Penambahan kuota pemain asing di Liga Indonesia musim 2024/2025 dari 5+1 menjadi 8+2 telah menimbulkan kontroversi dan kritik dari berbagai pihak. Regulasi ini diumumkan oleh Direktur PT. LIB, Ferry Paulus, dengan harapan meningkatkan kualitas kasta tertinggi Liga Indonesia. Namun, respons terhadap kebijakan ini sangatlah bervariasi, dengan sejumlah klub, pelatih, dan bahkan pemirsa sepakbola Indonesia mengekspresikan ketidaksetujuan mereka.
Persebaya Surabaya, salah satu klub yang menolak regulasi ini, menyatakan bahwa mereka masih menunggu surat resmi dari PSSI sebelum memenuhi kuota 8 pemain asing. Direktur Operasional Persebaya, Candra Wahyudi, secara terang-terangan menyatakan ketidaksetujuannya dan enggan gegabah memenuhi kuota 8 pemain asing, menyoroti ketidakpastian yang masih ada dalam aturan tersebut.
Tidak hanya klub, beberapa pelatih sepakbola Indonesia, seperti Shin Tae-yong, juga menolak ide ini. Mereka percaya bahwa regulasi ini tidak akan membuat pemain Indonesia kalah bersaing. Sebaliknya, mereka berpendapat bahwa regulasi ini hanya akan meningkatkan kualitas tim dengan menghadirkan pemain asing yang lebih mahal dan berpengalaman
Pemirsa sepakbola Indonesia juga menunjukkan ketidaksetujuan mereka terhadap regulasi ini. Beberapa di antaranya berpendapat bahwa sepakbola Indonesia harus fokus pada pengembangan pemain lokal dan tidak terlalu bergantung pada pemain asing. Mereka khawatir bahwa regulasi ini akan merugikan kesempatan pemain Indonesia untuk bersaing dan pada akhirnya dapat merusak kualitas sepakbola Indonesia secara keseluruhan.
Respon terhadap penambahan kuota pemain asing di Liga Indonesia musim 2024/2025 sangatlah beragam. Sementara beberapa pihak percaya bahwa regulasi ini akan meningkatkan kualitas sepakbola Indonesia, yang lain mengkhawatirkan bahwa hal ini akan merugikan kesempatan pemain lokal. Hanya waktu yang akan menentukan apakah regulasi ini efektif dalam meningkatkan kualitas sepakbola Indonesia atau sebaliknya.
Dengan berbagai pendapat yang berbeda, penting bagi pihak terkait untuk mendengarkan masukan dari berbagai pihak, termasuk klub, pelatih, pemain, dan pemirsa, untuk mengevaluasi dampak dari regulasi ini secara menyeluruh. Pada akhirnya, tujuan utama haruslah memajukan sepakbola Indonesia secara keseluruhan, baik dari segi pengembangan pemain lokal maupun peningkatan kompetisi melalui pemain asing yang berkualitas.
Sementara kontroversi terus berlangsung, suara dari para pemain lokal Liga 1 Indonesia juga mulai terdengar melalui media sosial. Sebuah postingan viral dengan tagar #inisepakbolaindonesia muncul, menampilkan gambar para pemain lokal Liga 1 Indonesia dengan berbagai ekspresi dan tulisan yang menggambarkan kegelisahan mereka atas penambahan kuota pemain asing.Â
Beberapa pemain menuliskan pernyataan bahwa mereka merasa terancam dengan kehadiran lebih banyak pemain asing, yang mungkin akan mengurangi kesempatan mereka untuk bermain secara reguler di tim utama.
Salah satu pemain, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya, menulis, "Sepakbola adalah impian saya sejak kecil. Saya bekerja keras untuk mencapai posisi ini, tapi sekarang saya merasa seperti impian itu diremehkan. Apakah ini benar-benar sepakbola Indonesia?"
Pernyataan tersebut mencerminkan kekhawatiran yang dirasakan oleh banyak pemain lokal. Mereka merasa bahwa peningkatan kuota pemain asing dapat mengurangi peluang mereka untuk berkembang dan membuktikan kemampuan mereka di panggung sepakbola nasional. Banyak dari mereka telah berjuang keras untuk mencapai posisi saat ini dan merasa frustrasi dengan potensi hambatan tambahan yang akan mereka hadapi.