Mohon tunggu...
Adhiptama Anggara
Adhiptama Anggara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo Fam, selamat membaca tulisanku!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Wiwitan di Desa Bero

5 September 2022   14:12 Diperbarui: 7 September 2022   20:16 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap daerah di Indonesia pastinya memiliki tradisi dan kebudayaan masing-masing, tidak terlepas dari Desa Bero. Di Desa Bero terdapat sebuah tradisi yang dilaksanakan ketika menjelang panen raya, yakni adalah tradisi Wiwitan

Tradisi Wiwitan merupakan ritual sebelum masa panen padi yang dilaksanakan masyarakat Jawa. Tradisi wiwitan ini sebenarnya sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Wiwitan berasal dari kata Wiwit yang berarti memulai untuk memotong padi. 

Prosesi wiwitan dilakukan di sawah dan dipimpin oleh Pak Maryanto selaku ketua kebudayaan Desa Bero. Tradisi Wiwitan ini dilakukan karena keberhasilan petani dalam menanam Padi Srinuk, “Padi Srinuk merupakan hasil pengembangan dan rekayasa genetika varietas padi rojolele yang telah menjadi padi unggulan petani Klaten”, kata Pak Maryanto. Proses panen raya Padi Srinuk di Desa Bero ini berjalan lancar dan dengan kegagalan panen yang sangat minim.

"Varietas Srinuk ini dihasilkan dari usaha BATAN atau Badan Tenaga Nuklir Nasional melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) dengan radiasi sinar gamma pada dosis 200 grey dan telah melalui tahapan uji yang disyaratkan oleh Kementerian Pertanian selama kurang lebih 6 tahun dan kemudian dihasilkanlah varietas baru yakni Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar.

Tradisi Tasyakuran ini diawali dengan pemanjatan doa dan kemudian dilanjutkan dengan prosesi pemotongan padi yang sudah siap panen. Setelah proses pemotongan padi selesai dilanjutkan dengan acara makan-makan dengan menyantap beberapa makanan yang telah dibawa petani dalam tradisi tasyakuran ini. 

tradisi-wiwitan-desa-bero-6315a32408a8b51c645aff72.jpeg
tradisi-wiwitan-desa-bero-6315a32408a8b51c645aff72.jpeg
Makanan yang dibawa petani sangat bermacam-macam ada yang membawa tumpeng, ingkung atau ayam utuh, gudangan (urap), buah-buahan, genthuk, hasil bumi seperti umbi-umbian dan lain sebagainya. Acara ini ditutup dengan acara bernyanyi Bersama dengan organ tunggal yang telah disediakan oleh pihak desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun