Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

[Puisi] Jalan Sang Pujangga

3 Oktober 2016   13:28 Diperbarui: 3 Oktober 2016   17:24 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam tiap jengkal, ingin rasanya kusetubuhi kalimat lembut yang keluar dari mulutmu, Tuan. Untaian kalimat yang bercucuran bak keringat para petani di desaku. namun sayang, tiap kali kuingin melakukan itu selalu saja kudapati kata menjelma asap yang terbuang seperti bayi-bayi hasil onani. 

Oh, inikah tanda kalau kalau Tuan belum tuntas mengeja silsilah matahari? Ataukah tanda bahwa Tuan ingin agar kita sama sama tenggelam dalam lantunan adzan para pendengki seperti Tuan?

: tidak, Tuan, aku tlah memilih jalanku sendiri.

Jauh sebelum tuan bertutur aku tlah menemukan cara menangkap sepi jua menajamkan pisau dapur yang mulai berkarat ini. Adalah rahim puisi yang tlah memberiku kabar Tuan, bahwa kelak tebasan pedang Tuan akan meninggalkan luka yang menganga di negeri ini. Air mata kaum nestapa akan menjelma sungai-sungai seperti diksi yang mengalir dalam sajak sajak Taufik Ismail dan Chairil Anwar. Dzikir dan nyanyian mereka pun pasti jua akan menemukan jalan menuju cahaya-Nya meski Tuan mengirim sunyi untuk menyembunyikannya.

Sungguh Tuan, seiring lengkingan pilu ribuan camar di langit langit tanah Papua, aku yakin Tuan akan melipat lidah persis saat kita bersua di persimpangan jalan menuju keadilan-Nya itu. Bukankah waktu jua yang akan membuatku mahir memainkan pisau ini Tuan?

- - - - - Negeri Para Daeng, Oktober 2016 - - - - -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun