Beberapa survey menyebutkan banyaknya kegagalan produk baru di pasar bahkan di Eropa AC Nielsen menemukan 90% product baru gagal untuk diteruskan. Di indonesia sendiri ini banyak terjadi misalnya PT Jamu Jago yang sudah berdiri sejak 1918 pun harus menerima kegagalan Jamu Buyung Upik yang di perkenalkan untuk anak-anak atau minuman isotonk Gatorade yang sudah menghabiskan dana besar untuk mengintroduce pasar. Bahhkan shampo dengan merk Dimension terpaksa mundur perlahan dari pasar ini juga nasibnya sama dengan Pepsi crystal.
J'co Donnuts yang selalu penuh dengan antrian pembeli juga merupakan produk baru bagi konsumen di Indonesia justru mampu bertahan sebagai produk baru yang sukses, dengan apik J'co meggunakan program marketing mix modern yang nyata... bukan hanya place tetapi juga unsur-unsur physical evidence dan process di tampilkan pada tiap-tiap gerai J'co donnuts.
Sebagai leader produk-produk baru tentu tidaklah mudah, bisa dibayangkan bagaimana proses pengembangan ide, research dan design produk serta kegiatan introduction ke pasar membutuhkan dana yang besar dan waktu yang lama. Pocari sweat contohnya setelah sekian lama membangun kepercayaan pasar terhadap minuman isotonik saat ini harus berhadap-hadapan dengan followernya sendiri seperti mizone dan terpaksa Pocari harus merubah kemasannya menjadi kemasan plastik agar pasarnya tidak tergerus oleh pesaingnya.
Beberapa hal yang dianggap penyebabnya kegagalan produk-produk baru ini antara lain ;
1. Kecilnya potensi pasar, distribusi tidak baik dan tidak berbeda dengan lainnya alias produk lama yang dikemas baru. dialami oleh produk jamu Buyung-upik yang jelas sekali sangat kecil potensi pasarnya atau Pepsi crystal yang lemah dalam hal distribusi.
2. Finance failure atau kegagalan akibat rendahnya tingkat pengembalian sehingga untuk memproduksinya lagi sudah tidak mampu.
3. Masalah waktu... Produk terlalu cepat masuk ke pasar atau terlambat masuk ke pasar.. seperti permen Kopiko yang terlalu cepat masuk dan pada saat berikutnya permen rasa kopi ini berhasil dikuasai oleh followernya yaitu permen Kino.(market membutuhkan edukasi yang cukup terhadap produk) Tara nasiku yang dikeluarkan produsen sekaliber Unilever pun harus menerima kondisi ini.
4. Kegagalan teknis produk... atau biasa disebut dengan produk gagal seperti Handphone Nokia dengan seri N73.
5. Budaya perusahaan yang tidak berorientasi pasar... (menciptakan produk hanya berdasarkan utilitas saja).
6. Peraturan pemerintah atu kondisi ekonomi makro... GORO yang memiliki konsep gudang perkulakan yang masih sangat baru terpaksa menerima kenyataan kondisi ini.
Berapa banyak produk-produk baru yang anda kenal dan mengalami kegagalan pasar.. bukankah ini dapat menjadi pelajaran buat kita dalam menciptakan produk atau jasa baru ke pasar??????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H