Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Taubat

18 Januari 2014   23:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Ilustrasi: putianggraini.wordpres.com) **sejak alam menyiapkan pisau-pisau kematian kulihat manusia makin asyik memainkan pisau itu mereka lalu mengiris-iris buku takdirnya sendiri mereka hendak mengubah buku itu menjadi buku harian:sudahkah kau catatkan duka hati di sana tuan?_ dan pintu-pintu kuburan memanggil lara meraung-raung dari balik pintu bencana banjir, dzunami, gempa bumi, letusan gunung merapi:cukup, sampai disini saja !_ bibir pucat ludah beku telinga jadi tuli sementara mata memelototi keranda kematian satu persatu saudara mereka masuk ke dalamnya_ oh Tuhan, ampunkan segala dosa jika bencana itu datang sebagai pengingat buat kami yang melihatnya jadi teringat :petunjukMu jelas!_ oh Tuhan, ampunkan segala dosa jika bencana itu datang sebagai terguran buat kami yang melihatnya jadi sadar :kuasaMu sungguh !_ oh Tuhan, ampunkan segala dosa jika bencana itu datang sebagai azab buat kami yang melihatnya jadi taubat :Maha benar Engkau dengan janjiMu, ya Rabb ! ampun !________________________

13900611781910582547
13900611781910582547

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun