Mohon tunggu...
Vito Adhityahadi
Vito Adhityahadi Mohon Tunggu... -

wartawan lifestyle, bass player. gemar menulis feature, penyuka musik, rock n roll, funk, blues, dan reggae. \r\ni'm always in my soul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pentingkah Barista untuk Para Pecinta Kopi?

23 Mei 2015   05:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:42 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_385001" align="aligncenter" width="484" caption="[Foto : Dhodi Syailendra Hanes Aviv (kiri bawah) membuat dan menyajikan late art coffe, di salah satu coffe shop di Kemang, Jakarta Selatan."][/caption]

Penikmat kopi mungkin saja tidak menyadari bahwa untuk bisa mendapatkan kenikmatan dan sensasi rasa kopi perlu adanya seorang barista.Profesi bagi mereka yang pandai membuat dan menyajikan kopi kepada pelanggannya.

Untuk diketahui, penggunaan kata “barista” semakin popular di masyarakat setelah sebelumnya diadakan Kompetisi Barista Indonesia pada tahun 2007 yang terselenggara oleh “Asosiasi Spesialis Kopi Indonesia” untuk tingkat nasional. Dan untuk tingkat dunia, kejuaraannya disebut World Barista Championship, yang pada tahun 2010 dimenangkan Michael Philip asal Amerika Serikat.

Di Indonesia, untuk mencari ahli pembuat kopi kesukaan pelanggan tidak sulit mencarinya. Ada banyak barista nan pandai yang dapat kita temui di beberapa coffe shop di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Salah satunya adalah Hanes Aviv, yang diketahui telah menekuni pembuatan kopi, khususnya late art coffee selama lebih dari lima tahun.

Di beberapa kesempatan penulis bertemu dengan barista Hanes, ia mengujarkan, pembuatan late art coffe membutuhkan feeling yang kuat, karena cita rasa kopi berpengaruh dengan ketepatan waktu saat menuangkan susu diatasnya. “Kuncinya, saat proses pembuatan espresso telah selesai, maka hanya dalam jangka waktu dua detik harus dituang susu,” ujarnya, di tempat ia bermukim, di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (23/5).

Menurutnya, tingkat kesulitan dalam membuat late art coffee bisa dipecahkan dengan berlatih secara tekun. Karena, dengan kebiasaan membuat kopi bercita rasa tinggi maka kepekaan dan feeling-nya akan semakin tepat. Rasa kopi pun kian menjadi semakin nikmat.

“Membuat late art coffe tentunya butuh skill yang baik. Caranya, timing-nya harus pas saat menuangkan susu, dan juga kreatif menggambar permukaan kopi saat proses steam menggunakan mesin kopi,” jelas Hanes.

Banyak alasan para pecinta kopi untuk terus mengkonsumsinya. Disamping rasa dan aromanya begitu menarik, tak ayal kopi dipercaya dapat menurunkan risiko dari beberapa penyakit. Selain, kopi memang teman yang baik dalam beberapa aktifitas individu masyarakat sehari-harinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun