[caption caption="Haul truck dan pekerja tambang"][/caption]
[Hari kedua, 15 Februari 2016]
Dunia tambang selama ini terasa bagitu asing bagi saya. Informasi tentang tambang hanya saya peroleh melalui pelajaran sekolah, berita dari media, atau cerita dari orang-orang yang bekerja di tambang. Kini, saya memperoleh kesempatan untuk bisa mengenal tambang lebih dekat.
Mengikuti bootcamp artinya harus siap dengan jadwal kegiatan yang padat dan mematuhi segala peraturan yang sudah disepakati. Setiap hari kegiatan dimulai pukul 06.00 dengan sarapan di mess hall bersama para karyawan tambang. Kedisiplinan dalam menjalani rundown kegiatan menjadi penting karena keterlambatan di awal akan membuat kegiatan berikutnya menjadi bergeser.
Kedisiplinan itu pula yang menjadi pegangan para karyawan tambang dalam menjalankan aktivitas. Menurut cerita Pak Ari, karyawan yang sudah 16 tahun bekerja di dunia pertambangan, pekerjaan mereka di lapangan adalah pekerjaan dengan risiko tinggi. Oleh karena itu, disusunlah suatu standard operating procedure dalam semua aspek pekerjaan yang harus dijalankan secara disiplin. Setiap detail kecil, diatur secara ketat. Dalam hal mengendarai mobil misalnya. Saat seseorang hendak menyalakan mesin, dia harus memberi kode membunyikan klakson 1 kali. Kalau dia akan bergerak maju, kodenya adalah klakson 2 kali. Saat hendak mudur, klakson dibunyikan 3 kali. Kecepatan berkendara tidak boleh melebihi 50 km/jam meski kondisi jalanan kosong. Yang membuat saya salut, segala jenis peraturan SOP tersebut dipatuhi dengan penuh kesadaran. Bukan karena khawatir mendapat teguran atau hukuman, tetapi demi keselamatan bersama dan kelancaran dalam bekerja.
Setelah sarapan, saya dan para peserta bootcamp diajak ke bagian Mine Maintenance Area (MMA). Di bagian inilah rencana pengelolaan tambang dibuat serta dilaksanakan implementasinya di lapangan. Mas Budianto, salah seorang senior analyst PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT), memaparkan perjalanan tambang Batu Hijau dari tahun 1986 ketika kontrak karya dengan pemerintah disetujui hingga saat ini, hampir tiga dasawarsa kemudian. Lulusan teknik pertambangan ITB itu menunjukkan foto kondisi Batu Hijau dari tahun ke tahun. Foto tahun 1990 menunjukkan Batu Hijau masih berupa perbukitan yang tertutup hutan lebat. Empat tahun kemudian, mulai tampak lubang galian di beberapa tempat yang merupakan lokasi ekplorasi atau penelitian kandungan batuan. Tahun 1997 hingga 1999, mulai dilakukan pembukaan lapisan tanah untuk persiapan kegiatan pertambangan. Kini, pada awal 2016, lubang galian tambang atau pit sudah mencapai diameter 2,4 kilometer dengan kedalaman hampir 540 meter dari permukaan tanah.
[caption caption="Haul truck mengangkut batuan dari open pit"]
Proses pertambangan di Batu Hijau adalah pertambangan terbuka. Hal tersebut karena kandungan bijih tambang yang ada dalam batuan tergolong rendah. Sebagai gambaran, setiap 1 ton batuan yang ditambang, kandungan emas yang dimiliki hanya 0,5 gram. Berdasarkan kondisi tersebut, bentuk pertambangan yang memungkinkan untuk dilakukan adalah pertambangan terbuka. Sistem pertambangan tertutup tidak bisa diterapkan dalam kondisi ini.
Batuan di perut bumi ditambang dengan cara diledakkan sehingga diperoleh bongkahan-bongkahan batu yang mengandung bijih tambang. Dari lokasi tambang, bongkahan batu tersebut diangkut menuju pabrik pengolahan. Untuk mengangkut material tersebut, PT NNT mengerahkan sekitar 111 unit haul truck, truk raksasa dengan kapasitas sekali angkut sekitar 240 ton.
Truk-truk itu dioperasikan oleh sekitar 111 operator. Yang istimewa, 15 operator di antaranya adalah para wanita tangguh. Salah satunya adalah Ritawati, atau akrab disapa Itok. Gadis asal Kabupaten Sumbawa Barat itu sehari-hari mengoperasikan haul truck Caterpilar 793C. Itok merasa tertantang dapat melakukan pekerjaan yang umumnya dikuasai oleh kaum adam itu. Pola kerja Itok adalah 4 hari kerja lalu 4 hari libur. Menurutnya, pekerjaan sebagai operator haul truck menuntut kehati-hatian dan konsentrasi tinggi. Sedikit saja ceroboh, bisa berakibat fatal. Sejak mulai bekerja sebagai operator 3 tahun lalu, Itok belum pernah mengalami insiden. Rupanya tagline yang tertulis di badan truk “bekerja aman adalah budaya kita” betul-betul dia terapkan.
Untuk melatih para calon operator haul truck, PT NNT memiliki trainer handal seperti duet Pak Sunardi dan Pak Sumardi. Mereka bekerja di bagian Mine Training. Setiap hari mereka mengadakan pelatihan menggunakan mesin simulator yang dibuat menyerupai kabin haul truck. Seorang calon operator yang belum memiliki pengalaman sama sekali harus mampu memenuhi standar dalam sesi simulasi. Setelah dirasa cukup bisa menguasai teknik menggunakan mesin simulator, dia akan diberi kesempatan mengoperasikan haul truk yang sebenarnya. Minimal 80 jam kerja mengoperasikan haul truck harus terpenuhi barulah lisensi mengemudi diberikan dan dia diizinkan bekerja.
Menurut cerita Pak Sumardi, training tidak hanya diberikan kepada para calon karyawan. Operator lama yang sudah 4 bulan tidak mengoperasikan alat berat itu juga harus mengikuti training lagi. Hal tersebut untuk memastikan bahwa dia masih bisa mengoperasikan haul truck secara aman dan tepat.
Sehari berada di lokasi tambang Batu Hijau bersama para karyawan PT NNT memberikan pengalaman baru bagi saya. Kedisiplinan dalam bekerja adalah syarat wajib bagi para pekerja tambang demi keamanan dan keselamatan kerja. Tingginya risiko pekerjaan dapat diminimalisasi dengan patuh menjalankan prosedur operasi standar.
Tabik.
[caption caption="Diskusi bersama karyawan PT NNT di lokasi tambang"]
[caption caption="Berdiri di depan haul truck, alat berat ini mampu mengangkut 240 ton batuan sekali jalan"]
Baca cerita sebelumnya di sini:
Cerita selanjutnya bisa disimak di sini:
Post Scriptum: Tulisan ini pernah dipublikasin di blog pribadi saya di www.adhikurniawan.com pada tanggal 15 Februari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H