Mohon tunggu...
Adhi Pradityo
Adhi Pradityo Mohon Tunggu... Bankir - Full Time Banker

Full time Banker - Love to share and write any thing

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bagaimana Indonesia di 2024 Sejauh Ini?

17 Agustus 2024   08:00 Diperbarui: 17 Agustus 2024   08:08 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tahun 2024 ini merupakan tahun yang luar biasa. Banyak peristiwa penting terjadi, terutama berkaitan dengan peristiwa politik. Paling tidak ada dua peristiwa politik besar yang mungkin bisa memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia.

 Tidak sedikit pihak akan mempertanyakan apakah Indonesia sanggup melewatinya dengan mulus atau tidak tahun 2024 ini. 

Peristiwa pertama tidak lain tidak bukan ada adalah Pemilu Presiden Indonesia yang berlangsung awal tahun kemarin. Sudah diputuskan oleh KPU bahwa Bapak Prabowo Subianto resmi terpilih menjadi Presiden Indonesia terpilih untuk periode 2024-2029. 

Proses beliau bisa terpilihpun terbilang cukup menarik karena sempat memunculkan banyak teori ini itu. Mari tidak perlu membahas apa yang telah terjadi dan kita dukung dan percaya bahwa beliau dan tim nya akan berbuat yang terbaik untuk Indonesia. Sekalipun nanti tidak seperti apa yang diinginkan, biar beliau dan tim beliau yang bertanggung jawab pada saatnya nanti. 

Kondisi ekonomi Indonesia Pra dan Pasca pemilu bisa dikatakan ada perbedaan. Capital Outflow sempat terjadi karena disebabkan oleh karena investor memilih untuk menunggu sampai proses Pemilu selesai ketimbang berinvestasi di Indonesia. 

Ketakutan akan perubahan regulasi menjadi concern para investor. Bahkan terdapat idiom di beberapa customer saya yang mengatakan bahwa di Indonesia, "One Regime One Policy", ini bukan wajah yang baik untuk sebuah negara yang mencanangkan dirinya akan menjadi "Indonesia Emas" di beberapa tahun ke depan. 

Sebenarnya, para investor memiliki rules yang cukup sederhana. Mereka akan menempatkan dana mereka pada instrument keuangan, atau berinvestasi di negara yang memiliki return (Imbal Hasil) besar. 

Pada umumnya yang memiliki Return lebih baik dari suku bunga US Dolllar. Negara berkembang seperti Indonesia, memiliki kecenderungan memiliki opsi opsi investasi yang nilai imbal hasilnya akan lebih besar dari Suku Bunga US Dollar. 

Oleh karena itu negara berkembang seperti Indonesia ini sering dijadikan sebagai negara tujuan investasi dari negara-negara berkembang. Namun dibalik nilai imbal hasil yang menarik, umumnya negara berkembang juga memiliki faktor resiko, atau yang biasa kita sebut Country risk. 

Nah setau saya, Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan Country risk ini tinggi adalah terkait dengan konsistensi regulasi dan stabilitas politik. Semakin tidak konsisten dan tidak stabil artinya semakin resikonya.   

Tadi sempat disinggung terkait masalah Suku Bunga US Dollar. Siapa sih yang mengoperasikan Suku Bunga US ini, tak lain tak bukan, The Federal Reserve yang saat ini dipimpin oleh Pak Jerome Powell. Pak Powel ini seperti Pak Perry di Bank Indonesia, namun power dan tanggung jawab yang jauh lebih besar. 

Bagaimana tidak, US Dollar dianggap sebagai Save Haven, dan selalu menjadi tujuan akhir untuk berinvestasi ketika semua opsi investasi di dunia ini terbilang tidak "aman dan sexy". Oleh karena itu tinggi rendahnya Suku Bunga US Dollar dapat mempengaruhi kondisi ekonomi suatu negara. 

Amerika Serikat sedang tidak baik baik saja, sepanjang 2022-2023 mereka berkali kali menaikan suku bunganya dengan tujuan untuk menekan inflasi di sana. Resesi bukan lagi menjadi suatu wacana namun sudah didepan mata, dan peningkatan penggangguran juga menjadi momok tersendiri di Negara yang November nanti akan memilih untuk dipimpin oleh Oppa Trump atau Nyonya Kamilla Harris. Semoga siapapun yang menjadi pemimpin mereka bisa Amanah dan memberikan yang terbaik untuk rakyatnya dan komunitas global.

September nanti, Fed berencana untuk menurunkan suku bunga mereka. Konon katanya mereka akan menurunkan sampai dengan 50 basis point. Indonesia akan ambil sikap apa? most likely  akan ikut turun juga, bisa 25-50 Basis point menurut saya. Apa sih impactnya kalau suku bunga itu turun. Kita berfikir simple saja. Jika suku bunga turun, artinya suku bunga pinjaman akan turun.

 Dengan penurunan ini diharapkan para korporasi atau individu "berani" untuk melakukan proses pinjaman untuk modal kerja yang harapannya akan memutar perekonomian di Indonesia. 

Suku Bunga turun artinya Imbal Hasil yang diperoleh dari dana tabungan juga akan turun, atau dengan kata lain, negara berharap masyarakat mau spending uang mereka di pasar yang impact-nya akan memutar roda perekonomian Indonesia. Ini gambaran ideal dan mudahnya.

Tapi apakah semudah itu? tentu tidak. masih banyak faktor yang perlu diperhitungkan lagi apakah penurunan suku bunga ini efektif dan bekerja atau tidak. Penjelasannya bisa jadi satu buku sendiri. 

Allow me to share my opinion on the next article ya.

Thank you and stay blessed

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun