Mohon tunggu...
Adi SuhenraSigiro
Adi SuhenraSigiro Mohon Tunggu... Dosen - Melayani Tuhan, Keluarga, Negara, Gereja, Sesama, serta Lingkungan merupakan panggilan sejak lahir

Pendidikan S1: Sekolah Tinggi Teologi Kharisma Bandung (Lulus 2016). Pendidikan S2: Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus Bandung (Lulus 2020). Pelayanan: Perintisan dan Pemuridan di Gereja Bethel Indonesia Jl. Pasirkoja 39 Bandung, tahun 2012-2022. Pekerjaan: Dosen PNS IAKN Tarutung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menumbuhkan Pengenalan Diri yang Positif bagi Remaja: Bagaimana Cara Orangtua?

11 Mei 2022   12:06 Diperbarui: 11 Mei 2022   13:14 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memandang dirinya sebagai masa “storm and stress”. Remaja sangat banyak menghadapi masalah karena remaja berupaya untuk mengenal dirinya (indentitasnya) sendiri. Jika remaja mampu mengenal dirinya dengan baik tentu hal tersebut akan berdampak positif terhadap perilakunya sehari-hari, cara membangun relasi dan komunikasi dengan orang lain yang disekitarnya, termasuk memiliki potensi untuk berprestasi dalam studinya. Namun, sebaliknya jika remaja keliru mengenal dirinya maka hal tersebut berdampak negatif terhadap sikap, perilaku dan tindakannya bahkan akan membuat prestasinya menjadi buruk. Kegagalan remaja dalam mengenal dirinya biasanya diakibatkan beberapa hal, yakni:

Satu, dosa. Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia mengenal dirinya dengan cara yang palsu dan keliru. Hal ini disebabkan karena gambar Allah dalam diri manusia menjadi rusak. Akibatnya membuat manusia menjadi minder atau sebaliknya menjadi egois. Hal inilah yang bisa membuat remaja merasa lebih penting dan lebih baik dari orang lain, sebaliknya bisa membuat remaja menjadi minder, merasa tidak layak, tidak mampu dibandingkan dengan orang lain.

Dua, penampilan. Setiap manusia tentu mempunyai pikiran dan perasaan serta sikap khusus terhadap bentuk tubuh yang mungkin saja tinggi, pendek, gemuk, kurus, rupawan, cacat, atau sehat. Tidak sedikit jumlah remaja yang selalu merasa inferior karena menyadari bahwa tubuhnya pendek dan tidak sempurna seperti yang diidamkan atau yang dilihat pada orang lain. Tadinya mereka berharap bertumbuh dengan postur tubuh ideal, namun yang diharapkan tidak sesuai atau bertolak belakang dengan realitas. Asumsi remaja, orang bertumbuh tinggi, berpenampilan menarik dengan kulit putih serta hidung mancung akan lebih disukai masyarakat.

Tiga, teman sebaya. Penilaian atau pendapat teman sebaya sangat mempengaruhi pengenalanan diri remaja. Jika ada teman sebaya yang merendahkan dan memberikan penilaian negatif bagi seorang remaja maka hal itu akan membuat remaja menjadi minder dan pesimis. Sebaliknya jika ada teman sebaya memuji dan memberikan penilaian positif bagi remaja maka hal itu akan membuat penilaian seorang remaja positif terhadap dirinya sendiri. Namun yang menjadi masalah adalah penilaian teman sebaya biasanya berubah-ubah dan bersyarat. Tentu hal ini membuat pengenalan diri seorang remaja menjadi tidak stabil atau berubah-ubah.

Selain itu, bagi remaja, apabila ada kelompok teman sebaya yang menerima keberadaannya dan pendapat yang diberikannya maka hal itu bisa membuat pengenalan diri remaja bertumbuh postif. Namun, sebaliknya apabila tidak ada kelompok teman sebaya yang menerima keberadaannya maka hal tersebut membuat remaja keliru dalam memahami dirinya akibatknya remaja akan mengurung diri, minder dan pesimis.

Empat, guru. Guru tentu sangat berperan dalam membentuk pengenalan diri pada masa remajanya. Apabila guru menghargai, menerima, dan  tidak membanding-bandingkan remaja dengan remaja yang lainya di sekolah maka ia akan merasa berharga. Namun apabila guru dalam mengajar sering mengungkapkan kata-kata yang melemahkan dan bersifat negatif maka itu akan membuat seorang remaja merasa rendah diri.

