Mohon tunggu...
Adi SuhenraSigiro
Adi SuhenraSigiro Mohon Tunggu... Dosen - Melayani Tuhan, Keluarga, Negara, Gereja, Sesama, serta Lingkungan merupakan panggilan sejak lahir

Pendidikan S1: Sekolah Tinggi Teologi Kharisma Bandung (Lulus 2016). Pendidikan S2: Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus Bandung (Lulus 2020). Pelayanan: Perintisan dan Pemuridan di Gereja Bethel Indonesia Jl. Pasirkoja 39 Bandung, tahun 2012-2022. Pekerjaan: Dosen PNS IAKN Tarutung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

3 Makna Ungkapan 'Bapa' dalam Doa Bapa Kami

27 Mei 2022   15:47 Diperbarui: 27 Mei 2022   15:53 2130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Adi Suhenra Sigiro, M.Th

Sahabat Pembaca yang setia! Doa yang diajarkan Tuhan Yesus, kepada murid-murid-Nya, sangat singkat dan mudah dihafalkan. Bahkan dari dulu sudah banyak pengarang lagu rohani membuat nada-nada yang menarik, sehingga doa Bapa kami dapat diucapkan dalam sebuah nyanyian pujian dan penyembahan. Namun, dalam doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya, yakni pada bagian berikut, 

"Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu." ada makna yang dalam yang penting untuk dimengerti dan dipahami, sehingga doa pada bagian pembukaan ini tidak sekedar hanya menjadi sebuah hafalan maupun nyanyian. Ungkapan Bapa kami yang di sorga, merupakan ungkapan yang khas dan unik.

 Sebab tidak semua agama mengajarkan bahwa allah mereka dapat dipanggil dengan sebutan bapa. Inilah yang membedakan keyakinan kita dengan semua agama apapun yang ada di dalam dunia ini. Ungkapan atau sebutan Allah sebagai Bapa hanya dianugerahkan kepada barang siapa yang percaya kepada Yesus. 

Sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Yohanes 1:12-13  bahwa "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yesus Kristus).  Orang yang doperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani, oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. 

Jadi oleh iman dan penerimaan kita secara pribadi akan nama Yesus, maka kita diangkat sebagai anak dan kita diberi hak istimewa untuk memanggil Allah sebagai Bapa.

Lalu, apa maknanya bagi kita, jikalau kita diangkat sebagai anak Allah dan Allah kita panggil sebagai Bapa? Maknya terletak pada kebenaran berikut:

Satu, sebagai Bapa, Allah menerima kita apa adanya. Sahabat Pembaca yang setia! Gambaran ini dapat kita lihat dalam Lukas 15. Di sana dikisahkan, seorang anak bungsu yang meminta harta bagiannya kepada ayahnya, lalu pergi dari rumah ke tempat yang jauh untuk berpesta pora menghambur-hamburkan harta yang diperolehnya dari ayahnya. 

Setelah semua hartanya habis, hidupnya pun melarat dan penuh dengan kesusahan. Dalam kondisi yang sangat melarat dan menderita, anak tersebut memutuskan untuk kembali ke rumahnya. 

Setelah anak tersebut kembali ke rumah, kita dapat menemukan kebenaran bahwa sang ayah sangat bersyukur dan menerima anak bungsu kembali ke rumah dengan penuh dengan sukacita. Ayahnya tidak mencari-cari kesalahan atau menghakimi anaknya. 

Melainkan menerimanya dengan tangan terbuka. Demikianlah, Allah sebagai Bapa yang baik menerima kehidupan kita anak-anak-Nya, apa adanya. Dalam kekurangan, kelemahan, keterbatasan bahkan ketika kita pun jatuh dalam dosa, sebagai Bapa yang baik, Allah menerima hidup kita apa adanya. 

Allah tidak mencari-cari kesalahan dan menghakimi kita, justru sebaliknya, Dia malah mengampuni dan selalu mau memperhabarui hidup kita.  Bagian kita sebagai anak-Nya, adalah memiliki sikap yang rendah hati untuk selalu datang kepada-Nya.

Dua, sebagai Bapa, Allah pasti memelihara hidup kita. Sahabat Pembaca yang setia! Suatu kali, ada seorang ayah yang kedapatan sedang mencuri di sebuah toko obat. Karena kedapatan masyarakat setempat pun memukul dan menginterogasinya. Sambil menangis, sang ayah tersebut pun menceritakan alasannya mengapa ia mencuri. Ternyata anaknya sedang sakit parah. Namun karena tidak ada uang untuk membeli obat, ia terpaksa mencuri demi kesembuhan anaknya. 

Mendengar cerita tersebut, maka pemilik tokoh dan masyarakat pun melepasnya untuk pergi.  Seorang ayah, akan melakukan apapun demi kebaikan anak-Nya. Sang ayah, selalu siap melakukan segala sesuatu yanh terbaik bagi anaknya, apapun yang menjadi resikonya. 

Bahkan seorang ayah yang jahat saja pasti berjuang memberikan yang terbaik bagi anaknya. Karena itu tidak salah jika dalam Matius 7: 9-10 menyatakan bahwa: " Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?. 

Hubunganya bagi kita sebagai anak-anak Allah, adalah jika bapa jasmani yang ada di dunia ini saja yang masih banyak keterbatasan, kekurangan dan yang tidak juga luput dari dosa masih memikirkan dan berupaya memberikan yang terbaik bagi anaknya, maka sebagai Bapa, Allah pasti memelihara dan memberi yang jauh lebih terbaik dalam hidup kita. Keyakinan ini, dipertegas dalam Matius 7:11 yang menyatakan bahwa: 

"Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."  Bagian kita sebagai anak-Nya, adalah datang bersandar, berlindung kepada-Nya, dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya dalam tangan-Nya. 

Apapun situasi anda pada saat ini, percayalah sebagai Bapa, Allah pasti memelihara, mencukupkan, melindungi dari marahbahaya dan menjauhkan dari malapetaka.

Tiga, sebagai Bapa, Allah memberikan janji-Nya bagi kita. Sahabat Pembaca yang setia! Pernahkah anda mendengar ketika seseorang meninggal lalu ia memberikan semua warisannya kepada pembantunya, tetangganya, padahal ia sendiri memiliki keturunan?

Orangtua sekaya apapun di dunia, ini hampir mustasil untuk melakukannya jika ia masih memiliki keturuanan. Demikian, juga dengan janji atau warisan yang akan diterima dari Tuhan. Hanya orang yang telah diangkat menjadi anak Allah lah yang layak dan patut untuk menerima segala janji dan berkat-Nya. 

Di luar daripada anak-anak Allah tidak berhak untuk menerima berkat dari Allah. Rasul Paulus sendiri mencatat bahwa: "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"

Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah (Gal. 4:6-8). Sebagai anak yang berhak menerima warisan dari Allah, maka jaminan penyertaan, keselamatan, dan kerjaan sorga akan kita terima dengan pasti.

Sahabat Pembaca yang setia! Mari memperbaruhi pemahaman dan pengertian mengenai relasi kita dengan Allah, bahwa melalui iman dan penerimaan akan Tuhan Yesus dalam hidup kita, maka kita diangkat menjadi anak-Nya dan layak memanggil Allah sebagai Bapa. Selanjutnya, terimalah dengan iman segala berkat sorgawi yang disediakan-Nya bagi kita semua anak-anak-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun