Pada Rabu, 2 Oktober 2024, Kebunsayur Surabaya (KSS), sebuah pusat pertanian hidroponik di Gayung Kebonsari XI/15, Surabaya, mengadakan acara pembelajaran literasi keuangan. Kegiatan ini diikuti oleh 12 orang yang terdiri dari staf dan mahasiswa magang. Mayoritas peserta adalah pemuda dengan semangat menjadi "petani milenial" yang bukan hanya menguasai pertanian, tetapi juga paham akan manajemen keuangan.
Di bawah naungan sebuah pendopo Jawa yang terbuat dari kayu jati, yang sekaligus berfungsi sebagai balai pelatihan, para peserta berkumpul. Pendopo ini menjadi tempat berlangsungnya kegiatan yang dipandu langsung oleh Mehdy Riza, pemilik Kebunsayur Surabaya. Mehdy memiliki visi besar untuk mengembangkan generasi petani yang tidak hanya pandai bertani, tetapi juga terampil dalam mengelola keuangan bisnis pertanian mereka.
Pentingnya Literasi Keuangan bagi Petani Milenial
Dalam pandangan Mehdy, kemampuan bertani saja tidak cukup untuk menjadi petani milenial yang sukses. Ia menekankan bahwa petani harus menguasai manajemen keuangan agar bisa mengembangkan usaha mereka secara berkelanjutan. Mehdy menyebutkan bahwa banyak petani yang menjual hasil panennya dengan harga murah karena kurangnya pemahaman tentang penghitungan biaya yang tepat. "Petani sering kali tidak menghitung gaji diri sendiri, biaya air, listrik, dan lainnya," ujarnya.
Bagi Mehdy, kemampuan menghitung Harga Pokok Produksi (HPP), biaya bulanan, titik impas (BEP), waktu pengembalian modal, serta penyusutan adalah aspek penting yang harus dikuasai para petani. Tanpa pemahaman ini, seorang petani tidak akan mengetahui margin keuntungan yang tepat dan berisiko mengalami kerugian atau keuntungan yang minim. Mehdy berharap bahwa para petani muda yang terlibat di Kebunsayur Surabaya dapat menguasai semua aspek ini agar mampu berkembang.
Menghitung dengan Teliti: Contoh Praktis dalam Manajemen Keuangan
Mehdy mencontohkan, misalnya ketika harga pupuk naik 50%, seorang petani yang memahami komposisi HPP akan tahu bahwa kenaikan biaya pupuk mungkin hanya berdampak kecil pada HPP keseluruhan, karena pupuk hanya berkontribusi sekitar 10% dari HPP. Jika kenaikan biaya pupuk sebesar 5% malah dapat meningkatkan bobot hasil panen hingga 10%, maka secara total justru bisa memberikan keuntungan tambahan sebesar 5%. Perhitungan semacam ini tidak hanya penting, tetapi juga esensial bagi keberlanjutan usaha pertanian.
Di Kebunsayur Surabaya, Mehdy selalu menekankan tiga hal utama yang dibutuhkan oleh pasar yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produk. "Peran manajemen keuangan sangat dibutuhkan di sini," tambah Mehdy. Tantangan ini tidak hanya berlaku untuk pertanian, tetapi juga untuk hampir semua usaha. Namun, peran petani menurutnya cukup unik karena selain menghasilkan bahan pangan, mereka juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan dunia. "Petani itu seperti Alfred di Batman atau playmaker dalam sepak bola. Tanpa mereka, dunia akan buyar," ujarnya.
Membangun Mental Super Hero: Menjadi Petani Milenial yang Berdaya
Mehdy berharap dengan penguasaan literasi keuangan yang baik, para petani bisa menyeimbangkan antara produktivitas dan keuntungan. Baginya, petani adalah 'super hero' yang meskipun jarang mendapat pengakuan besar, tetap memiliki peran fundamental dalam kehidupan manusia. Semangat inilah yang ia tanamkan kepada staf dan mahasiswa magangnya, agar mereka menjadi petani yang hebat tidak hanya dalam menghasilkan produk yang berkualitas tetapi juga dalam mengelola keuangan.
Literasi Keuangan dengan Bantuan Board Game
Sebagai salah satu upaya untuk mempermudah pemahaman literasi keuangan bagi para petani milenial, Mehdy memperkenalkan permainan edukatif bernama Cashflowpoly, sebuah board game yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dasar manajemen keuangan dengan cara yang menyenangkan. Melalui Cashflowpoly, para peserta dapat mempraktikkan perhitungan keuangan dalam suasana yang interaktif. Mereka diajak untuk memahami pentingnya perencanaan keuangan, menyusun strategi pengeluaran, menyisihkan dana untuk tabungan, dan memperhitungkan investasi yang tepat.
Menurut Mehdy, Cashflowpoly bisa menjadi alat yang efektif dalam memberikan pemahaman praktis tentang pengelolaan keuangan bagi para petani muda. Ia berharap para peserta tidak hanya pandai dalam memproduksi sayuran yang sehat dan segar, tetapi juga mampu mengembangkan usaha pertanian mereka dengan perencanaan keuangan yang matang. Cashflowpoly dirancang agar para pemainnya merasakan simulasi nyata dari situasi keuangan yang mungkin dihadapi dalam bisnis pertanian.
Tantangan dan Harapan di Masa Depan
Kebunsayur Surabaya berkomitmen untuk mencetak generasi petani milenial yang bukan hanya unggul dalam teknik bertani, tetapi juga mampu mengelola keuangan mereka dengan baik. Di tengah tantangan harga bahan produksi yang fluktuatif, kebutuhan modal yang tinggi, dan persaingan pasar yang ketat, literasi keuangan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan para petani. Kegiatan literasi keuangan yang diadakan pada tanggal 2 Oktober 2024 ini menjadi langkah awal bagi Kebunsayur Surabaya dalam mendukung cita-cita ini.
Harapan Mehdy adalah agar semakin banyak petani yang memahami pentingnya literasi keuangan dalam mendukung usaha mereka. Dengan pengetahuan yang cukup, para petani diharapkan mampu membangun usaha yang lebih besar dan lebih kuat. Mehdy percaya bahwa generasi petani milenial memiliki potensi yang luar biasa untuk mengubah wajah pertanian Indonesia jika didukung dengan keterampilan yang memadai dalam mengelola keuangan.
Menciptakan Ekosistem Pertanian yang Berkelanjutan
Visi besar yang dimiliki oleh Kebunsayur Surabaya tidak hanya terbatas pada keberhasilan finansial individu petani, tetapi juga membangun ekosistem pertanian yang berkelanjutan. Mehdy percaya bahwa kesuksesan petani bukan hanya tentang menghasilkan keuntungan jangka pendek, tetapi juga tentang menciptakan sistem pertanian yang bisa bertahan lama, menjaga kualitas lingkungan, dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.
Dalam ekosistem yang sehat, setiap komponen memiliki peran penting, mulai dari penyiapan lahan, pemilihan bibit, penggunaan pupuk, hingga distribusi produk. Literasi keuangan memungkinkan petani untuk melihat bagaimana setiap aspek dalam rantai produksi saling terkait dan bagaimana setiap keputusan keuangan yang diambil berdampak pada hasil akhir. Bagi Mehdy, memahami angka dan perhitungan bukan hanya soal uang, tetapi soal bertahan hidup dan keberlanjutan.
Membangun Petani Milenial yang Mandiri dan Berdaya Saing
Langkah yang diambil oleh Kebunsayur Surabaya ini dapat menjadi contoh bagi pusat-pusat pelatihan pertanian lainnya dalam mengembangkan program literasi keuangan. Dengan kemampuan keuangan yang kuat, para petani akan lebih siap menghadapi tantangan dan mengembangkan usaha mereka. Mehdy berharap agar program ini menjadi inspirasi bagi para petani di seluruh Indonesia untuk mengasah keterampilan manajemen keuangan mereka.
Di masa depan, Mehdy ingin melihat para petani milenial tidak hanya dikenal karena kemampuannya menghasilkan produk berkualitas, tetapi juga dikenal sebagai pengusaha pertanian yang mandiri, profesional, dan berdaya saing tinggi. Lewat semangat dan visi ini, Kebunsayur Surabaya berharap bisa terus memberikan kontribusi positif dalam membangun pertanian Indonesia yang maju, mandiri, dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H