Mohon tunggu...
Adhyatma Hasbi
Adhyatma Hasbi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

dunia cukup untuk berbagi pengetahuan walau hanya lewat realitas kata. mari menulis untuk mengikat pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kearifan Lokal di Tengah Pusaran Kapitalis

18 Februari 2013   18:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:05 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jaringan kapitalisme telah menyentuh akar kehidupan. Sejarah peradaban pun telah menceritakan kisahnya bahwa kapitalisme akan terus berkembang mengikuti perubahan realitas kondisi masyarakat. Kapitalisme merupakan faktor eksternal yangmempengaruhi masyarakat dalam bernegara. Hal yang masih bertahan dalam pusaran kekuasaan kapitalisme ini adalah kearifan lokal yang dijawantahkan dalam modal-modal sosial hasil hubungan interaksi masyarakat. Walaupun pada kenyataannya mulai tereduksi, akan tetapi modal-modal sosial dapat dijadikan sebagai wacana tandingan di tengah dominasi kapitalisme.

Kearifan lokal (local wisdom) merupakan bagian dari sistem budaya, biasanya berupa larangan-larangan (tabu-tabu) yang mengatur hubungan sosial maupun hubungan manusia dengan lingkungan Alamnya. Kearifan lokal berfungsi untuk menjaga kelestarian dan kesinambungan sumber daya yang dimiliki suatu masyarakat sehingga masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya dari generasi kegenerasi berikutnya, tanpa harus merusak atau menghabiskan sumber daya tersebut. Oleh sebab itu, kearifan lokal selalu dijadikan pedoman atau acuan oleh masyarakat dalam bertindak atau berperilaku dalam praksis kehidupannya. Munculnya keraifan local sebagai hal yang secara tidak sadar mengatur hubungan sosial masyarakat memunculkan suatu hubungan interaksionis antar individu dan masyarakat untuk mempertahankan hidupnya yang disebut dengan modal sosial.

Kehidupan ekonomi tertanam secara mendalam pada kehidupan sosial serta pada dasarnya tidak bisa dipahami terpisah dari adat, moral, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat di mana proses ekonomi itu terjadi. Para pelopor mazhab ekonomi klasik telah menegaskan bahwa tatanan ekonomi dunia baru yang akan berlangsung harus tidak boleh meninggalkan keberadaan potensi dan peran keterlibatan apa yang disebut dengan istilah 'kontrak sosial’ (social contract). Unsur penting dari kontrak sosial ini antara lain apa yang mereka sebut sebagai karakteristik jaringan sosial, pola-pola timbal balik, dan kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan modal sosial.

Modal sosial merupakan hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik. Kepercayaan yang dibangun dalam artian yang lebih humanistik untuk membangun suatu hubungan saling menjaga tanpa ada menjatuhkan dan mementingkan kepentingan segelintir orang. Kejujuran merupakan salah satu unsur penting yang dapat dihasilkan dari suatu hubungan kepercayaan. Semangat gotong royong, saling tolong menolong, saling menyadarkan satu sama lain merupakan bentuk dari mutual understanding yang diharapkan terwujud dari modal sosial tersebut. Nilai-nilai bersama merupakan konsep moral universal yang secara tidak sadar terbentuk akibat hubangan interaksionis masyarakat Indonesia berupa norma-norma yang mengatur kebaikan dan kesopanan dalam tatanan masyarakat.

Di tengah gempuran kapitalisme, keraifan lokal yang diwujudkan dalam modal-modal sosial seperti uraian di atas mulai tereduksi. Makna modal sosial dikapitalisasi untuk kepentingan segelintir orang sehingga terjadi pergeseran yang secara tidak sadar mengalienasi masyarakat. Hubungan interaksionis masyarakat tereduksi dengan adanya kepentingan para pemilik faktor produksi. Kepercayaan, kesalingpengertian, dan nilai-nilai kebersamaan menjadi kedok bagi kapitalisme untuk melanggengkan kekuasaannya.

Melihat realitas kondisi kekinian masyarakat Indonesia pertanyaan yang penting dijawab oleh semua stakeholder yaitu, ApakahKeraifan lokal dengan modal sosial yang merupakan faktor internal dari masyarakat masih dapat dijadikan sebagai wacana tandingan di tengah gempuran kapitalisme?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun