Mohon tunggu...
Adhieyasa Adhieyasa
Adhieyasa Adhieyasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Berkebun sawit dan karet utk menyambung hidup ,asli jawa skrg tinggal di sumatra ,suka melamun di kebun dan mencari sinyal internet

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

teman pertamaku

6 April 2015   08:26 Diperbarui: 24 Juli 2015   23:55 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Hari hari ini begitu menyenangkan
Tak ada lagi bully tak ada lagi ejekan
Karena aku gak mau lagi berteman dengan mereka
Aku gak boleh dekat dekat dengan dia
Karena mulut nya tajam,dan sering menatap belakang tubuhku dengan pandangan ganjil
Sekarang aku punya teman baru
Gadis kecil yang keluar dari dalam lemari
Lucu,imut dan menggemaskan
Selalu menemani ku dengan setia
Untuk bermain dan bercengkrama
Ia selalu hadir di saat saat sepi
Disaat rumah sepi ,ketika ibu ke pasar,dan bapak ke sawah
Ah.....alangkah senangnya hari
Hari ini aku memaksanya mengajak jalan jalan di kampungku
Kugandeng tangan nya dengan riang sambil bersenda gurau
Kusapa tetanggaku yang sedang duduk duduk sambil mencari kutu di rambut dengan temannya
Semua orang melihatku dengan gadis kecilku
Tapi mengapa pandangan mereka terasa aneh
Pandangan prihatin dan kasihan
Ah ...pasti mereka iri
Karena akhirnya aku mendapat teman sejati
Ketika aku ketemu simbah di persimpangan
Akhirnya kuputuskan kukenalkan gadis kecilku kepada simbah
Anehnya simbah malah diam ketika tangannya diraih dan dicium gadis kecilku
Simbah malah meletakkan tangan nya di dahiku
Sambil berkata " kepalamu panas nak "
Aku merengut dan berlari pulang ke rumah
Mereka semua iri padaku
Aku diam di pojokan rumah sambil memeluk erat gadis kecilku
Dan menunggu emak dan bapak pulang
Akhirnya mereka pulang
Tampak ibu lelah kepanasan habis jualan di pasar
Dan bapak berpeluh lumpur sepulang dari sawah
Tapi mereka tetap saja pahlawanku
Jadi dengan semangat 45 kukenalkan gadis kecilnya pada orang tua ku
Kuceritakan senangnya hati ku ketika akhirnya mendapat teman dekat
Gadis kecil ku yg keluar dari dalam lemari
Kusuruh ia mencium tangan emak sambil aku terus nyerocos membanggakannya
Tapi kenapa emak malah menangis sesenggukan
Emak menjerit histeris ketika kubilang aku sangat menyayanginya.Dan bapak malah meraih bahuku yang ringkih dan mendekapku erat,Semua orang kampung datang
Para tetua adat menyiapkan ubo rampe ritual untuk mengusir setan.Ada apa ini ketika aku bilang gadis kecilku ada disebelahku sedang bersandar manja
Mulut tetua malah komat kamit.Mereka malah berbisik bisik.Dan bilang aku kesambet dan bicara sendiri.Dan gadis kecilku hanya teman khayalanAku marah dan berteriak kepada mereka karena menghina gadis kecilku.Aku berontak mereka menerkam ku.Bau asap hitam dari dupa membuat nafasku sesak.Aku pingsan.Ketika aku terbangun.Aku berteriak kencang.Mak emak kenapa aku di kakiku dirantai dan dipasung
Kemana gadis kecilku tolong aku.Bebaskan akuAku tidak gila.Aku punya teman baru.Aku hanya ingin punya teman baru.Mak bebaskan aku.Aku menggapai gapai.Gadis kecilku berlari lari kecil tampak menjauh.Kenapa senyum nya dingin seperti menusuk.Dan ia terus saja berlari menjauh berlari masuk lagi kedalam lemari tua itu.Dan emak terus saja menangis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun