Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menuju Entah

31 Juli 2017   05:34 Diperbarui: 31 Juli 2017   05:43 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

jemari menakar rindu

di saat bayang-bayang menjelma sayang

 

tak terbayang

berapa kali waktu mengukur jarak

namun, perpisahan tetap menjadi penanda

riak_teriak memang harus memisahkan diri   


aduh sayang

sejak kapan gaduh menjadi aduh?


jemari menakar rindu

pada selembar daun akasia

musim beranak tangis

beranak bimbang yang di selimuti kata-kata


dan senja mengiris

di kala itu pula miris memastikan gerimis

lantunan lagu cinta tak lagi bernada manis

adalah sepasang hati terkoyak di antara ingatan

manis dan pahit melebur dalam hambar

dalam sabar

dan diam yang menujuh entah ***

 




Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun