Mohon tunggu...
Adi Ankafia
Adi Ankafia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Freelancer

Euphemia Puspa Tanaya Jasmine

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bunga Tidur

19 Agustus 2018   12:56 Diperbarui: 21 Agustus 2018   15:19 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doclang 405 Di Kota Bogor (Foto : Dokumen Pribadi)

Semalam saya kembali diserang insomnia. Gangguan laten yang kerap menghantui saya. Entahlah! Padahal saya tidak sedang khawatir oleh sesuatu. Siang harinya saya sudah bertukar kabar via telepon dengan keluarga di Madiun. Alhamdulillah semuanya baik-baik saja. Dan, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Pagi harinya saya juga sudah sarapan Doclang, kuliner khas Kota Bogor, tempat saya bermukim sejak 16 tahun (((16 tahun))) yang lalu. Sedikit info, Doclang adalah menu sederhana (biasanya) buat sarapan dan/atau makan malam yang terdiri dari lontong, tahu kuning, kentang, telur rebus, dan kerupuk yang disiram dengan saus kacang khusus. Saya katakan khusus karena beda dengan saus kacang untuk gado-gado ataupun sambal pecel Madiun, dan, saya juga belum mengetahui rahasia pembuatannya. Rasanya gurih manis. Bagi yang suka pedas silahkan ditambah sambal yang biasanya sudah disediakan di tempat.

Salah satu yang unik dari Doclang adalah, lontongnya dibuat berbentuk kotak atau segi empat dan dibungkus daun patat (Phrynium capitatum). Daun patat membuat citarasa lontong menjadi lebih khas. Ada kenikmatan yang ditimbulkan yang sukar untuk diungkapkan dengan kata-kata. Jika penasaran, silahkan mampir ke Doclang 405 di sekitar Jembatan Merah, Merdeka, tidak jauh dari Stasiun Bogor. Doclang 405 buka selama 24 jam. Pedaganganya yang menurut hipotesa saya adalah satu dinasti keluarga, berjualan secara shift. Teh tawarnya juga tidak membuat perut kembung. Makan Doclang 405 ditutup dengan teh tawarnya adalah kenikmatan paripurna yang tiada bandingannya yang tidak akan bisa kita temukan di belahan dunia manapun.

Saya coba mengingat-ingat lagi apa yang membuat mata saya sukar untuk dipejamkan. Waktu telah menunjukkan pukul 00.25 WIB tapi raga saya masih terasa bugar meski jiwa/batin sebenarnya sedang sangat lelah. Lelah merindu yang tak tergapai. Lelah menyelami makna peribahasa "harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan" dan "jauh panggang dari api" (apaseehh!).

Saya mulai curiga, apa karena saya minum Thai Tea saat menyaksikan Opening Ceremony Asian Games 2018 yang ditayangkan di beberapa stasiun televisi swasta tanah air (setahu saya di SCTV, NET, dan Trans 7) yang menyisakan dua tanda tanya bagi saya, kenapa tidak ada Isyana Sarasvati? Dan, apakah Anggun C. Sasmi masih tercatat sebagai Warga Negara Indonesia? Jika melihat konsep yang disajikan, saya jadi berfikir Creative Director acaranya mungkin rajin nonton (salah satunya) konser-konser Coldplay. Tampak sekali dari segi lighting dan pesta pora fireworks yang penuh warna-warni.

Playlist lagu di laptop yang awalnya berisi lagu-lagu beraliran britpop/rock seperti Oasis, Blur, The Verve, The Jam, Rialto, dan Ocean Colour Scene saya ganti dengan lagu-lagu penyanyi cewek idola seperti Ace Of Base, Debbie Gibson, Kylie Minogue, Jewel, Dido Florian Cloud de Bounevialle Armstrong, Briollete Kah Bic Runga MNZM, Imelda May, Britney Spears, Lisa Loeb, Jennifer Paige, Joan Osbourne, Vannesa Carlton, Sun Shu Mei, Teresa Teng, Natalie Imbruglia, Natalia Oreiro, Shania Twain, Priscilla Ahn, Mariah Carey, Madonna, Rachel Platten, Sixpence None The Richer, The Corrs, Anie Carera, Lavenia, dan MCP Sysillia, setelah sebelumnya saya mencoba metode Dele Alli Challenge yang sukses bikin jari-jari tangan saya kepelintir-pelintir tidak karuan. Mendengarkan suara merdu dari para penyanyi cewek idola belum juga berhasil menghadirkan rasa kantuk, sebaliknya saya malah seperti mendapatkan suntikan energi berlebih untuk memikirkan dan menelaah kejadian-kejadian tak terduga.

Seperti yang baru saja terjadi dua hari lalu. Nun di perbatasan Indonesia -- Timor Leste, seorang siswa kelas VII (tujuh) SMPN 1 Silawan Belu, Atambua, Flores, Nusa Tenggara Timur, bernama Johannes Adekalla (ada yang menyebut Yohannis Andi Galla atau Yohanes Gama Marchal Lau), bak Spiderman dengan sangat cekatan memanjat tiang bendera yang konon setinggi lebih dari 10 meter untuk membenarkan tali pengerek Sang Saka Merah Putih yang tersangkut karena terlepas dari katrolnya saat upacara peringatan HUT RI ke 73 yang dilangsungkan di Pantai Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu yang berjarak kurang dari satu kilometer dengan perbatasan Timor Leste. Selaku inspektur upacara adalah Bapak JT Ose Luan, yang tak lain dan tak bukan adalah Wakil Bupati Belu.

Gambar adalah milik Banjarmasin Post - Tribunnews.com
Gambar adalah milik Banjarmasin Post - Tribunnews.com
Aksi spontan yang dilandasi jiwa patriotisme serta cinta atau nasionalisme tulus pada tanah air Indonesia dari siswa berusia 14 tahun tersebut telah menyelamatkan momen sakral yang dihadiri oleh jajaran pejabat dan TNI setempat. Menurut info, saat kejadian, Johannes Adekalla/ Yohannis Andi Galla/Yohanes Gama Marchal Lau sedang beristirahat di tenda karena sakit perut, mungkin karena belum sempat sarapan.

Aksi heroiknya yang direkam oleh salah satu peserta upacara menjadi viral di media sosial, mengharukan sekaligus menginspirasi. Tindakan sederhana namun gagah berani yang bisa mengancam kondisinya, mengingat saat memanjat tiang setinggi di atas 10 meter tersebut secara bersamaan Johannes Adekalla/ Yohannis Andi Galla/Yohanes Gama Marchal Lau juga harus melawan gaya garvitasi bumi, semakin tinggi semakin berat pula beban yang ditanggungnya, selain itu diatas oksigen juga tipis yang berpotensi membuatnya kelelahan dan kehabisan nafas, apalagi tanpa alat pengaman. Atas jasanya tersebut, Johannes Adekalla/ Yohannis Andi Galla/Yohanes Gama Marchal Lau, kabarnya mendapatkan beasiswa dari PLN untuk studi hingga Strata 1 (S1) dan dijamin juga untuk masuk TNI Angkatan Darat. Tanpa sadar, mata saya berkaca-kaca.

Tentu saja, Johannes Adekalla/ Yohannis Andi Galla/Yohanes Gama Marchal Lau, bocah yang tampaknya selalu murah senyum itu tidak mengharapkan penghargaan-penghargaan atau puja-puji semesta. Dia hanya berfikir bagaimana agar upacara bisa terlaksana dengan sebagaimana mestinya dan khidmat.

Waktu yang semakin beranjak ke pagi menunjukkan pukul 02.25 WIB. Saya mengganti playlist dengan MP3 lantunan Al Qur'an agar batin menjadi lebih tenang. Saya berusaha menciptakan atau menghadirkan suasana rileks untuk diri sendiri. Saya mengeluarkan senjata pamungkas, Tolak Angin cair sachet. Perlahan tapi pasti, setelah saya minum ramuan herbal produksi PT. Sido Muncul tersebut, mata saya mulai terpejam. Beberapa menit kemudian, saya sudah masuk ke alam mimpi. 

Fragmen mimpi yang masih segar di ingatan adalah saya mengikuti kegiatan Walikota Bogor, Bima Arya. Disela-sela orasi Bima Arya yang meledak-ledak, di belakang panggung, saya bertemu seorang perempuan berambut pendek tidak sampai sebahu dan berponi. Warna kulitnya sawo matang eksotis, berpadu dengan bibir yang tidak terlalu tebal ataupun tipis dengan gigi putih nan berjejer rapih rancak. Tubuhnya tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. Dia menggunakan pakaian casual dengan atasan berwarna putih dan celana agak kombor yang panjangnya hanya sampai beberapa centi di bawah lutut (entah apa namanya, yang paham fashion tolong kasih tahu saya). Sepatu kets berwarna putih seperti yang sedang nge-trend di kalangan millennials zaman now menghiasi kakinya yang jenjang meski posturnya juga tak terlalu tinggi. Senyum manis disertai tawa renyah selalu tersungging ditengah obrolan kami yang langsung cair kala menemukan jokes yang absurd.

Rombongan Bima Arya kemudian berpindah lokasi dengan menumpang bis yang sudah disiapkan oleh tim suksesnya. Perempuan itu ikut serta didalamnya. Saya yang tidak kebagian tempat hanya bisa menatap bis tersebut berlalu. Perempuan itu melambaikan tangannya kepada saya. Ah! Apakah yang dilakukannya adalah pertanda sebagai ucapan selamat tinggal?

Sebelum bis itu benar-benar menghilang dari tatapan, saya mengirim pesan melalui aplikasi Whatsapp ke salah satu driver di kantor tempat saya mengabdi. Nurdin, namanya.

"Mas! Jemput saya di Balai Kota Bogor!"

Tidak menunggu lama, Nurdin menjawab pesan teks saya "Siap, Mas!"

"Pake kecepatan penuh ya, Mas! Bila perlu mendekati kecepatan cahaya karena saya tidak ingin kehilangan lagi!"

"Kehilangan apa, Mas?!" Tanya Nurdin, "Kecepatan cahaya?! What do you mean, Dude?! Maksudnya saya mengendarai APV dengan menggunakan banyak lampu, gitu?!" Lanjut Nurdin penuh ketidakmengertian. Fisically, Sedikit banyak, Nurdin mengingatkan pada sosok Eddy Murphy muda di film Beverly Hills Cop rilisan tahun 1984.

"Ah! Sudahlah! Nanti saya cerit..........."

Belum sampai tuntas saya mengetik pesan balasan, ruang dan waktu membeku tanpa bisa saya lawan, kemudian secara perlahan pecah berkeping-keping menjadi mozaik yang tak beraturan lalu memudar menghilang menuju keabadian. Suara adzan Subuh membangunkan saya. Memulangkan saya kembali ke alam nyata. Petualangan surealis menyisakan tanda tanya. 

Sebelum mengambil wudhu, saat saya cuci muka dan gosok gigi pikiran saya terus melayang kepada sosok perempuan manis dalam mimpi. Siapakah dia? Seperti familiar. Pikiran saya terpecah oleh rasa penasaran. Dan, cukup mengganggu kekhusyukan dalam sholat Subuh. Sempat terlintas pertanyaan apakah pesan Whatsapp saya bisa melintasi dua dimensi yang berbeda dan benar-benar sampai ke Nurdin. Seperti di film Miss Peregrine's Home for Peculiar Children yang tayang di bioskop tahun 2016 lalu atau Source Code (2011), film bergenre fiksi ilmiah yang disutradarai oleh Duncan Zowie Haywood Jones.

Kegelisahan saya samar-samar menemukan jawabannya ketika saya memutar I-Radio, radio tanah air favorit saya setelah mandi pagi. Wujud yang telah saya jabarkan tadi dengan ditingkahi suara renyah agak kekanak-kanakan sangat mendekati sosok Melanie Putria. Bisa jadi, perempuan dalam mimpi saya semalam adalah Melanie Putria, mantan Putri Indonesia tahun 2002 untuk daerah perwakilan Sumatra Barat.

Tapi, kenapa dia bisa hadir ke dalam mimpi saya semalam?

Barangkali karena saya termasuk pendengar setia segmen Masih Pagi-Pagi I-Radio yang dipandunya setiap hari Senin sampai Jumat dari pukul 06.00 sampai 10.00 WIB pagi bersama tandemnya yang kocak bernama Irwan Ardian. Mereka berdua sangat nge-blend. Melanie dan Irwan juga memandu segmen telepon error I-Radio, yaitu mengerjai pendengar melalui telepon. Kira-kira sejenis acara Punk'D di MTV yang dipandu oleh Ashton Kutcher yang sempat populer di penghujung era 90-an hingga awal tahun 2000-an.

Lalu apa hubungannya dengan Bima Arya?

Mungkin karena beberapa waktu lalu, tepatnya pada hari Selasa 14 Agustus 2018, Melanie Putria yang juga dikenal sebagai atlet Marathon, bersama Bima Arya dan beberapa publik figur lainnya ikut terlibat Pawai Obor Asian Games yang ke 18 saat menyambangi Kota Bogor.

Manyadari fakta-fakta tersebut, saya hanya bisa geleng-geleng kepala sambil menertawakan diri sendiri. Mimpi selalu bisa menjahili tuannya.

Mari sukseskan Asian Games 2018 : Energy Of Asia.

Adi Ankafia, 

Bogor, 19 Agustus 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun