[caption caption="Menuju pabrik pengolahan"][/caption]Pertambangan adalah suatu proses yang panjang dan memerlukan banyak upaya. Material yang digali dari perut bumi harus melalui proses panjang hingga menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis. Tahap pengolahan bijih tambang merupakan bagian krusial dari keseluruhan proses dalam pertambangan. Tak jarang, tahap pengolahan yang salah akan menimbulkan dampak negatif yang berbahaya bagi manusia maupun lingkungan. Metode pengolahan yang tepat dapat meminimalisasi risiko terjadinya pencemaran sekaligus menghasilkan produk tambang dengan kualitas prima.
Untuk memperoleh gambaran mengenai proses pengolahan bijih atau ore di PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT), para peserta bootcamp diberi kesempatan menengok langsung pabrik pengolahan di tambang Batu Hijau. Di salah satu bangunan pabrik kami menyimak pemaparan terkait proses pengolahan bijih. Pemaparan itu disampaikan oleh Budi Setiawan, seorang senior metalurgist yang berperan atas proses pengolahan tersebut.
Area pabrik terhubung dengan over land conveyor dari area crusher. Bijih yang sudah dihaluskan oleh crusher siap diolah di pabrik. Pada dasarnya, proses pengolahan bertujuan memisahkan mineral yang bernilai ekonomis dari batuan lalu mengolahnya menjadi konsentrat. Beragam jenis mesin pengolahan dan tempat penampungan material ada di pabrik ini.
Metode pengolahan bijih di tambang Batu Hijau menggunakan proses fisika, bukan proses kimia yang melibatkan bahan berbahaya seperti arsenik atau merkuri. Proses pengolahan dimulai dengan tahap pengecilan ukuran bijih. Bijih ditumbuk menggunakan mesin yang disebut Semi Autogeneous (SAG) Mill. Selanjutnya, material digerus dengan Ball Mill hingga menjadi ukuran 250 mikron yang disebut rougher feed.
Tahap berikutnya adalah tahap flotasi atau pengapungan. Partikel halus yang keluar dari Ball Mill dipompa ke seperangkat tangki siklon untuk memisahkan mineral dengan materi yang tidak bernilai ekonomis. Proses pemisahan tersebut menggunakan reagen, yaitu suatu pereaksi untuk memodifikasi sifat permukaan suatu zat. Partikel yang semula bersifat menolak udara (aerofobik) diubah menjadi mengikat udara (aerofili). Ada dua jenis reagen yang digunakan dalam proses flotasi ini. Jenis pertama akan mengikat mineral berharga, sedangkan jenis kedua, yaitu frother, akan menghasilkan gelembung udara selama proses pengadukan partikel. Gelembung udara yang naik ke permukaan bak penampungan diselimuti oleh mineral berharga yang berbentuk seperti pasir. Lapisan yang terapung inilah yang dibawa ke proses selajutnya untuk dijadikan konsentrat. Sementara material yang mengendap di bagian bawah adalah material yang tidak lagi memiliki kandungan mineral berharga. Material tersebut dikenal dengan istilah tailing.
[caption caption="Melihat proses pengolahan di pabrik"]
Secara sederhana, input atau masukan dari proses pengolahan ini adalah bijih dari kegitan pertembangan. Sementara output atau keluaran yang dihasilkan ada dua, yaitu konsentrat dan tailing. Tidak ada perubahan sifat kimia pada partikel bijih yang telah dipisahkan menjadi partikel konsentrat dan partikel tailing yang diakibatkan oleh proses pengolahan di pabrik. Reagen yang digunakan dalam proses flotasi telah lulus toxity test oleh LIPI. Bijih, konsentrat, dan tailing pada dasarnya memiliki sifat yang sama. Perbedaannya adalah pada komposisi mineral berharga yang terkandung di dalamnya.
Konsentrat yang telah melalui tahap flotasi selanjutnya memasuki tahap dewatering. Dalam proses sebelumnya, pabrik pengolahan memanfaatkan air laut sebagai bahan pembantu saat proses flotasi. Air laut dipilih karena ketersediaannya melimpah dan dapat didaur ulang untuk digunakan dalam proses lainnya. Berikutnya, konsentrat dikirim ke tangki penghilangan kadar garam. Air laut yang dimanfaatkan dalam pengolahan konsentrat akan dialirkan keluar dan konsentrat dikentalkan dengan cara mengalirkan air tawar secara berlawanan. Dengan cara ini, konsentrat akan mengendap di dasar tangki dan siap dibawa ke proses filtrasi.
Proses pengolahan di pabrik berlangsung secara simultan selama 24 jam setiap harinya. Mesin-mesin beroperasi dengan tingkat ketelitian tinggi. Terdapat control room yang berfungsi memantau kinerja mesin-mesin tersebut serta melakukan berbagai penyesuaian setelan mesin apabila dibutuhkan. Beberapa orang karyawan ditempatkan di ruangan tersebut untuk memastikan proses pengolahan berjalan dengan baik. Selama 24 jam sehari secara bergiliran mereka memantau operasional pabrik melalui layar komputer yang terpasang di control room.
Menurut penuturan Pak Budi, kendala yang biasa dihadapi di pabrik pengolahan adalah pasokan bahan baku berupa bijih dari bagian mining yang fluktuatif. Ada kalanya produksi bijih tidak mencapai target yang dibutuhkan pabrik pengolahan. Ada pula jenis bijih yang tingkat kekerasannya melebihi rata-rata sehingga memerlukan waktu pengolahan yang lebih lama. Setiap hari pabrik mengolah sekitar 100.000 hingga 140.000 ton bijih. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 2%-4% saja yang bisa diolah menjadi konsentrat.
Konsentrat dari pabrik pengolahan lantas dialirkan melalui pipa menuju pabrik filtrasi yang ada di kawasan Pelabuhan Benete. Konsentrat tersebut masih berbentuk seperti bubur dengan kadar air sekitar 30% sehingga bisa dipompa melalui pipa. Di pabrik pengeringan kami menyimak penjelasan Pak Jalengkap mengenai proses pengurangan kadar air dalam konsentrat. Konsentrat ditempatkan dalam suatu bejana yang disaring dengan membran lalu ditiup dengan udara bertekanan hingga mendapatkan kadar air yang diinginkan. Idealnya, kadar air dalam konsentrat adalah 9% sehingga aman untuk diangkut menggunakan kapal.
Produk akhir dari PT NNT adalah berupa konsentrat. Dalam satu hari rata-rata dihasilkan sekitar 2.000 hingga 4.000 ton konsentrat. Kandungan tembaga dalam konsentrat tersebut adalah 25%-30%. Sementara kandungan perak dan emasnya adalah sekitar 30-50 ppm dan 20-40 ppm (part per million). Itu artinya, dalam setiap ton konsentrat terdapat 3-5 gram perak dana 2-4 gram emas.
Konsentrat yang telah diproses di pabrik filtrasi diangkut dengan conveyor belt menuju gudang penyimpanan yang berada tepat di tepi dermaga. Saat kami berkunjung ke gudang, sedang ada proses pemuatan konsentrat dari gudang ke kapal. Konsentrat tersebut akan dikirim ke Jepang. Pada titik inilah terjadi transaksi antara PT NNT dengan pembeli. Selain ke Jepang, produk juga dikirim ke Filipina, Jerman, Korea, dan India. Untuk pengolahan dalam negeri, konsentrat dikirim ke smelter di Gresik. Di smelter itulah konsentrat mengalami proses pemurnian atau pemisahan hingga dihasilkan logam berharga seperti tembaga, emas, dan perak.
Melalui salah satu kegiatan bootcamp yang bertema Process Experience itu kami jadi tahu bahwa diperlukan proses yang panjang untuk mengolah batuan tambang menjadi produk yang bernilai ekonomis. Proses tersebut membutuhkan penguasaan teknologi dan ketelitian tinggi untuk menjaga agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Proses yang dijalankan secara optimal akan menghasilkan produk akhir dengan kualitas tinggi.
Â
(AK)
Post Scriptum: Tulisan ini pernah dipublikasikan di blog pribadi saya www.adhikurniawan.com
[caption caption="Produk akhir pengolahan batuan tambang: konsentrat"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H