Mohon tunggu...
Adi Pallawalino
Adi Pallawalino Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Wija to Wajo, Juventini.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Villa Juliana, Jejak Pemerintah Hindia Belanda di Soppeng

5 April 2014   04:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:03 1752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk renovasi, ungkap Lamadi, hanya dilakukan pada bagian atap yang sudah tiga kali mengalami perubahan.

"Pernah menggunakan atap seng dan genteng, tetapi oleh bagian yang berwenang di Belanda meminta atap diganti kembali menggunakan sirap sesuai dengan aslinya. Selain itu catnya pun tetap dipertahankan dengan dominasi warna putih strip hijau di beberapa bagian," ujar Lamadi.

Menjadi Museum Latemmamala

Selain menjadi salah satu cagar budaya, Villa Juliana juga berfungsi sebagai museum. Di lantai satu, terdapat beberapa koleksi foto lama seputar sejarah Kabupaten Soppeng, fosil-fosil yang ditemukan peneliti di kawasan Calio, buku-buku seputar Kabupaten Soppeng serta peralatan-peralatan kuno yang digunakan oleh masyarakat tempo dulu yang masih tersimpan rapi.

Sementara di lantai dua, terdapat beberapa koleksi benda pustaka peninggalan Kerajaan Soppeng serta keramik asal China sebagai bukti adanya kerjasama antara Kerajaan Soppeng dengan para pedagang China.

"Dari ruang fosil, kita dapat melihat adanya fosil gajah yang ditemukan pada tahun 1993 di Tanjonge, rahang gajah purba, fosil kura-kura raksasa yang juga ditemukan di kawasan sungai di daerah Calio, tengkorak babi rusa serta fragmen gigi Anoa yang semuanya ditemukan peneliti di wilayah Kabupaten Soppeng," ungkap Lamadi.

[caption id="attachment_318561" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu artefak kuno berupa pahat batu yang ditemukan oleh peneliti di wilayah Kabupaten Soppeng yang tersimpan pada salah satu ruang lantai satu Villa Juliana."]

1396620878161619162
1396620878161619162
[/caption]

Villa Juliana, umumnya banyak dikunjungi oleh para pelajar dan mahasiswa sebagai tugas penelitian dan sejarah. Di samping itu, juga sering dikunjungi oleh peneliti dari luar negeri, seperti Belanda, Austria dan negara lainnya.

"Kami berharap tahun ini sudah ada program untuk renovasi total mengingat kondisi bangunan yang memang sudah mulai rapuh," harap Lamadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun