Mohon tunggu...
Adi Ankafia
Adi Ankafia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Freelancer

Euphemia Puspa Tanaya Jasmine

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kemenangan Epic Garuda Muda U-16

15 Agustus 2018   09:33 Diperbarui: 16 Agustus 2018   08:35 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertandingan Final AFF U-16 Championship 2018 antara Indonesia vs Thailand

"Jangkrik!!" Umpat saya sambil secara refleks menghempaskan secangkir kopi yang untungnya tidak mengenai tivi, tapi pecah berkeping-keping membentur tembok pembatas yang berada tepat di samping tivi ketika pemain U-16 Thailand Apidet Janngam berhasil melesakkan gol penyama kedudukan ke gawang Ernando Ari Sutaryadi. Garuda Muda U-16 terlalu asik menyerang hingga lupa mengamankan pertahanan. Tujuh menit menjelang bubaran malah kebobolan.

"Tapi, Bang, itu, kan, kopi sayah." Protes Hubaid dengan wajah memelas, teman kos-an saya yang malam itu ikut nonton bareng. Sementara itu, Sammy hanya geleng-geleng kepala sambil menjambak-jambak rambut Hubaid saking gemesnya. Fisically, Hubaid memang cocok dijadikan sebagai obyek penderitaan. Dan, yang bikin kami semua di ruang tivi lebih kaget luar biasa, Syahrul yang sedari kick off babak pertama sudah merasa tegang tiba-tiba dengan gaya akrobatik melompat dan secara sigap menangkap sesuatu yang terbang di udara.

"Apaan, tuh, Rul?" Tanya saya penuh keheranan.

"Kecoa, Bang." Jawab Syahrul enteng.

"Buat apaan ditangkap?" Tanya saya lagi makin keheranan.

"Mau saya ternakin, Bang." Jawab Syahrul lagi sambil mengelus-elus kepala kecoa tangkapannya dengan penuh perhatian kemudian mengecupnya seolah kecoa tersebut menjadi jimat keberuntungannya.

"Tapi, buat apa!? Desak saya semakin tidak mengerti dengan ulah Syahrul yang janggal. Orang lumrahnya ternak ayam, bebek, sapi, kerbau, atau belut. Lah! Ini ternak kecoa. Faedahnya apa coba?

Syahrul mendekati saya dan berbisik ke telinga saya "Sssttt! Ini rahasia, ya, Bang! Sebenarnya aku lagi kembangin mutant kecoa yang punya kekuatan super menebarkan bau pesing beracun. Mutant kecoa ciptaanku ini bisa jadi cikal bakal senjata pemusnah massal, Bang!"

Baiklah...

Kemenangan sudah di depan mata malah kemasukan gol. Perjuangan Garuda Muda U-16 harus dilanjutkan melalui adu pinalti. Sejak menit itu hingga sebelum Ernando Sutaryadi berhasil menepis untuk kedua kalinya tendangan pinalti dari Pongsakorn Innet saat babak adu pinalti, suasana menjadi hening seketika.

Tentunya kita sepakat, permainan Garuda Muda U-16 sejak babak awal perhelatan AFF U-16 mengingatkan pada tradisi Totaal Voetbal yang pernah diperkenalkan oleh legenda sepak bola Belanda, Rinus Michels. Taktik Totaal Voetbal sangat identik dengan tim Eredivisi (Liga Belanda) Ajax Amsterdam pada tahun 1969 sampai 1973. 

Totaal Voetbal telah membawa Ajax Amsterdam menorehkan kemenangan kandang dalam 46 pertandingan selama periode musim 1972/1972 dan 1972/1973. Sejumlah 5 titel juara, yaitu Juara Liga, Piala KNVB (Koninklijke Nederlandse Voetbalbond, PSSI-nya Belanda, red), Piala Champion, Piala Super Eropa, dan Piala Interkontinental, pun berhasil diraih di puncak kejayaan.

Dikutip dari Wikipedia, menurut teori Totaal Voetbal, semua pemain dalam  tim bisa dengan bebas bertukar posisi (permutasi posisi) secara konstan sambil menekan pemain lawan yang menguasai bola. Sehingga dalam taktik Totaal Voetbal menuntut para pemain memiliki skill dan tenaga yang sama primanya untuk menyerang dan bertahan selama 90 menit, babak normal pertandingan sepak bola. 

