Seolah menangkap kekurangpahaman saya, mengingat saya belum pernah punya pengalaman belajar di Pondok Pesantren, ditambah saya juga masih sangat jarang sekali bergabung dalam majelis-majelis kajian di masjid-masjid, Nurdin membuka cakrawala berpikir saya melalui kisah yang cukup membuat saya terharu.
Diriwayatkan pada suatu masa, seorang santri yang sibuk mengerjakan tugasnya tiba-tiba dikagetkan oleh seekor lalat yang masuk ke dalam gelas minumnya. Alih-alih mengusir atau membunuh lalat tersebut, si santri mengambil minuman lagi dengan gelas lainnya. Lalat yang dahaga tersebut dibiarkannya menikmati segarnya air sepuas-puasnya. Beberapa tahun kemudian, si santri meninggal dunia dengan amalan-amalan yang sangat kurang.
Ketika memasuki pengadilan di akhirat, lalat yang masuk ke dalam gelas minumnya di dunia menjadi pembelanya. Lalat tersebut memohonkan ampunan untuk si santri kepada Allah SWT. Lalat yang tanpa sengaja diselamatkannya dari kehausan yang mendera saat di dunia menjadi syafaat yang membawanya ke surga.
Hikayat yang dinarasikan oleh Nurdin dengan cara sederhana dan tanpa tendensi menggurui tersebut telah membuka pikiran dan batin saya yang selama ini tanpa saya sadari diselimuti ambisi duniawi yang nisbi. Berbuat baik terhadap sesama makhluk ciptaan Allah SWT dengan tidak mengharakan apapun kecuali hanya Ridho-Nya semata seharusnya bukan perkara sulit. Mulailah dari sekarang. Jangan ragu. Berbuat baik terhadap sesama makhluk ciptaan Allah SWT dengan tidak mengharakan apapun kecuali hanya Ridho-Nya semata adalah sumber kebahagiaan.
Adi Ankafia
Serpong, 01 November 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H