Nah, ini dia pertarungan seru antara dua pemutar pita kaset di era 90-an. Dimana saat itu mungkin masa transisi pada beberapa aspek kehidupan. Dari yang mungkin dianggap "Jadul" kearah yang katanya lebih modern.
Oke...................sebentar , saya berhenti sejenak untuk mereguk susu jahe yang baru saja saya beli di jalan, minuman 'jadul" tapi khasiatnya luar biasa. Apalagi dipadukan info dari internet banking yang memberitakan saldo sudah bertambah walau  dengan potongan pajak penghasilan. Hmmmm mantap.......
Pada era itu pada suatu suuua-at , saya berkesempatan berkunjung ke rumah salah satu rekan kerja yang Alhamdulillah saat ini sudah lumayan kehidupannya.
Beberapa kejadian saat itu menjadi hal yang biasa dan justru sekarang ternyata baru ada hikmah yang bisa saya petik dari peristiwa beberapa tahun yang lalu tersebut, LO-LA kalau kata anak sekarang atau Loading Lama untuk mengambil kesimpulan dari suatu peristiwa.
 Ya seperti "anak tongkrongan"yang tertawa belakangan setelah salah satu rekannya melucu. Dan saya harap yang membaca tulisan ini tidak seperti saya, kalaupun iya ya nggak apa apa karena "bingung" adalah bagian dari proses berpikir, he he he.
Saat itu saya bertamu dan  kebetulan kawan tersebut tinggal di sebuah rumah petak di pinggiran Jakarta. Petakannya kurang lebih ada sekitar 6 atau 7 petak berjajar dan semuanya menghadap kiblat.
Pada saat bertamu disana saya dengar sekali amat jelas tetangga di petakan sebelahnya sedang memutar kaset yang kebetulan berisi lagu lagu dangdut, Â kencang sekali!, bait yang sempat saya ingat kurang lebih seperti ini
" Andaikan kau tiada datang lagi ku mengharap dirimu kembali, aku tak ingin kau pergi lagi, tinggalkan aku sendiri, Maya aaaaaa jangan kau tinggalkan diriku". Ternyata lagunya "enak" dan akhirnya saya mulai tertarik dengan musik dangdut sehingga saya bisa hapal 1 lagu dangdut lainnya yang berjudul Nada Nada Cinta, evie Tamala, waduh.. ngelantur jadinya.
 Oke saya nyalakan dulu sebatang rokok agar lebih fokus lagi pada cerita.
Begini selanjutnya............Akan Tetapi!!!!!, yang menjadi masalah adalah volume kaset itu yang besar sekali sehingga kamipun harus menyingkir pergi kesebuah warung untuk sekedar ngobrol.  Kawan yang satu ini mengeluh " gila tu tetangga Gua! Tiap hari kalau nyetel kaset kayak begitutuh mentang mentang baru beli tape double deck keluaran baru yang iklannya ada  di TV, nggak peduli sama orang, nggak tau waktunya sholat di geber terus.
Terus saya balik tanya "emang lu sholat?", dia jawab iye ye gua kan sama ama lu!', ya memang saat itu kami ini adalah para ahli wudhu, tapi wudhu aja sholatnya nggak. He he......TER....LAM.....PAU .....................mungkin ini versi  Siti Nurhaliza   Men " Translate" ungkapan TER.....LA......LU nya bang Haji Rhoma Irama,...
"Bulan depan gue beli tape juga" katanya biar imbang". "Oke itu baru mantap, !! biar besok gua dateng lagi, pengin lihat gua hasilnya gimana" kata saya sambil mensupport dan memberi semangat atau dalam istilah kerennya memprovokasi".
Satu bulan berlalu, akhirnya saya datang lagi kesana, ternyata benar !!!! saudara saudaraku sebangsa dan setanah air.!!..., begitu masuk ke ruang tamunya sudah terpajang dengan gagahnya sebuah tape recorder yang saat itu harganya lumayan mahal, merk  Jepang , fiturnya lengkap dimasa itu, hanya belum ada MP3 nya karena memang tekhnologi ini belum ada saat itu, dimana Hand phone pun masih POLIKLINIK eh....maaf maksud saya  Poliphonik yang kalau ada panggilan bunyinya kurang lebih "Cikucriiiit, cikucriit dan masih menjadi barang langka dan mahal.
Tape recordernya  dilengkapi sub woofer sehingga kalau di "setel" dengan volume tertentu  suaranya mendentum ke dada, mantap!!. Dan mulai terdengar bait lagu Iwan Fals di putar " Indah hari ini, nada Sumbang enyahlah kau, biarkan kami" ya sebuah lagu yang sepertinya menyindir pihak lawan tapi ya bagaimana lagi, memang dari awalnya ingin "berkompetisi" jadi anggap saja wajar. He he... tapi tetap saja TER.... LA...LU....
Ternyata pengalaman ini adalah cerita tentang kesenangan dan kebahagiaan. "Lha Maksud lo?, Begini brother and sister Saya membaca salah satu ungkapan bijaksana yang kurang lebih isinya " Kesenangan adalah kebahagiaan bagi orang orang yang merugi sedangkan Kebahagiaan adalah kesenangan bagi orang yang beruntung". .Akan muncul pertanyaan hubungannya apa dengan cerita diatas?, nggak nyambung kale!, .
Kalau begitu akan coba saya sambung, " begini.....!,  Terkadang kesenangan yang kita lakukan  memiliki kecenderungan mengabaikan kebahagiaan orang lain karena mungkin kesenangan lebih di respon oleh akal,  sedikit sekali atau bahkan hampir tidak menggunakan pertimbangan hati".
Contoh pada cerita diatas betapa senangnya ketika mendengarkan musik dengan volume keras tanpa meng-indahkan hak orang lain akan suatu ketenangan. Ya senang disini tapi susah disana,
Contoh lain pada saat kita atau tepatnya saya menghabiskan sebagian waktu di tempat tempat hiburan dengan senangnya sesungguhnya saya telah merenggut hak keluarga untuk mendapatkan waktu yang sama. Dan gilanya kesenangan ditempat seperti itu hanya berlangsung singkat hanya berkisar antara jam 9 malam sampai dengan jam 2 atau 3 pagi setelah itu bubar!!...., karena jika berlangsung 24 jam tentu namanya Rumah Sakit bukannya tempat hiburan.
Dan dalam cerita diatas ternyata teman saya itu membeli peralatan pemutar musik dengan menggunakan hampir seluruh gajinya 1 bulan, alhasil setiap harinya terpaksa makan mie Instan. Karena kesenangan telinga akhirnya usus menjadi korban. (terus apa saya mesti bilang wow!! Gitu!?, nggak la yaw..).
Ya itulah kesenangan akan selalu direspons oleh akal dan akhirnya berakhir dengan tawa. Lain halnya dengan kebahagiaan direspons oleh hati dan akan berakhir tidak selalu dengan tawa terkadang tangisan dan air matapun menjadi penutupnya. Oleh karena itulah yang ada hanya tangis kebahagiaan bukan tangis kesenangan.
 Seperti halnya Orang tua yang menangis saat wisuda anak kesayangannya tentu berbeda dengan  si anak yang tertawa karena menghabiskan uang kuliah di kampus B (Billiard). Ya Begitulah pengalaman saya...
Saya coba mereka reka contoh lain, nah bagaimana dengan  seorang koruptor apakah tindakannya itu merupakan suatu kesenangan atau kebahagiaan? kenapa ada yang menangis di persidangan? tangisan apa itu?, Bagi sebagian orang mungkin itu dibilang air mata buaya, tapi bagi saya sepertinya tidak mungkin wanita cantik yang sempat menjadi judul salah satu lirik lagunya Rolling Stones itu saya samakan dengan buaya, tidak mau saya bohongi  hati nurani saya, Engkau tetap cantik "you're beautiful, but ain't it time we said goodbye? itu kata Mick Jagger dalam lagunya "ANGIE", tuuuh ngelantur lagi sebentar,,,, saya merokok dulu biar fokus lagi (CAPEDE???) .
 Jadi saya anggap apa tangisan itu? saya yakin itu adalah refleksi penyesalan, dan pertentangan batin tentang kebenaran sementara akal dipaksa untuk penyangkalan. Ya mudah2an "sang ratu" ini dan rekan rekan seprofesinya diberikan hidayah oleh Allah, sehingga pada saat nantinya kecantikan parasnya juga seiring sejalan dengan kecantikan hati dan siapa yang tahu kalau akhir hidupnya Khusnul Khotimah. Bukankah lebih baik bekas penjahat daripada bekas mubaligh apalagi ini cantik.
Jadi menurut pendapat saya kesenangan dan kebahagiaan bisa menjadi parameter  tindakan. Buatlah diri kita bahagia, orang orang terdekat bahagia, orang lain bahagia, dan InsyaAllah sang Penciptapun akan bahagia tapi jangan sekali kali membuat Taman bahagia karena Taman Bahagia itu tempat pemakaman para prajurit TNI.
Oh ya bicara mengenai Taman saya punya satu lagu tentang taman, bait lagu anak anak di Taman Kanak Kanak atau di Playgroup, Mudah bukan? coba nyanyikan lagu ini dengan perlahan dan rasakan adakah rasa ketakutan dalam melantunkan liriknya, jika ada segera koreksi penyebabnya. begini lirik lagunya;
"Taman yang paling Indah
"Hanya taman Kami
"Taman yang paling Indah
"Hanya Taman Makam
Nah..... kira kira bagaimana? ada rasa takutkah jika ya, persiapkanlah hati anda untuk hal ini, sesuatu yang pasti terjadi daripada mengejar sesuatu yang tidak pasti, he he
Cerita ini mungkin bisa menjadi revisi dari lagu karangan Band Ternama dekade 70-an yang katanya "Hati senang walaupun tak punya Uang" atau lagu anak anak yang isinya " disini senang , disana senang, dimana mana hatiku senang". Ya Senang bukan di hati tapi di akal, tapi kebahagiaan itu masalah hati.
"Lha terus bagaimana dengan orang gila akalnya kabur tapi tertawa , itu kesenangan atau kebahagiaan?". Kalau itu tidak perlu terlalu dipikirkan bro!, selagi anda masih bisa membaca tulisan ini dan bisa menarik kesimpulan walaupun beragam itu berarti anda masih waras, dan percayalah hanya ada satu cara untuk tahu jawaban pertanyaan itu, jadilah orang gila, he he....mau? saya yakin jawabannya tidak, karena kalau jawaban Iya anda sudah bisa dikatakan terdeteksi "Gila"dengan stadium 1 dikalangan orang gila, ha ha ha.
Oke cukup sekian dari saya, semoga bahagia membacanya kalaupun senang juga tidak apa apa yang penting jangan tersinggung jika ada kesamaan nama, gelar, tempat dan kelakuan. eit.............. ssst kok senyum senyum?...kok saya dibilang gebleg? ya tapi nggak apalah yang penting aku bahagia melihat kau tersenyum saudaraku, tapi tolong dikontrol senyumannya, jika 3 hari masih berlanjut segera hubungi dokter atau petugas medis lainnya..........
Akhirul kalam assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh. Jama'aaaaah oh jamaah...... Alhamdu Lillah...
NEGERI INI DAN SEISINYA PASTI SEHAT!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H