Di pagi itu, aku masih tertidur pulas dan ibu membangunkaku untuk berkunjung ke tempat saudara yang berlokasi di bogor, aku pun berdiri dan bergegas mempersipakan diri untuk ikut kesana.
Oh iya, Sebelumnya. Saya Adhi Saputra Batuabara, Kelahiran jakarta (Sebut saja numpang lahir) karena tinggal dari umur tahun 5 tahun di Sumatra Utara, tepatnya Kabupaten Tapanuli Selatan yang lingkungannya masih perkampungan tanpa pernah melihat KAI Commuter sama sekali. Saat ini berkebutulan berlibur ke rumah saudara-saudara yang ada di Jawa.
Selanjutnya, Karena telah memutuskan unuk berangkat kesana menaiki kereta api, setelah saudara mengatakan selain ongkosnya yang relatif murah dapat dengan cepat sampainya tanpa terhambat macet. Kami langsung ditantar ke stasiun terdekat dari rumahnya yang berlokasi di Stasiun KAI Commuter Pasar Senen Jakarta.
Ketika memasuki stasiun aku melangak-melongok melihat setiap detail bangunan secara menyeluruh, saking tidak pernahnya. Kemudian, Â aku dan ibu membeli tiket menaiki KAI Commuter berjumlahakan 2 orang. Lalu berdiri di peron stasiun kereta. Menunggu KAI Commuter untuk datang menjemput kami.
 Sebagai seseorang yang biasanya tak pernah melihat KAI Commuter selain hanya dalam pelajaran dan Televisi saja. sekarang bisa melihat KAI Commuter melintas sekilas melalui jendela bus yang kami tumpangi saat ke jakarta saja sudah senang. Apa lagi akan menaikinya menuju rumah saudara yang di bogor merupakan pengalaman pertama kali saya menaiki KAI Commuter. Pengalaman ini menjadikan rasa gembira dan penasaran bercampur menjadi satu.
Ketika kereta pertama kali muncul dari balik tikungan, hati  berdegup kencang. Sinar matahari pagi yang lembut memantulkan cahaya di permukaan kereta, menciptakan kilauan yang memukau. Aku merasakan sensasi seolah-olah dunia berhenti sejenak, hanya ada kereta dan aku di stasiun itu. Makin tergiur melihatnya bagai ular besi yang berjalan diatas tanah dengan begitu cepat.
Ketika pintu kereta terbuka,. Aku melangkah masuk dengan hati yang berdebar-debar. Dalam sekejap aku menatap kearah depan dan belakang yang berjejer tempat duduk untuk para penumpang KAI Commuter. Aku dan Ibu melangkah masuk dan mencari tempat duduk yang nyaman. Duduk di jendela adalah pilihan yang tepat bagi penggemar pemandangan. Aku merasa seperti anak kecil yang sedang menantikan petualangan baru.
Ketika kereta mulai bergerak, rasa euforia menyapu tubuhku. Perlahan-lahan, pemandangan di sekitar stasiun mulai berlalu dengan cepat. Rumah-rumah, jalan raya, dan pepohonan terlihat seperti berlomba-lomba menari di luar jendela. Aku terpana oleh kecepatan dan kehalusan pergerakan kereta. Ini adalah pengalaman yang jauh berbeda dari sekadar melihat kereta melewati rel. Pemandagan Jalanan dan perkotaan yang diselimuti kemacetan tidak tertinggal untuk dilihat.
Saat kereta melaju lebih cepat, angin seakan berbicara padaku dengan suara lembutnya. Rambutku berkibar, dan aku merasakan sensasi bebas yang luar biasa. Saat kereta melintasi jembatan, pandanganku melayang ke bawah. Sungai yang mengalir dengan tenang seakan memberi kehidupan pada kota. Bangunan-bangunan tinggi terlihat gagah, dan aku merasa betapa besar dan beragamnya dunia.
KAI Commuter membunyikan sirene darurat saat melintasi lintasan jalan raya sebagai tanda pengingat kepada para pengguna jalan agar berhati-hati dan tidak menerobos jalannya secara semabarangan.
Satu persatu stasiun disinggahi dengan suara pengeras yang memberitahukan stasiun keberangkatan menuju stasiun yang akan dituju. aku melihat banyak orang yang menaiki KAI Commuter dari gerbong paling depan hingga gerbong paling belakang semua terlihat dari masyarakat biasa hingga para pejabat negeri tidak luput jadi penumpang untuk berangkat ke tujuan masing-masing.
Saat menaiki KAI Commuter yang membuat keseruan bertambah lebih menantang saat melihat 2 KAI Commuter melintas berlawanan arah. Anginnya berhembus ke badan lebih kuat seolah ruangan yang dipenuhi AC didalamnya sedang dinaikkan, ditambah lagi suara gertakan roda yang terdengar jelas beradu pijakan diatas rel sebagai jalurnya. terdengar layaknya musikal sedang berbunyi untuk menghibur penumpang KAI Commuter.
Tiba-tiba, ada pengumuman dari pengeras suara mengenai stasiun berikutnya yang merupakan tempat tujuan kami berkunjung. Aku dan Ibu bersiap-siap untuk turun, namun sedikit kecewa karena petualangan singkat ini akan segera berakhir. Aku menatap pemandangan yang berlalu dengan cepat terkahir kalinya sebelum kereta berhenti. Meskipun perjalanan ini singkat, pengalaman ini begitu menggiurkan dan penuh sensasi.
Ketika kereta memasuki stasiun berikutnya dan mulai perlahan berhenti, aku bangkit dan berjalan menuju pintu. Ketika pintu gerbong terbuka, aku melangkah keluar dengan langkah yang puas. Rasanya seperti aku baru saja menjalani petualangan yang luar biasa, meskipun hanya dalam hitungan menit.
Pengalaman pertama kali menaiki KAI Commuter benar-benar menggiurkan dan memikat. Sensasi kecepatan, ongkos yang sssuai kantong, Â angin yang melambaikan rambut, tempat duduk yang nyaman dan pemandangan yang melintas begitu cepat menghadirkan perasaan euforia yang sulit digambarkan.
Aku merasa lebih dekat dengan dunia kereta api yang selama ini hanya kulihat dari jauh. Pengalaman ini juga mengingatkanku bahwa kadang-kadang, kebahagiaan dapat ditemukan dalam momen-momen sederhana yang penuh petualangan.
Sambil meninggalkan stasiun itu, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa ini tidak akan menjadi pengalaman terakhirku. Aku akan kembali mengejar sensasi dan kegembiraan di atas rel, menjelajahi dunia dengan kereta sebagai temanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H