anda bisa menemukannya di sebelah timur Lapangan Kridosono. Tempatnya nyaman dan asyik jika di pakai untuk istirahat terutama bagi yang habis olahraga jogging atau bersepeda ria.
Inovasi makanan khas Indonesia memang perlu di galakan, bukan hanya dijadikan sebagai pengisi perut semata, tapi seiring merebaknya makanan dari luar yang justru tidak sehat (junk food) maka sebagai solusi pengganti perlu adanya yang makanan asli dari bangsa sendiri yang dijamin sehat. Bahkan nasionalisme juga bisa dipupuk dari sini, meski terbilang faktor kecil namun sesuatu yang besar justru muncul dari hal kecil. Jika masyarkat sadar akan cinta pada produk sendiri,tentu bisa menstimulan kecintaan – kecintaan yang lain terhadap Indonesia. Dan bukan tidak mungkin ini membantu peningkatan ekonomi Indonesia. Terutama untuk kalangan menengah. Saya teringat akan kata – kata pak dosen bahwa angkringan adalah bentuk perlawanan rakyat terhadap kuliner yang berbasis kapitalisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H