Supaya terhindar dari penilaian diri yang keliru, akibat informasi yang di dapat dari luar maupun karena penilaian sendiri yang masih mungkin keliru, maka sudah sejak dini orangtua harus menanamkan pengenalan diri yang positif bagi anaknya. Pengenalan diri yang diterima seorang anak dalam keluarga akan menjadi dasar dan fondasi bagi anak ketika dia bertumbuh remaja bahkan menjadi dewasa. Pengalaman dan pola asuh yang diterima anak dalam keluarga akan membentuk pengenalan diri anak dengan positif. Untuk itu, berbagai hal yang harus dilakukan orangtua dalam membangun pengenalan diri yang positif bagi remaja, yakni:

Satu, mengajarkan firman Tuhan. Setiap orangtua harus mengajarkan dan memberitahu fakta-fakta yang ada dalam Alkitab kepada anak-anaknya sejak dini, terutama fakta kejatuhan manusia ke dalam dosa yang merusak gambar Allah dalam diri manusia. Namun, melalui penebusan Yesus Kristus di atas kayu salib, gambar Allah yang rusak kembali diperbaharui dan dipulihkan. Setiap orangtua harus meyakinkan anak-anaknya bahwa pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib membuktikan bahwa mereka berharga di mata Tuhan dan Tuhan menerima keberadaan mereka apa adanya, bahkan kasih Tuhan dalam kehidupan mereka tidak berubah. Orangtua harus menolong remaja mengenal dirinya dari sudut pandang Alkitab.

Dua, menunjukan sikap yang menghargai. Sikap orangtua yang suka memukul, mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, tidak pernah memuji, suka marah-marah, dan sebagainya dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan, kesalahan atau kebodohan dirinya, membuat pengenalan diri remaja sejak dini menjadi rusak. Karena itu, setiap orangtua harus menunjukkan sikap yang menghargai anaknya. Jika ternyata ada tindakan yang salah, anak bisa ditegur dan diingatkan dengan kasih tanpa harus memukul dan merendahkan. Sebaliknya jika anak berhasil melakukan sesuatu yang berguna, orangtua bisa mengapresiasi dengan hadiah bisa berupa pujian namun bisa juga dalam bentuk materi.  

Tiga, mendukung kegiatan remaja. Pola asuh yang diterapkan orang tua dengan cara mendukung kegiatan remaja, menetapkan peraturan yang disertai penjelasan, memberikan kepercayaan agar remaja bertanggung jawab, menyediakan waktu untuk berkomunikasi, memberikan perkataan positif seperti: "kamu pasti bisa", "kamu berharga", akan membuat remaja lebih dewasa, percaya diri dan berhasil mencapai cita-citanya. Hal itu terjadi karena dukungan yang diberikan orang tua kepadanya hingga ia tidak putus asa mencoba di kesempatan lain. Dengan pengasuhan orang tua yang mendukung kegiatan remaja akan membantu remaja mengenal dirinya secara positif.

Empat, tidak membanding-bandingkan remaja. Setiap manusia tentu punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Bahkan untuk sikap dan perilaku remaja memerlukan waktu dan proses untuk berubah lebih baik Karena itu, tidaklah tepat apabila orangtua membanding-bandingkan perilaku anak remajanya dengan orang lain. Tidaklah tepat pula apabila orangtua membandingkan prestasi anak remajanya dengan anak remaja orang lain. Hal ini bisa membuat anak merasa lebih superior dan meremehkan orang lain bila perbandingan yang diberikan orangtuanya terhadap dirinya bernilai positif. Namun, anak bisa merasa inferior dan menyalahkan diri sendiri bila perbandingan yang diberikan orangtua terhadap dirinya bernilai negatif. Karena itu, akan lebih bijak jika orangtua memberikan masukan untuk hal-hal yang perlu diperbaiki dalam diri anak tanpa harus membandingkan dengan orang lain. Selanjutnya, orangtua harus menggali potensi dan talenta anak tanpa harus membandingkan dengan prestasi orang lain. Orangtua tidak tepat, apabila membandingkan anak remajanya dengan semua anggota keluarganya. Hal ini akan membentuk sikap iri dan benci dalam diri anak remajanya terhadap anggota keluarganya.

Paling tidak melalui empat cara di atas yang dilakukan oleh orangtua, maka seorang remaja akan bertumbuh kearah penilaian yang positif atas dirinya sendiri. Dampaknya, jika sejak dini seorang remaja memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya sendiri maka hal tersebut akan membuat sikap, perilaku, dan tindakannya sehari-hari menjadi lebih baik. Bahkan dengan mengenal dirinya dengan positif besar kemungkinan remaja mampu mengembangkan potensi, talenta serta berhasil dalam studinya.

Oleh: Adi Suhenra Sigiro, M.Th

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun