Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Negeri dalam Perang Kata-kata

8 April 2014   03:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:56 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_330712" align="aligncenter" width="566" caption="Ilustrasi Indonesia/ Kompasiana (shutterstock)"][/caption]

***genderang perang sudah di tabuh
persengketaan akal dan nalar makin meruncing
gemuruh suara senjata dimana-mana
mencipta ketakutan disudut-sudut kota mimpi
di atas kota yang hapir tak kukenali
peluru-peluru kata terus dilesatkan
ada yang sampai meretakkan tulang
ada yang sampai merobek-robek kulit
ada pula yang menerobos___
menembus dada dan jantung

selongsong peluruh itu
kini pecah berserakan
di medan perang yang tak berhukum
serpihannya kadang melukai hati
mencabik-cabik rasa ___
yang tumbuh bersama cinta
sampai pada akhirnya,
peluru itu mematikan akal dan logika sehat

inilah nasib negeri yang terukir samar
negerinya para badut dan pelancong berdasi
para pembual dan pembohong berjamaah
negerinya para pencipta roket kata
roket-roket yang tak punya kendali
yang hendak merobohkan menara-menara santun

berbekal lidah busuk pemakan bangkai
membumi hanguskan adab dan sopan santun
di bawah panji-panji persatuan yang teramat rapuh
di antara koloni-koloni pemuja harta, tahta dan wanita
merekalah para pemburu hasrat duniawi semata

dari titik kata yang belum sempat kutulis dalam pikiran pikun
sengaja kurebahkan tubuh sembari menunggu perang usai
aku terus mengumandangkan adzan penanda waktu
meski kutahu___
tanda itu tak pernah bisa menghentikan perang di negeri ini

Indonesia kelam
Indonesia mencekam
Indonesia dalam darurat perang
perang kata-kata penuh kebencianterus tersaji dianatara siang dan petang
negeri ini dalam bahaya besar
medan caci dan maki terbuka lebar
desing peluru permusuhan semakin nyaring
jutaan jiwa-jiwa dan akal sehat ikut terancam
terbunuh olah tajamnya lidah-lidah
terpenjara dalam laku yang tak ramah
di antara segala culas dan picik pikiran
yang tak patut untuk di contoh
:negeriku dalam perang kata-kata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun