Mohon tunggu...
Adhyra Irianto
Adhyra Irianto Mohon Tunggu... Seniman - Penulis, seniman teater (tingkat kecamatan)

Penulis magang dan seniman tingkat kecamatan. Freelancer dan full time blogger.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Begal Juga Manusia!

9 Agustus 2015   20:03 Diperbarui: 9 Agustus 2015   20:03 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum istilah 'Begal' muncul di media massa nasional, saya sudah sering mendengar tentang kasus tersebut. Didaerah kami, Curup, Provinsi Bengkulu, kami sebut Begal dengan istilah Curas atau pencurian dengan kekerasan. Kalau dulu, setiap dalam perjalanan menuju ke Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan, yang jaraknya hanya terpaut 52 kilometer dari kotaku, sering ada yang kena begal. Itu jauuuuuhhhh sebelum begal wilayah Pulau Jawa mulai merebak di televisi.

Nah, ada cerita menarik tentang para pembegal ini. Suatu hari, sehabis Shalat Magrib, seorang suami, sebut saja nama Ganteng, sedang bersiap mengantar istrinya, sebut saja Cantik yang sedang hamil besar. Si Cantik dari tadi memegangi perutnya, terus teriak-teriak kesakitan. Si Ganteng panik, merasa istrinya sudah mau brojol, jadi sesegera mungkin untuk mengantar istrinya menuju bidan terdekat.

Sayangnya, bidan terdekat jaraknya masih berjarak 5 km dari rumahnya. Tapi demi istri tercinta, sang suami rela menembus malam yang sepi demi menuju bidan terdekat. Perjalanan dimulai. Meski kelihatan sudah begitu kesakitan, tapi istrinya tetap berkeras naik sepeda motor. Jalan juga mulus, tidak ada bopeng-bopengnya, alasan si istri.

Malang nasib kedua suami istri muda yang menantikan kelahiran anak pertama ini. Ditengah perjalanan, tiga orang yang naik di satu motor mulai mengikuti mereka. Biasanya, di daerah saya, ada tiga jenis orang yang naik motor bertiga. Satu, cabe-cabean. Dua, orang berboncengan berdua, kemudian ditengah jalan ada yang ikut nebeng karena satu jurusan. Nah, yang ketiga berarti begal!

Setelah lama diikuti, sampai ditempat yang sepi dari manusia namun ramai oleh jangkrik dan belalang, motor para pembegal ini memepet motor Cantik dan Ganteng. Salah seorang begal, yang wajahnya paling serem, menodongkan pisau dan meminta kedua orang ini segera berhenti. Wajar saja dia dianggap paling serem, sebab dia memegang pisau. 

Daripada terjadi hal yang tidak diinginkan dengan dirinya dan istri (plus anaknya), akhirnya si ganteng berhenti. Seperti biasa, para pembegal langsung turun dan pasang muka paling antagonis.

"Serahkan motormu, atau kuserahkan nyawamu pada penjaga neraka," kata si begal.

Seketika, si Ganteng langsung berlutut memohon pada begal tersebut. Masa, istrinya yang hendak ke bidan harus jalan kaki? Kalau brojol di jalan, siapa yang mau tanggung jawab? Si Ganteng terus memohon, meminta para begal mengasihani dirinya dan istrinya.

Para begal mulai tersentuh hatinya, melihat perut istri si Ganteng memang sudah sangat besar. Akhirnya, mereka mencoba 'menurunkan' permintaannya.

"Ya sudah, kalau begitu, serahkan uang kalian seluruhnya," lanjut si begal.

Si ganteng mencoba untuk memenuhi permintaan si begal. Namun, kalau difikir lagi, nanti biaya di bidan siapa yang tanggung jawab? Apa para begal itu mau membayarkannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun