Tarutung, 01 Juli 2022.
Seorang anak kelas 3 SD yang bernama Hasiholan Silalahi baru saja menerima hasil ujian ulangan mata pelajaran Matematika. Ayahnya memarahi Hasiholan karena nilai ulanganya hanya 40 saja.
Ayah: Nak. Kamu kog lamban bangat ya! Masa nilai ualangan mata pelajaran Matematikamu anjlok, hanya nilai 40 saja. Kamu mau jadi apa nanti kalau kamu tidak pintar. Apalagi berhitung itu penting untuk kehidupan sehari-hari juga.
Hasiholan: Maafkan saya Pak. Saya sudah berjuang, tapi segitulah kemampuan saya Pak.
Ayah: Waduh.. Kamu kayaknya kebanyakan bermain di sekolah. Kamu tidak sungguh-sungguh ketika belajar.
Hasiholan: Maafkan saya Pak. Saya akan coba memperbaikinya.
Ayah: Kamu yakin bisa memperbaikinya? Ayah ragu Nak. Ayah sangat ragu.
Hasiholan: Iya Pak. Saya akan berjuang lebih sungguh-sungguh lagi. Tapi ayah harus janji kalau nilai ulangan pelajaran Matematikaku tinggi, Ayah harus kasih saya hadiah.
Ayah: Kalau nilai ulangan Matematikamu bisa tinggi, ayah janji akan membelikan sepeda untukmu. Tapi kalau tidak bisa, terpaksa ayah akan menghukummu dan tidak akan memberikan uang jajan lagi.
Hasiholan: Baik Ayah. Tapi Ayah jangan bohong ya! Janji harus ditepati ya.
Ayah: Jangankan sepeda, apapun Ayah akan berikan kalau kamu pintar di sekolah.
Setelah beberapa bulan, Hasiholan mendatangi Ayahnya.
Hasiholan: Yah! Ayah! Ayah!
Ayah: Kenapa Nak, kamu tampak senang sekaki.
Hasiholan: Kali ini Ayah harus menepati janji Ayah untuk membelikan sepeda samaku.
Ayah: Emang kenapa Nak?
Hasiholan: Nilai ulangan Matimatikaku sudah 90 Ayah.
Ayah: Wah.. Bagus.. Coba mana hasil ulangannya Nak.
Hasiholan: Ah.. Beli dulu lah Yah sepedanya. Nanti saya tunjukin nilai ulanganku. Ayoh lah Ayah. Ayah jangan bohong. Ayahkan sudah berjanji. Nanti habis beli sepeda langsung Saya kasih lihat nilai ulangan pelajaran Matematikannya.
Ayah: Benar nih! Kalau begitu, ayoklah. Kita cari sepeda yang bagus supaya kamu makin giat belajarnya.
Akhirnya Hasiholan bersama dengan Ayahnya pergi ke toko sepeda untuk membelikan sepeda kesukaannya. Hasiholan dan Ayahnya sangat menikmati perjalanan mereka untuk membeli sepeda. Setelah Hasiholan dan Ayahnya tiba di rumah:
Ayah: Gimana Nak. Suka sama sepedanya?
Hasiholan: Suka sekali Ayah.
Ayah: Makin giat belajar ya Nak!
Hasiholan: Iya Ayah.
Ayah: Coba lihat Nak. Mana hasil ulangan Matematikamu. Ayah tidak sabar melihat hasilnya Nak.
Hasiholan: (Sambil menunjukkan hasil ulangan pelajaran Matematika yang sudah diikuti tiga kali). Ini Ayah. Nilaiku 90 kan? Nilai ulangan pertama: 30. Ulangan kedua: 30. Nilai ulangan ketiga: 30. Jadi semuanya kalau dijumlahkan nilai 90 Ayah!
Ayah: Agoi Amanggggggg! Nak. Kamu sudah bohongi Ayah. Dasar anak yang lamban. Nilaimu bukan naik Nak. Malah turun dari 40 jadi 30. Sudah tiga kali kamu ikut ulangan pelajaran Matematika semuanya tidak ada yang bagus. Nilainya hanya 30.
Hasiholan: Ayah yang tidak bisa Matematika. Coba Ayah jumlahkan nilainya. Semuanya 90 Ayah.
Ayah: Bah! Kamu salahkan pula Ayahmu. Pantasan nilai pelajaran Matematikamu tidak pernah bagus Nak. Tiga kali kamu ikut ulangan Matematika, ulangan ke-1 nilaimu 30, ulangan ke-2 nilaimu 30, ulangan ke-3 nilaimu juga 30. Jadi kalau dirata-ratakan nilaimu 30 Nak, bukan 90.
Hasiholan: Begtu ya Ayah?
Ayah: Dasar anak yang lamban. Sepedanya Ayah tarik lagi dan Ayah tidak akan memberikan uang jajan selama 1 bulan ke depan.
Hasiholan: Maafkan saya Ayah... Maafkan saya....Maafkan lagi saya Ayah..
                                                                  *Sekian*
Perenungan: Kita harus belajar menghargai perjuangan anak dalam mewujudkan sesuatu. Kalau gagal, kita harus memberi dukungan bukan merendahkan apalagi merehkannya. Memberi hadiah saat anak berprestasi itu biasa. Tapi memberi anak hadiah saat kurang berprestasi adalah bentuk dukungan yang luar biasa. Setiap anak pasti punya potensi dan kelebihan di bidang tertentu. Itulah yang harus digali dan dikembangkan oleh orangtua.