Memperkuat Literasi digital dan daya kritis pemilih. Pendidikan publik tentang teknologi AI dan dampaknya pada pemilu dapat membantu pemilih menjadi lebih kritis terhadap informasi yang mereka terima dan lebih mampu membedakan informasi yang benar dan yang salah.
AI juga dapat digunakan untuk memperkuat polarisasi di antara pemilih. AI dapat memilih informasi yang sesuai dengan preferensi politik individu dan menunjukkan kepada mereka konten yang dapat memperkuat keyakinan politik mereka. Ini dapat menyebabkan pemilih semakin tertanam dalam keyakinan mereka sendiri dan membuat sulit bagi mereka untuk mempertimbangkan pandangan yang berbeda.
Selain itu, AI juga dapat digunakan untuk memperkuat filter bubble atau gelembung filter, di mana individu hanya diperlihatkan informasi yang sesuai dengan pandangan politik mereka. Hal ini dapat membuat individu semakin terisolasi dari pandangan yang berbeda dan dapat memperkuat polarisasi di antara pemilih.
Kampanye hitam dengan menggunakan AI dapat berdampak serius pada integritas pemilu. Pemilih dapat menjadi lebih sulit membedakan antara informasi yang benar dan yang salah. Hal ini dapat memengaruhi hasil pemilihan dan membahayakan demokrasi Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan untuk mencegah penyalahgunaan AI dalam kampanye pemilu 2024 di Indonesia. Pemerintah harus memastikan bahwa regulasi yang memadai untuk penggunaan AI dalam kampanye pemilu diberlakukan dan diterapkan dengan tegas.Â
Selain itu, pendidikan publik tentang teknologi AI dan pengaruhnya pada pemilu juga harus ditingkatkan untuk membantu pemilih menjadi lebih kritis dan skeptis terhadap informasi yang mereka terima.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H