dalam mangkuk-mangku air mata kesedihan
dan, dalam centangan-centangan waktu dan ketetapanNya
bisakah kau diam lalu mendengar seruan-seruanNya?
seperti diammu kala mendengar dentuman peluru menghantam besi-besi ciptaanmu?
seperti diammu ketika mengaksikan luapan air mata keduakan yang meyandera saudaramu?
maka,
dengarkan Tuhanmu bicara !
ambil itu sebagai pelajaranmu kelak
sebagai pengigat atas kesadaranmu dikala kau melupakanNya
bukankah kau ini selalu berada pada garis kekuranganmu?
atau, kau masih ingin menyombongkan diri sekarang?