Mohon tunggu...
Adhi Christiyanto
Adhi Christiyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani

Saya seorang petani. Menulis adalah hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak Muda Memang Tidak Ada Matinya

11 April 2012   05:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:46 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Vespa modifikasi berpenumpang tiga orang (dok.pribadi)"][/caption] Bicara soal muda identik dengan energi, semangat, dan kreativitas. Bagaimana tidak. Ketika orang sudah menginjak usia setengah abad, namun memiliki energi dan semangat lebih untuk orang seusianya, maka layak disebut berjiwa muda. Umur boleh tua tapi jiwa dan semangat tetap muda. Begitulah kira-kira anggapan tentang muda. Kali ini saya ingin tertarik melihat sekelompok anak muda yang sedang melakukan perjalanan darat dari Denpasar ke Bedugul. Sekelompok anak muda mengendarai Piaggio Vespa. Jangan dibayangkan bahwa ini scooter Vespa keluaran terbaru. Tapi yang saya akan ceritakan ini scooter Vespa jadul alias jaman dulu. Berbagai cara dilakukan untuk membuatnya menarik sekaligus menyalurkan hobi berkumpul beraktivitas bersama teman-teman pecinta Vespa. Saya juga suka Vespa. Kendaraan bermotor pertama saya adalah Vespa. Scooter produksi Italia ini memang punya banyak penggemar di Indonesia. Tidak peduli itu Vespa baru atau lama, sama-sama memiliki banyak penggemar. Ada ikatan emosional yang kuat antara Vespa dengan pemiliknya. Dan lagi ada kebanggaan tersendiri bisa memiliki scooter yang satu ini. Meskipun sih teknologi mesin 2 tak sekarang sudah dianggap tidak populer lagi karena harus menggunakan campuran olie dalam pembakaran. Alias menggunakan olie samping selain olie mesin. Scooter-scooter terbaru sudah menggunakan teknologi mesin 4 tak yang lebih simpel dan irit. Sementara scooter Vespa 2 tak, termasuk motor yang boros bahan-bakar. Namun itu tidak mengurangi minat orang untuk memiliki scooter yang satu ini. Banyak orang yang rela berburu Vespa jadul kemana-mana demi mendapatkan Vespa yang diinginkan berapapun harga dan jauh lokasinya. Biasanya mereka para pecinta Vespa ini ikut dalam komunitas para pecinta Vespa. Selain untuk menambah teman, juga memudahkan jika harus melakukan perbaikan dengan Vespanya. Informasi tentang perawatan, perbaikan dan spare part/suku cadang Vespa jadul, lebih mudah didapat di dalam komunitas pecinta Vespa. Sampai di soal modifikasi. Beberapa komunitas pecinta Vespa ada yang khusus mengkoleksi Vespa keluaran tahun 1976 an. Sering disebut Vespa Endog (karena bentuk seperti endog/telur). Bulat telur. Biasanya modifikasi dilakukan untuk mempercantik penampilan Vespa. Ada lagi komuniat pecinta Vespa jadul segala tahun yang akan merombak total Vespanya menjadi berbagai bentuk. Ada yang diberi span di sebelah supaya bisa memuat orang lebih atau memudahkan si pengemudi dengan penumpang untuk mengobrol selama perjalanan. Modifikasi yang satu ini terbilang ekstrim karena seperti terlihat di gambar atas, Vespa dirombak agar bisa muat tiga orang menyamping.  Biasanya Vespa hanya untuk penumpang dua orang dewasa, yang satu ini bisa untuk tiga orang. Asyik mungkin ya, jika berkendara bertiga seperti ini bisa ngobrol lebih seru. Mengamati kreativitas anak-anak muda pecinta Vespa (dimana saja) seperti tidak ada matinya. Dari tahun ke tahun selalu ada sesuatu yang baru yang bisa dilakukan terhadap Vespa-Vespa mereka.  Ketika saya di domisili di Jakarta, cukup lama saya bepergian menggunakan Vespa Excel 1997. Komunitas Vespa di Jakarta sering bepergian dalam kelompok. Dan menariknya, mereka selalu menyapa sesama pengendara Vespa yang lain meski tidak kenal. Setiap orang di jalan yang mengendarai Vespa dianggap adalah sahabat mereka, sama-sama pecinta Vespa. Pernah sekali saya hanya berhenti beristirahat di pinggir jalan. Satu rombongan pengendara Vespa yang sedang lewat mencoba menghampiri saya dan menanyakan apa yang bisa mereka bantu. Mungkin saya berhenti karena Vespa yang saya tunggangi mogok, karena itu mereka mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengan Vespa saya dan menawarkan bantuan. Para anak muda komunitas pecinta Vespa ini tidak segan dan tidak enggan untuk membantu para pengendara Vespa yang lain, tidak peduli mereka kenal atau tidak. Di Semarang juga kurang lebih sama. Sesama pengendara Vespa baik itu yang masuk komunitas ataupun bukan merasa ada persamaan dan ikatan kedekatan batin. Di Yogyakarta, kota budaya, komunitas pecinta Vespa lebih semarak lagi dengan mengadakan berbagai kegiatan sosial dimana saja. Pastinya dengan identitas Vespa mereka. Berbagai bentuk kreativitas dengan Vespa mereka dengan berbagai rupa bentuk dan warna. Tak jarang ada Vespa yang sengaja dicat motif batik. Simbol warisan budaya. Kurang lebih di berbagai kota komunitas pecinta Vespa ini sama. Sama sama gila untuk urusan kreativitas dan sama-sama gila untuk urusan kebersamaan. Bepergian jarak jauh dalam kelompok sekalipun namun dengan kendaraan tua, merupakan tantangan yang tidak mudah. Bagaimana kendaraan yang sudah tua itu bisa kuat dan mampu menempuh perjalanan jauh. Tak jarang harus melewati medan yang tidak bersahabat seperti jalan yang bergelombang, rusak atau jalan tanjakan. Hanya mereka yang berjiwa muda yang sanggup menghadapi tantangan berat seperti ini mengendarai kendaraan tua menempuh jarak jauh. Jika dalam perjalan ada salah satu anggota komunitas yang mengalami mogok, maka yang lain akan berhenti untuk memberikan bantuan. Dan akan melanjutkan perjalanan kembali setelah yang mogok tersebut bisa jalan kembali. Seperti terlihat di gambar di atas, motor dengan penumpang tiga orang tersebut dikawal oleh satu lagi Vespa di belakangnya. Yang terlihat di gambar ini jalan tanjakan. Dan perjalanan dari Denpasar ke Bedugul kurang lebih sejauh 40 km. Pengendara Vespa di belakang akan dengan sabar dan setia mengawal Vespa modif di depannya. Vespa modif di depan itu tidak mungkin bisa melaju kencang dengan konstruksi kendaraan seperti itu apalagi jika harus melalui jalan tanjakan. Rasa penasaran saya kemudian, apakah mereka bisa sampai ke Bedugul? Saya tidak bisa menjawab karena saya tidak berjumpa mereka lagi ketika turun dari Bedugul. Mungkin mereka sedang beristirahat atau mampir ke tempat lain dulu. Semoga mereka selamat sampai ke tujuan. Di jaman yang serba instan, cepat dan mendapati orang serba terburu-buru, ada sekelompok anak muda yang berjuang keras agar sampai ke tujuan dengan prinsip kebersamaan meski lambat yang penting sampai. Mereka dengan setia merawat milik mereka yang sudah tua (mungkin itu juga Vespa-Vespa warisan dari kakek moyang mereka), sementara anak-anak muda jaman sekarang selalu ingin punya motor terbaru dan tercepat. Mungkin mereka para pecinta Vespa ini mengamini peribahasa "Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian" . Salam dari Ubung Denpasar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun