Kang Hasan mengatakan Megaproyek Pertamina yaitu pengembangan dan pembangunan kilang ini adalah langkah strategis untuk melepaskan ketergantungan impor minyak dan jalan menuju kedaulatan energi. Karena bila terus mengimpor minyak, devisa kita akan semakin berkurang. Hal yang tidak baik bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Berharap pada Kilang-kilang Minyak Indonesia?
Bila kita sedang menghadapi masalah, kadang jalan keluarnya tidak jauh-jauh dari kita sendiri. Mungkin itu yang dimaksud Pertamina ketika mengajukan program ini dan yang menjadi alasan Presiden Jokowi untuk menyetujuinya. Terlebih lagi beliau sudah mencanangkan kedaulatan energi di program Nawa Cita.
 RDMP akan mengembangkan kilang yang sudah dioperasikan Pertamina sejak lama yaitu kilang Balikpapan, Cilacap, Balongan, dan Dumai. Pengembangan berupa perbaikan dan pengembangan infrastruktur kilang-kilang tersebut. Pertamina yakin bila RDMP selesai, kilang-kilang tersebut dapat mencapai produksi dua kali lipat sebelumnya.
NGRR adalah pembangunan dua kilang baru dalam pengoperasian Pertamina. Dua kilang tersebut akan ada di Tuban dan Bontang. Kilang Tuban dan Bontang diperkirakan bisa memproduksi minyak mentah sebanyak 300.000 barel per hari tiap kilang. Cukup menjanjikan untuk sebuah kilang baru. Kilang-kilang ini diperkirakan akan bisa beroperasi di tahun 2023.
Sehingga bila kita merunut lagi, rencana Indonesia untuk bisa Swasembada BBM mulai tahun 2023, di mana kebutuhan konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia akan mencapai 2 juta barel per hari. Dengan kilang yang ada sekarang, kita hanya bisa memproduksi 800-900 ribu barel per hari. Dan untuk menutupinya kita harus impor minyak, masih jauh berarti untuk bisa Swasembada BBM.
Dalam 6 tahun dari sekarang, pengembangan kilang lewat proyek RDMP dan NGRR sudah mulai berjalan. Proyek ini akan memakan biaya sekitar 500 triliun, dan pemerintah juga mengajak pihak luar sebagai investor pengembangan. Kilang Balikpapan diperkirakan akan menjadi kilang yang paling duluan selesai dalam proyek ini (2019).
Bila ingin menjawab kebutuhan 2 juta barel per hari tersebut, setidaknya enam kilang ini harus bisa produksi di atasnya. Kilang Balikpapan ditargetkan akan mencapai produksi sekitar 360 ribu barel per hari. Sementara untuk Kilang Cilacap, proses pengembangan tidak terlalu menambah produksi namun bisa menghadirkan minyak berkualitas tinggi.
Pada masa akhir megaproyek ini, Kilang Tuban, Dumai, Balongan dan Bontang akan membantu menambah produksi minyak menjadi 2,2 juta barel per hari. Jumlah ini memang masih sangat cukup apabila memang kebutuhan konsumsi BBM Indonesia berada di angka tersebut, dan masih ada sisanya untuk disimpan menjadi cadangan bila terjadi lonjakan kebutuhan.
Lalu apakah bila kondisi tersebut tercapai, Indonesia bisa dikatakan lepas dari impor minyak? Mungkin tapi bukankah kebutuhan akan terus meningkat? Aman untuk satu tahun lalu bagaimana dengan tahun-tahun selanjutnya? Pertamina harus terus mengembangkan kilang baru dengan mencari sumber-sumber minyak baru apabila dalam enam tahun ternyata kita belum menemukan pengganti yang tepat untuk bahan bakar minyak.