Satu bulan berlalu, akhirnya saya datang lagi kesana, ternyata benar !!!! saudara saudaraku sebangsa dan setanah air.!!..., begitu masuk ke ruang tamunya sudah terpajang dengan gagahnya sebuah tape recorder yang saat itu harganya lumayan mahal, merk  Jepang , fiturnya lengkap dimasa itu, hanya belum ada MP3 nya karena memang tekhnologi ini belum ada saat itu, dimana Hand phone pun masih POLIKLINIK eh....maaf maksud saya  Poliphonik yang kalau ada panggilan bunyinya kurang lebih "Cikucriiiit, cikucriit dan masih menjadi barang langka dan mahal.
Tape recordernya  dilengkapi sub woofer sehingga kalau di "setel" dengan volume tertentu  suaranya mendentum ke dada, mantap!!. Dan mulai terdengar bait lagu Iwan Fals di putar " Indah hari ini, nada Sumbang enyahlah kau, biarkan kami" ya sebuah lagu yang sepertinya menyindir pihak lawan tapi ya bagaimana lagi, memang dari awalnya ingin "berkompetisi" jadi anggap saja wajar. He he... tapi tetap saja TER.... LA...LU....
Ternyata pengalaman ini adalah cerita tentang kesenangan dan kebahagiaan. "Lha Maksud lo?, Begini brother and sister Saya membaca salah satu ungkapan bijaksana yang kurang lebih isinya " Kesenangan adalah kebahagiaan bagi orang orang yang merugi sedangkan Kebahagiaan adalah kesenangan bagi orang yang beruntung". .Akan muncul pertanyaan hubungannya apa dengan cerita diatas?, nggak nyambung kale!, .
Kalau begitu akan coba saya sambung, " begini.....!,  Terkadang kesenangan yang kita lakukan  memiliki kecenderungan mengabaikan kebahagiaan orang lain karena mungkin kesenangan lebih di respon oleh akal,  sedikit sekali atau bahkan hampir tidak menggunakan pertimbangan hati".
Contoh pada cerita diatas betapa senangnya ketika mendengarkan musik dengan volume keras tanpa meng-indahkan hak orang lain akan suatu ketenangan. Ya senang disini tapi susah disana,
Contoh lain pada saat kita atau tepatnya saya menghabiskan sebagian waktu di tempat tempat hiburan dengan senangnya sesungguhnya saya telah merenggut hak keluarga untuk mendapatkan waktu yang sama. Dan gilanya kesenangan ditempat seperti itu hanya berlangsung singkat hanya berkisar antara jam 9 malam sampai dengan jam 2 atau 3 pagi setelah itu bubar!!...., karena jika berlangsung 24 jam tentu namanya Rumah Sakit bukannya tempat hiburan.
Dan dalam cerita diatas ternyata teman saya itu membeli peralatan pemutar musik dengan menggunakan hampir seluruh gajinya 1 bulan, alhasil setiap harinya terpaksa makan mie Instan. Karena kesenangan telinga akhirnya usus menjadi korban. (terus apa saya mesti bilang wow!! Gitu!?, nggak la yaw..).
Ya itulah kesenangan akan selalu direspons oleh akal dan akhirnya berakhir dengan tawa. Lain halnya dengan kebahagiaan direspons oleh hati dan akan berakhir tidak selalu dengan tawa terkadang tangisan dan air matapun menjadi penutupnya. Oleh karena itulah yang ada hanya tangis kebahagiaan bukan tangis kesenangan.
 Seperti halnya Orang tua yang menangis saat wisuda anak kesayangannya tentu berbeda dengan  si anak yang tertawa karena menghabiskan uang kuliah di kampus B (Billiard). Ya Begitulah pengalaman saya...
Saya coba mereka reka contoh lain, nah bagaimana dengan  seorang koruptor apakah tindakannya itu merupakan suatu kesenangan atau kebahagiaan? kenapa ada yang menangis di persidangan? tangisan apa itu?, Bagi sebagian orang mungkin itu dibilang air mata buaya, tapi bagi saya sepertinya tidak mungkin wanita cantik yang sempat menjadi judul salah satu lirik lagunya Rolling Stones itu saya samakan dengan buaya, tidak mau saya bohongi  hati nurani saya, Engkau tetap cantik "you're beautiful, but ain't it time we said goodbye? itu kata Mick Jagger dalam lagunya "ANGIE", tuuuh ngelantur lagi sebentar,,,, saya merokok dulu biar fokus lagi (CAPEDE???) .
 Jadi saya anggap apa tangisan itu? saya yakin itu adalah refleksi penyesalan, dan pertentangan batin tentang kebenaran sementara akal dipaksa untuk penyangkalan. Ya mudah2an "sang ratu" ini dan rekan rekan seprofesinya diberikan hidayah oleh Allah, sehingga pada saat nantinya kecantikan parasnya juga seiring sejalan dengan kecantikan hati dan siapa yang tahu kalau akhir hidupnya Khusnul Khotimah. Bukankah lebih baik bekas penjahat daripada bekas mubaligh apalagi ini cantik.