**
/1/
nona,
ingin kusudahi puisi-puisi untukmu. barangkali akan kuganti dengan doa dan ucapan selamat. sungguh, aku takut, nona tak sanggup menelan rindu saat membaca larik-larik puisiku nanti. jika pun dengan doa nona masih mengingatku, ku harap saat itu nona tidak akan menumpahkan air yang ada dalam telaga. bukankah nona pernah bilang, nona punya hati setegar karang?. hati yang siap menghadang ombak dari manapun itu datangnya?.
/2/
nona,
apalagi yang bisa kuharap dari sebuah kasih yang tak bertuan?. sebuah kasih yang hadir seumpa air yang berada di atas daun keladi?. bukankah kasih semacam itu kadang tak punya kendali nona?. bukankah kasih semacam itu perlahan akan jatuh ke tanah nona?. dan aku pun yakin nona, kasih yang tak punya kendali semacam kasih yang kau berikan selama ini akan cepat hilang dan keluar dari jalurnya. iya kan nona?
/3/
nona,
apa juga yang kuharap dari cintamu yang menggigil?. bukankah air mataku selama ini rasanya sudah cukup untuk membuatku kedingingan nona?. dan, bagaimana mungkin cinta dapat menyatukan kita, sementara prasangka burukmu padaku, seumpama bahan bakar yang jatuh ke dalam bara api. sedang aku ini siapa bagimu nona?. bukannya aku hanya setetes mani yang tak mungkin memadamkan api yang terlanjur kau nyalakan.
/4/