Mohon tunggu...
ADHISA ALFI CHOIRUNNISA
ADHISA ALFI CHOIRUNNISA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Keperawatan Universitas Airlangga

berenang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Keberhasilan Pemuda KPLAT

17 Mei 2024   00:13 Diperbarui: 17 Mei 2024   00:25 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Berawal dari banyaknya hasil panen petani kopi di Desa Sukowidi, atau lereng gunung lawu, sehingga membuat KPLAT (Kelompok Pencinta Alam Lawu Tengah) mempunyai ide untuk mengolah kopi menjadi produk yang dapat dipasarkan. Sehingga daya jualnya menjadi tinggi dengan nama  KOPI NDALISODO.

Kopi hasil panen petani di lereng gunung lawu terdiri dari dua jenis kopi yaitu  kopi liberika, kopi arabika, kopi robusta dan kopi luwak yang diperoleh dari kotoran hewan luwak yang bisa ditemui di hutan gunung lawu.

Cita rasa kedua jenis kopi tersebut sangatlah berbeda. Untuk kopi robusta khas lawu yang memiliki cita rasa kuat dan cenderung lebih pahit dibandingkan kopi biasa, sedangkan kopi arabika memiliki cita rasa yang lebih asam dan lebih manis, kekentalan kopi arabika lebih kental dibandikan kopi robusta.

Kedua jenis kopi tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu kopi arabika mempunyai bentuk biji sedikit lebih besar dan oval sedangkan bentuk biji kopi robusta lebih kecil dan bundar.

Cara mengeringkan dari hasil petik pohon kopi sampai mejadi kering berwarna hitam yang dilakukan oleh KPLAT yaitu dengan cara kopi yang masih ada kulitnya langsung dijemur dibawah terik sinar matahari dan diangkat saat matahari akan terbenam, apabila kopi tersebut tidak diangkat pada saat malam hari maka akan merusak cita rasa kopi menjadi sedikit ada rasa tanahnya.

Cara mengolah dari biji kopi yang sudah kering  menjadi bubuk kopi yang siap minum atau dikonsumsi oleh penikmat kopi yang dilakukan oleh KPLAT sangatlah tradisional. Diawali  dengan cara menggunkan tungku dengan bahan bakar kayu dan wajan tanah liat dengan cara disangrai. Saat kopi disangrai harus diaduk terus menggunakan tangkil secara konsisten dan tidak boleh berhenti agar tingkat kematangan atar biji kopi sama. Tanda apabila kopi sudah matang yaitu kopi berwana coklat.

Setalah cara pengolahan diatas selesai,  berikutnya kopi yang telah matang dan siap menjadi bubuk kopi dengan cara digiling menggunakan penggiling khusus kopi dan dikemas sesuai jenis kopi, dikelompok ini kemasan kopi robusta dikemas dengan  kemasan  yang berbeda.

Kadar kafein kedua jenis kopi tersebut berbeda yaitu kopi robusta dengan kadar kafein 2,2% sedangkan arabika memiliki kadar kafein sebesar 1,2%. Sementara itu kopi yang dijual di pasaran ada 2 pilihan yaitu dalam bentuk bubuk dan biji kopi. Dari dua pilihan tersebut untuk harga jualnya juga berbeda dengan rincian sebagai berikut : Kopi Bubuk Robusta :Kemasan 80gr seharga Rp 10.000,00 dan Kemasan 160gr seharga Rp 18.000,00. Kopi Bubuk Arabica : Kemasan 80gr seharga Rp20.000,00 dan Kemasan 160gr seharga Rp. 36.000,00. Kopi Bubuk Liberica : Kemasan 80gr seharga Rp 35.000,00 dan Kemasan 160gr seharga Rp 65.000,00. Biji Kopi Robusta : Kemasan 80gr seharga Rp 6.000,00 dan Kemasan 160gr seharga Rp 10.000,00. Biji Kopi Arabica : Kemasan 80gr seharga Rp 12.000,00 dan Kemasan 160gr seharga Rp 20.000,00. Biji Kopi Liberica : Kemasan 80gr seharga Rp 22.000,00 dan Kemasan 160gr seharga Rp 40.000,00.

Penulis: Adhisa Alfi Choirunnisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun