Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Si Raja Hoax

7 Januari 2019   05:41 Diperbarui: 7 Januari 2019   05:51 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ketika nilai syahadat mulai kau asingkan dalam diri
begitu pula gerimis doa-doamu yang mulai redup di penghujung senja
sementara ratapmu sendiri telah menghilang di tengah jalan-Nya yang sepi
dimana lagi engkau akan sandarkan lisanmu yang mulai menua?

tuan,
sedemikian rapuhnyakah engkau memaknai kata yang tercurah hari ini.
sebab dengan keangkuhan lisanmu engkau sepertinya lebih sempurna dari mareka?

seperti air,
hari ini aku melihat kau mengalir begitu deras
mengalir ketempat dimana dupa-dupa mulai berlarian
membiarkan jiwamu mengeja luka di pelataran rindu-Nya
lalu mukamu kau biarkan berlumuran sumpah dari seorang hamba yang mengurai diri sebagai musuhmu.

:apakah kau masih lebih baik dari sebongkah batu yang berlumut?

seumpama lagu,
barangkali saat ini kau tak cukup indah buat nyanyian seorang anak gembala
dengan menyanyikan namamu sekali saja mereka seakan telah mengundang ribuan bencana

tuan,
tiadakkah kau rindu menghadirkan damai dalam jiwamu yang resah.
agar kau dapat memaknai segala kebenaran yang sudah lama mengembara dalam mimpimu.
hingga tiap jengkal langkahmu tak lagi merajai angin dari segala penjuru?

tuan,
janganlah kau jadikan dirimu seperti hitungan bulan yang tak sempurna.
seperti nilai labil yang sama sekali tak bisa memahami apa itu nilai sejarah.
yang hanya bisa memungut sisa puing-puing kehancuran teori big bang.
dan kau berkesimpulan sana sini tentang apa yang kau dengar.
lalu kau berbagi kebohongan kepada siapa saja yang kau temui.

tuan,
dengar sekali lagi lantunan adzan yang mulai terasing.
bacalah tanda dimana daun kelak akan jatuh melewati jalan takdir-Nya
bukankah itu semua tak begitu saja meninggalkan cerita bisu?

____________

AdhyePanritaLopi

Negeri Para Daeng, 07/01/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun