Mohon tunggu...
Adhiati AP
Adhiati AP Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku mahasiswa sastra yang belakangan bermimpi menjadi penulis. Berasal dari sebuah kota di Jawa Tengah. Pergi ke provinsi lain demi masa depan!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan Lupa Bilang Makasih!

15 Agustus 2011   03:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:46 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ini cerita terjadi beberapa tahun silam di pertengahan bulan ramadhan. Hari itu kakak dan aku diajak ibu ke arisan keluarga. Sebenarnya kakak menolak habis-habisan tapi ibu memaksa, akhirnya dengan cemberut kakak ikut juga. Aku--sebagai anak yang patuh (hehehehe)--duduk manis di samping ibu saat para orang tua berbincang yang kadang (sangat kadang sekali) melibatkanku dalam percakapan mereka. Laaaaammaaaaa sekali mereka berbincang, dalam hati aku heran juga, pada puasa gak sih?kok betah amat ngobrolnya?

Aku mulai bosan. Celingukan deh tuh ke kiri dan kanan, isinya orang tua semua, ternyata dari tadi aku gak nyadar para kaum muda sudah gugur satu persatu, diam-diam keluar dari rumah itu. "Bu, aku keluar dulu."pamitku pada ibu. Ibu setengah sadar setuju saja. Hehehe, ternytaa pada main di taman, soalnya taman rumah yang dipake arisan cukup besar dan tentu saja menyenangkan. Jelas yang kucari pertama kali adalah kakak. Cukup lama mencari baru aku baru mau bertanya pada seorang kerabatku yang sednag main petak umpet, "Eh, ngliat kakakku gak?"tanyaku sambil jongkok di sampingnya yang sedang sembunyi di semak-semak.

"Ih apaan sih?Aku lagi ngumpet nih!"jawabnya jengkel.

"Yee, tinggal jawab aja apa susahnya!"kataku sambil berdiri, jelas saja ia menarikku kembali ke semak.

"Keluarnya lewat belakang aja kenapa sih?"katanya masih dengan nada jengkel.

"Suka-suka aku dong!"jawabku sama menjengkelkannya.

"Noh kakakmu di deket kelam belakang!Lewat belakang aja!"katanya agar aku pergi lewat belakang.

Aku tersenyum, dia nyengir sambil melambaikan tangan agar aku cepat pergi, setelah keluar dari semak aku baru teringat sesuatu, "He, kamu yang sembunyi di semaks-semak, makasih infonya!"teriakku sambil tersneyum tidak berdosa, untung saja kerabatku yang lagi sembunyi di semak itu sedang puasa, jadi sandalnya yang dilayangkan ke arahku meleset.

[Telkomsel Ramadhanku]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun