Banyak pemaparan, baik masalah Hak Asasi Manusia (HAM), diskriminasi sampai kajian psikologi sampai pada saya, tujuannya satu : menggalang dukungan untuk LBGT. Tentu saja, dari lubuk hati yang paling dalam, saya sudah pastikan saya tidak akan mendukung. Apapun alasannya, dan berapapun bayarannya! (Untuk yang saya sebut terakhir, bisa hubungi secara pribadi, eh?)
Komunitas LBGT yang sedang berusaha untuk melegalkan pernikahan sesama jenis di Indonesia, ingat ini baik-baik. Jangankan pernikahan sesama jenis, yang beda agama saja menikahnya harus di luar negeri, loh! Jadi tidak usah bersikeras terus, kalau memang 'cinta' dan tidak bisa tertahan, tidak bisa terpisahkan, ya pergi ke negara yang melegalkan pernikahan sejenis. Simpel.
Saya menolak LBGT, meskipun celana saya tidak cingkrang, tidak berjenggot juga tidak pakai gamis. Saya tetap menolak LBGT, meski sore atau malam sering pakai blangkon daripada sorban. Terakhir, saya menolak LBGT, bukan karena agama, tapi karena LBGT memang tidak cocok hidup di Indonesia.
Merdeka!
*Penulis bukan anggota pengajian Hizbut Tahrir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H