Total Voetbal diadopsi oleh tim nasional Belanda pada Piala Dunia 1974 dibawah komando Johan Cruiff. Bahkan, tim sepak bola liga Spanyol paling fenomenal, FC. Barcelona, pernah menggunakan taktik Totaal Voetbal pada masa kepelatihan Johan Cruiff tahun 1988-1996.

Disamping Total Voetbal, adakalanya spirit permainan Garuda Muda U-16 terinspirasi oleh Tim Panzer Jerman di Piala Dunia 2014. Tanpa bermaksud berlebihan, trio Garuda Muda U-16, Moch. Supriyadi -- Hamsa Lestaluhu -- M. Fajar Faturrachman mengingatkan pada trio Panzer, Mesut Oezil -- Toni Kroos -- Thomas Mueller.

Tentunya kita juga setuju, gol sontekan M. Fajar Faturachman yang membawa Garuda Muda U-16 unggul 1 -- 0 setelah menerima umpan jauh dari Andre Oktaviansyah pada menit ke-32 adalah gol berkelas.

Taktik pergantian pemain yang cukup unik saat Pelatih Garuda Muda U-16, Fakhri Hussaini mengganti Amanar Abdillah dengan M. Fajar Fathurrachman. Pada babak kedua, M. Fajar Fathurrachman ditarik keluar dan digantikan oleh Sutan Diego Zico di menit ke-73. Tak lupa, Rendy Juliansyah juga dimainkan di menit ke-78 untuk menambah daya gedor. Pertandingan 2 x 40 menit yang super ketat berakhir dengan skor imbang 1 -- 1.

Pada babak adu pinalti, semua penendang Garuda Muda U-16, Sutan Diego Zico, Amiruddin Bagus Kahfi, Rendy Juliansyah, dan David Maulana berhasil menuntaskan tugasnya. Saat David Maulana akan melakukan tendangan pinalti, saya sempat khawatir akan gagal, karena kapten tim Garuda Muda U-16 tersebut adalah pemain kidal.

Sebelumnya penendang kidal dari timnas Thailand berhasil digagalkan oleh Ernando Ari Sutaryadi. Namun, dengan sangat tenang, remaja asal Deli Serdang bernomor punggung 6 itu berhasil mengeksekusi tendangan pinalti menggunakan kaki kirinya, bahkan tak terbaca arahnya dan mengelabui kiper Thailand.

Pada pertandingan final tensi tinggi tersebut, saudara kembar Amiruddin Bagus Kahfi, Amiruddin Bagas Kaffa, pelipis kanannya mengalami luka parah namun bersikeras mengikuti pertandingan hingga usai dengan dibalut perban. Bagas Kaffa ingin menjadi bagian sejarah penting dalam sepak bola Indonesia.

Garuda Muda U-16 resmi menjadi juara Piala AFF U-16 setelah Ernando Ari Sutaryadi berhasil menepis untuk kedua kalinya. Tendangan pinalti dari Pongsakorn Innet yang tampak grogi melaju sangat pelan dan berhasil dibaca arah bolanya. Skor menjadi 4 -- 3 (1 - 1). Garuda Muda U-16 mengakhiri paceklik gelar sejak digulirkannya AFF-U-16 Championship tahun 2003. Stadion Gelora Delta Sidoarjo bergemuruh oleh nyanyian perayaan penuh kegembiraan. Sungguh drama adu pinalti yang cukup menegangkan. Kemenangan yang sangat epic.

Susunan Pemain

Timnas Thailand U-16 (4-4-2): Anuchid Taweesri, Arthit Bua-Ngam, Chatmongkol, Jakkarong Sanmahung, Pongsakorn Innet, Thanarin Thumsen, Sarawut Soawaros, Thanakrit Laorkai, Sattawas Leela, Sitthinan Rungreang, Thodsawat Aungkongrat

Pelatih: Thanarin Thumsen

Timnas Indonesia U-16 (4-3-3): Ernando Ari Staryadi; Bagas Kaffa, Fadilah Nur Rahman, Komang Teguh, Yudha Febrian; David Maulana, Brylian Negiehta, Andre Oktaviansyah (Hamsa Lestaluhu 68); Mochammad Supriadi (Rendy Juliansyah 78), Bagus Kahfi, Amanar Abdillah (Fajar Fathurrachman 17, Sutan Zico 73)

 Pelatih: Fakhri Husaini

Babak adu pinalti bisa dilihat kembali di channel Youtube Indosiar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun