Mohon tunggu...
ADHIKARA CANDRADITYA N
ADHIKARA CANDRADITYA N Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Digital Public Relations - Telkom University

Tertarik dengan topik yang berkaitan dengan teknologi, informasi, dan komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Artikel Utama

Metaverse, Dunia Penghubung yang Semu

17 Juni 2022   09:08 Diperbarui: 20 Juni 2022   11:26 1505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua teori ini merupakan reaksi terhadap kemajuan zaman dan teknologi yang menitikberatkan pada perubahan dalam bidang seni, ekonomi, politik, dan kultural (Giddens 1990; Jenkins,1995:6).

Terwujudnya Metaverse tentu akan menghadirkan berbagai kebiasaan baru bahkan menjadi suatu budaya baru di masyarakat. 

Budaya internet memiliki keterkaitan yang erat dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Metaverse bisa menjadi game-changer terutama pada saat pandemi COVID-19. 

Bagaimana tidak, alih-alih hanya bisa melakukan video conference seperti biasa, Metaverse bisa membuat penggunanya semakin 'hidup' karena bisa bergabung di ruang yang sama dengan avatarnya masing-masing. Karena melibatkan unsur emosional, besar kemungkinan penerapan metaverse akan lebih luas dan bisa menjadikannya sebagai 'alat' untuk melihat perilaku seseorang ketika ditempatkan dalam skenario tertentu.

Meskipun demikian, metaverse hadir hanya sebagai dunia penghubung yang semu, kita tidak bisa benar-benar merasakan kehidupan yang sesungguhnya. Metaverse kemudian akan menghadirkan berbagai dampak baik secara positif maupun negatif pada para penggunanya.

Tidak menutup kemungkinan bahwa metaverse akan menghadirkan resiko terjadinya kejahatan siber, mengganggu privasi seseorang, munculnya rasa kecanduan secara berlebihan, hingga berdampak pada kesehatan. 

Untuk terhubung pada dunia virtual ini maka kita perlu memasangkan alat di bagian kepala dan menutup mata sehingga membuat penglihatan terganggu ketika dilakukan secara terus-menerus.

Selain itu, dampak negatif paling buruk dari penerapan teknologi metaverse ini ada di ranah sosial. Ketika seseorang sudah memiliki kecanduan dengan dunia virtual, maka besar kemungkinan Ia akan acuh terhadap sekelilingnya. 

Setiap orang bisa saja kehilangan minat dalam berinteraksi di dunia nyata yang membuatnya apatis saat bersosialisasi secara tatap muka sebagaimana dengan penggunaan media online lainnya. 

Perbedaan paling mencolok antara metaverse dan dunia online lainnya adalah hadirnya keterlibatan dari sisi emosional. Segala tingkah laku dan perilaku emosional seseorang di metaverse bisa dikatakan hampir mirip dengan perilaku seseorang di dunia nyata. 

Dalam pengimplementasiannya, para pengguna metaverse kemudian bisa mendapatkan pengalaman yang menyenangkan karena pengguna bisa mewujudkan fantasi yang mereka miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun