Dan saya benar-benar terbukti salah saat menyaksikan Lukman sahabat saya, setelah lulus kuliah dan menyandang gelar SH ( Sarjana Hukum ), pada saat itu saya berkhayal melihat lukman dimasa depan menjadi seorang Jaksa Agung, karena saya tahu betul kecerdasanya, integritasnya bahkan kesediannya untuk berkorban untu kepentingan orang lain yang berkali-kali ia tunjukan saat saya lupa membawa topi untuk upacara dan saat saya seringkali tidak mengerjakan PR sekolah, saat itu tanpa fikir panjang Lukman akan menyerahkan topi ataupun buku PR yang ia sudah kerjakan kepada saya sedang ia sendiri menjalani hukuman yang seharusnya saya jalani. Namun takdir berkata lain, saat ini Lukman dengan gelar Sarjana Hukumnya, juga dengan segala keunggulanya malah berprofesi sebagai Pegawai Bank yang bertugas mensurvey kredibilitas nasabah yang mengajukan pinjaman. Saya juga menyaksikan Sahabat  saya yang lain seperti Budi yang sangat berbakat menjadi seniman Fotografi dimana saat ini ia berprofesi sebagai penyedia jasa penggandaan DVD, juga teman saya yang lain yang saya tidak sebut namanya karena yang saya kenal hanya nama online saat ia bertugas menjadi Telemarketing Asuransi yang produktivitasnya penjualanya diatas rata-rata, yang ternyata seorang Sarjana Tehnik. Disatu sisi hati saya teriris perih karena menyaksikan manusia-manusia berbakat dan terpelajar seperti para sahabat dan teman-teman saya harus berkompromi dengan keterdesakan hidup dan akhirnya beradaptasi dengan menjadi diri yang bukan diri mereka sendiri, namun disisi lain saya juga tersadar kepada kesalahan besar saya yang berfikir bahwa bangsa ini sangat butuh sistem pendidikan yang kompatibel dengan keontetikan masing-masing manusia, ternyata itu sebuah salah besar !!! karena faktanya bangsa ini tidak pernah benar-benar butuh pendidikan, hanya dengan sedikit stimulus keterdesakan maka insting adaptasi bertahan hidup manusia-manusia Indonesia akan memacunya membakati apapun, kapanpun, dimanapun dan tentunya dengan keunggulan yang memang ternyata adalah bakat dasar semua manusia Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H