pilu berada,Aku terdiam dalam sunyi yang melanda.Sepi berbisik, menghanyutkan diri,Memaksa rasa ini tak lagi bersemi.
Di reruntuhan hati yangHujan yang turun bagai air mata,Mengiringi langkah-langkah yang terasa berat.Terkubur dalam cemas, hampa, dan sendu,Menghadapi luka yang tak pernah terduga.
Hati ini meronta, ingin bertahan,Namun kepedihan tak lagi terkendali.Lemah terhempas, tak mampu berdiri,Hanya gelap yang menemaniku di sini.
Ingatan menghantui, kenangan menyakitkan,Aku tak mampu tuk menyangkalnya lagi.Mungkin ini takdir yang harus kuterima,Walau getir, aku mencoba untuk tegar.
Tiap malam, bintang-bintang menyaksikan,Air mata yang tak kunjung pudar.Berharap pada esok yang tak pasti,Bahwa kebahagiaan akan datang kembali.
Meski pilu mengiringi langkahku,Aku yakin ada cahaya di ujung jalan.Mungkin cinta tak selalu berjalan mulus,Tapi percayalah, ada hikmah yang tersimpan indah.
Biarlah pilu ini menjadi sahabat sementara,Mengajarkanku tentang arti kesabaran.Ku yakin suatu saat, kutemukan pelipur,Dan kini, aku akan terus berusaha bertahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H